Jakarta, 1 Februari 2020 - Masa kiniPukul 11 malam, sudah larut tapi Iqbaal benar-benar datang kerumah Aldi, dia berdiri didepan pintu rumah Aldi, tak lama pintu itu terbuka.
"Ada ap-"
Belum sempat Aldi menyelesaikan kalimatnya Iqbaal langsung memotong, "Gue mau ngomong soal Salsha," ucap Iqbaal.
Aldi sedikit terkejut tapi buru-buru ia menetralkan wajahnya, lalu menggerakkan kepala ke samping, menyuruh Iqbaal masuk, "Ngomong didalam."
Iqbaal mengangguk lalu masuk kedalam rumah, Aldi menutup pintu terlebih dahulu, setelah itu ia mengedarkan pandang, mencari sesuatu untuk melumpuhkan Iqbaal, lalu matanya melihat sebuah guci berukuran kepalan orang dewasa diatas nakas, tangannya meraih guci keramik itu lalu melangkah cepat kearah Iqbaal, menghempaskannya tepat ke kepala Iqbaal.
Prang
Sakit, nyeri, itu yang Iqbaal rasakan dibelakang kepalanya, sebelum pandangannya mulai kabur lalu menggelap, dia limbung ditempat dengan kepala mengeluarkan darah segar.
Aldi merasakan jantungnya berpacu cepat, dia melihat Iqbaal yang jatuh diantara beling-beling gucinya. Sudut bibirnya tertarik keatas, "Bagus, gue gak perlu repot-repot bawa lo kesini, lo malah yang datang sendiri."
Aldi menarik satu kaki iqbaal menyeretnya ke sebuah ruangan pribadinya, "Nikmatin rasa sakitnya sebentar lagi," ucap Aldi, senyum jahat itu masih tak luntur dari wajah tampannya.
👻
Byur
Prang
Aldi membuang kasar gayung yang airnya sudah ia siramkan pada Iqbaal. Iqbaal bereaksi, ia merasakan air dingin itu meluncur dan mengenai lukanya dibelakang kepala, perih.
"Awshhh," Iqbaal meringis, merasakan sakit yang luar biasa dibelakang kepalanya, ia langsung membuka mata, hendak menyentuh kepalanya namun tak bisa, tangannya terikat di pegangan kursi.
Iqbaal mendongak, melihat Aldi dengan seringainya.
"Lo?!" Iqbaal berteriak murka, berisaha meronta ditempatnya namun berakhir sia-sia.
Aldi terbahak, sementara Iqbaal berkali-kali mengumpat, Iqbaal mengedarkan pandangannya, didepannya ada sebuah ranjang besar, dan seseorang yang terbaring disana membuat Iqbaal membulatkan mata, benar kata (Namakamu).
"Salsha," gumam Iqbaal.
Aldi menggeleng, ia membuat ekspresi wajah sedih yang dibuat-buat, dia berjalan ke sisi kir ranjang, lalu menarik rambut Salsha yang terbaring lemah.
Rambut itu terlepas, itu wig! lalu Aldi mendudukkan Salsha yang begitu kaku, itu mannequin mirip Salsha. "Bukan Salsha, dia boneka gue, Salsha udah mati," ucapnya, lalu ekspresinya berubah marah, ia mendekati iqbaal lalu menunjuk wajah Iqbaal, "Lo yang udah bunuh Salsha!" Ucapnya penuh penekanan dan sarat akan emosi.
Iqbaal menggeleng, sama sekali tidak membenarkan kalimat Aldi, tapi Aldi masih berpegang teguh pada keyakinannya bahwa Iqbaal lah penyebab kematian Salsha.
Jakarta, 26 Juni 2018
"Bub, kayaknya gue suka deh sama temen lo itu," ucap cewek berambut cokelat itu. Salsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul
FanfictionJiwa (Namakamu) terpisah dengan raganya. Menurut (Namakamu), ia masih di dunia karena keinginannya untuk dekat dengan sang idola belum tercapai, untuk menuntaskan keinginannya itu (Namakamu) perlu raga, raga yang cocok dengan jiwanya, dan raga itu a...