#15 We Can't

1.4K 238 28
                                    

Happy reading💓

👻👻👻

Jakarta, 28 Juni 2018

Iqbaal menghela napas panjang, berkali-kali. Dia saat ini didalam mobilnya yang terparkir di basemen Star entertainment.

Mata Iqbaal kini tertuju pada kresek hitam yang baru saja ia letakkan di samping jok kemudi, barang haram itu, lagi-lagi ia akan mengonsumsinya. Barang itu pelarian ketika Iqbaal stress.

Iqbaal menatap spion kanannya ketika merasakan bayangan seseorang dibelakang sana. Ah, iya! Akhir-akhir ini Iqbaal merasa ada yang mengikuti. Iqbaal pikir itu intel—anggota polisi yang menyamar, mereka curiga padanya perihal barang haram itu.

Kalau benar, Iqbaal ingin menyerah saja, dengan seperti itu dia akan dikeluarkan dari agensi, dan dia akan direhabilitasi agar terlepas dari kecanduannya. Lalu malam itu iqbaal benar-benar melakukannya, menyuntikkan barang itu ke lengannya.

👻

Aldi panik, tangannya gemetar, ia mondar-mandir di ruang UGD, diruang tempat Salsha berjuang dari menghadapi kematian. Tak jauh dari tempat Aldi berdiri, orang tua Salsha berangkulan sambil menangis.

Aldi mengambil napas panjang, dadanya naik turun, menahan segala gejolak yang membuat dadanya seperti tertekan benda berat tak kasat mata. Entah berapa kali ia menghadap keatas agar air matanya yang bergumul tak tumpah.

Salsha. Ah, menyebut namanya saja membuat hati Aldi menciut. Aldi takut, takut Salsha pergi ke tempat dimana Aldi tak akan bisa menemukannya. Kali ini Aldi sadar, bahwa ia mempunyai perasaan lebih dari seorang teman pada Salsha. Ia ingin Salsha bangun, lalu setelah itu, Aldi akan mengaku perihal perasaannya.

Beberapa menit berlalu, menit-menit menegangkan, hingga dokter keluar dari ruang UGD, Aldi dan orang tua Salsha langsung mendekat, dokter itu keluar dengan raut wajah sedih, wajah yang sangat tidak ingin ketiganya lihat. Dokter menggeleng, belum sempat keluar kalimat dari mulutnya teriakan histeris keluar dari mulut ibu Salsha.

"Maaf, nyawa pasien tidak tertolong."

Aldi berbalik, dia memegangi kepalanya, menghela napas berkali-kali, bibirnya gemetar, kakinya melemas, lalu tangan turun ke wajahnya, menutupi tangisnya disana.Ia gagal untuk mengungkapkan cintanya. Cinta yang terlambat ia sadari.

Jakarta, 1 Februari 2020

"Salsha meninggal karena kecelakaan!"

"Iya! Dan kecelakaan itu karena lo!"

Iqbaal menggeleng pelam berusaha menolak, kepalanya sakit sekali.

Aldi mendekat kearah Iqbaal, lalu satu pukulan keras mengenai pipi kiri Iqbaal.

"Lo pikir gue gak tau rencana Lo sama Omen?!" Aldi berteriak lagi.

Iqbaal meringis, nyeri sekali, bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

"Lepasin gue," ucap Iqbaal dengan nada datar, wajahnya masih tertoleh kearah tonjokan Aldi, Aldi tak bereaksi membuat Iqbaal makim murka, "Lepasin gue anjing!!!"

Aldi terbahak, dia menggeleng pelan, "Masih ada kejutan buat lo, baal, hm... Gue cuma mastikan aja sih, apa lo ada perasaan sama (Namakamu)."

Mendengar nama itu, Iqbaal langsung menoleh kearah Aldi, menatapnya marah, kedua tangannya terkepal kuat-kuat, "Dimana dia? Dimana (Namakamu) brengsek?!"

Aldi tertawa kecil, "Wuah, tenang-tenang, kalau lo kayak gini gue semakin yakin kalau lo ada perasaan sama dia."

Iqbaal tidak peduli kalimat Aldi, dia hanya ingin menemukan (Namakamu) secepatnya.

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang