#8. Hutan Belantara

11 2 0
                                    

Mereka terus menyusuri jalanan setapak yang sudah dipenuhi rumput liar. Suasana mencekam telah terasa karena pepohonan yang semakin rapat membuat matahari kesulitan menembus permukaan. Perempuan itu semakin ketakutan memegang erat Aldo teman dekatnya. Sementara Aldo, laki-laki itu tetap dengan tujuan awalnya menyusuri satu tempat yang sudah dia incar sejak dulu. Baru di usia 17 tahun ini dia menemukan letak tempat itu.

"Sudah ku bilang kau tak perlu ikut, Angel!" Seru laki-laki melihat Angel so pemberani di belakang, padahal terlihat sekali  raut wajahnya sangat ketakutan.

"Dan aku membiarkan kamu untuk pergi sendirian ke tempat itu?" jawab Angel dengan nada bicara sedikit kesal.

"Kamu nggak percaya? Aku bisa menemukan tempat itu sendiri. Aku bukan anak kecil lagi."

"Setidaknya aku bisa memastikan kamu baik-baik saja."

"Apa pedulimu? Kamu tidak pernah mendukung ambisi-ambisi aku selama ini kan?"

"Ambisi apa? ide-ide gila itu? Mencari tempat terlarang yang jelas berbahaya? Apa gunanya?"

"Hidup ini perlu tantangan! Jangan melulu di kamar dan mengumpulkan tulisan-tulisan aneh itu!"

"Apa maksudmu?"

"Sudahlah aku tak ingin berdebat."

Suasana kini hening hanya suara serangga yang memetakan telinga menemani langkah mereka. Sungguh Angel tak tahu berapa lama lagi mereka akan berjalan. Sudah hampir satu jam mereka berada di hutan ini, menerjang ilalang, dan rumput-rumput kecil yang semakin rapat, hanya sedikit terlihat permukaan tanah berhumus bekas jalanan setapak. Dingin menusuk-nusuk kulit.

Semenjak memasuki tempat ini, banyak sekali penghuni hutan menyapa mereka, dari mulai kelabang, kadal yang awalnya dianggap ular, ulat hitam yang menggeliat membuat Angel menjerit, monyet yang suaranya mengagetkan, kelinci dan tupai yang malu-malu, dan masih banyak lagi. Tiba-tiba ada sesuatu yang menarik gaun Angel.

"Aldo tolong aku," ucapnya berteriak.

"Kenapa Angel?"

"Ada sesuatu yang menarikku. Tolong aku!" ucapnya panik.

Aldo dengan santainya menghampiri Angel. "Gaunmu tersangkut tangkai pohon," ucapnya santai saja membuat Angel malu, "Lagian ngapain juga ke hutan gini pake gaun kerajaan."

"Mana aku tau kita akan ke hutan."

"Ya kenapa tidak bertanya?"

Mereka melanjutkan perjalanan. Jalanan berkelok melewati jurang dan tebing tinggi.

"Serius? Kita harus naik ke atas?" Angel kaget melihat tangga yang menjulang tinggi menaiki gunung yang terjal itu.

"Ayo! tunggu apa lagi?" Aldo mengintruksikan agar Angel segera mengikutinya naik.

Cadas yang tadi terlihat biasa saja kini begitu dekat dan besar. Menaiki tangga Angel berbidik ngeri melihat lekukan batu seperti berbentuk wajah, tersenyum padanya. Tiba-tiba suara lengkingan binatang terdengar dari kejauhan.

"Suara apa itu?" Angel yang bertanya.

"Mungkin suara monyet lagi."

"Kurasa itu suara yang berbeda. Suara nya agak lembut tapi nadanya tinggi."

Setelah beberapa menit, sampailah mereka di hamparan rerumputan luas yang ditumbuhi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi.

"Angel, lihat disana!" kini mereka tahu suara melengking apa tadi.

Mereka tertuju pada hewan berkaki empat, berkulit coklat, dan memiliki serangkaian tanduk yang indah. "Rusa..! lihat Aldo banyak sekali! Ada yang mempunyai tanduk dan ada pula yang tidak." Angel benar-benar senang melihat segerombolan rusa itu. "Lihat Aldo! rusa yang besar itu melihat kita, aku suka tanduknya. Lihat Aldo, sepertinya rusa itu akan menghampiri kita." Angel kegirangan karena salah satu rusa itu mendekat.

"Angel, sepertinya kita dalam bahaya. Rusa-rusa itu liar, ini waktunya kita lari. Lari Angel, ayo kita lari!" Aldo menarik tangan Angel untuk segera berlari melanjutkan jalanan.

Mereka berlari secepat mungkin, "Aldo, rusa itu mengejar kita!"

"Ayo lari lebih cepat!" mereka sudah tidak berpegangan tangan, Aldo berlari di depan. Angel hampir dekat dengan rusa besar itu. Berlari, berlari dan berlari. Hingga Angel lebih jauh dari rusa itu. Sepertinya lari Angel mengencang atau rusa itu mengendor, ehh tunggu rusa itu tidak berlari lagi, tapi berjalan kemudian berhenti dan berbalik arah tidak mengejar lagi. "Aldo, rusa itu pergi."

"Ini aneh," Aldo keheranan melihat tingkah rusa itu "dia sepertinya ketakutan."

"Lihat Aldo! Tempat apa ini? gerbangnya tinggi sekali."

Kini dihadapan mereka gerbang tinggi menjulang berwarna putih namun dibeberapa sisinya telah lapuk dimakan korosi. Bunga merambat disetiap besinya nampak lebat dan indah sulit melihat ada apa di balik gerbang tua itu. Meninggalkan kesan menyeramkan dan rasa penasaran. "Ini dia! Kita sudah sampai!" Tak pikir panjang lagi Aldo mencoba membuka gerbang itu, tapi tidak bisa. Apakah gerbang itu terkunci?

=====================================================

catatan penulis :

ini masih kelanjutan cerita Reina dan Gian kok,  baca sampai akhir ya biar nyambung ceritanya, makasih :)

ini masih kelanjutan cerita Reina dan Gian kok,  baca sampai akhir ya biar nyambung ceritanya, makasih :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini kira-kira gaun yang dipake Angel tadi, salah kostum banget nggak sih ke hutan pake yang kayak gini

Kalo Aldo kostumnya biasa aja, kira-kira kayak gini

gambar di atas cuman nunjukkin baju aja ya, bukan berarti pemeran Angel dan Aldo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gambar di atas cuman nunjukkin baju aja ya, bukan berarti pemeran Angel dan Aldo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mirror MatterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang