08|| Tak punya Rasa(2)

1.9K 111 15
                                    


"Engghhh"

Gadis yang tengah memainkan ponselnya nya tiba-tiba berhenti ketika mendengar lenguhan kecil dari mulut sahabat nya.

" Din, Lo gpp kan?? Buka mata Lo Din. Lo kuat Din harus kuat" ucap kia dengan air mata yg mulai jatuh.

Dengan perlahan dini membuka matanya dan melihat seisi ruangan yang berwarna putih itu, ia hanya menatap langit-langit kamar rumah sakit, tapi Kia menatap nya senang. dengan cepat Kia menekan tombol rumah sakit itu tak lama kemudian dokter beserta suster datang untuk memeriksa kondisi Dini.

" Bagaimana kondisi nya Dok?" Tanya Kia dengan menatap penuh harap.

" Pasien mulai membaik, hanya saja pasien belum bisa terlalu di ganggu. Saya lihat banyak beban dalam pikiran nya. Kamu boleh menemani nya asal jangan katakan apapun yg bisa membuat ia tertekan. Saya usulkan juga untuk membawa pasien ke psikiater setelah pasien benar-benar pulih dan di perbolehkan pulang."

" Iya Dok, terimakasih atas saran nya, saya akan coba lakukan."

" Baiklah, kalau begitu saya permisi." Ucap dokter tsb dan pergi meninggalkan ruangan Rawat.

**

" Gue keluar bentar yah Din, mau nelfon Romi. Gue harap Lo cepet pulih yah" ucap kia sambil mengusap tangan Dini, tapi ketika ia ingin berbalik tangannya seperti ditahan.

" Jangan pergi, a-ku ta-kut." Lirih Dini sambil menatap Kia.

" Gue gak kemana-mana kok, cuma keluar sebentar, sebentar aja Din. Tunggu yah" balas KIA dengan sedikit tak tega. Sedangkan Dini Hanya mengangguk dan membiarkan KIA untuk pergi menelpon Romi sesuai dengan pesan nya tadi jika Dini sudah sadar Kia akan menghubungi nya.

"Cepet kesini yah Dini udah sadar".

"(.....)"

"Iya dia gpp. Gue tunggu yah Rom."

"(....)"

Setelah menghubungi Romi, Kia kembali masuk ke ruangan Dini. Mata Kia menatap Dini yang hanya memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Kenapa cewek sebaik lo yang harus terima ini Din. Batin Kia.

"Din." Kia menepuk pundak Dini lembut seraya menatap matanya

"K-ia a-a-ku hiksss." Dini langsung berhambur kepelukan Kia.

" Lo tenang ya gue udah tau semuanya dari Romi. Lo gak usah mikirin itu terus Din, yang penting Lo gak kenapa-kenapa." Ucapnya sambil menenangkan Dini

" A-ku takut kalo nanti ak-".

"Hustt" telunjuk Kia menempel di bibir Dini mencoba menghentikan kata-kata yang akan keluar dari mulut dini.

" Lo gak boleh mikir yang enggak-enggak. Kalo itu terjadi gue akan bantu Lo minta tanggung jawab sama cowok brengsek itu. Dan buat dia nyesel atas perbuatannya ke Lo Din." Lanjut Kia.

Tak lama pintu ruangan terbuka. Romi datang dengan parcel buah ditangannya. Ia menatap kedua perempuan itu dengan senyum. Lalu menghampiri mereka.

" Gue minta maaf Din, malem itu gue gak bisa ngapa-ngapain." Ucap Romi menatap Dini memohon.

" Kamu gak salah Rom, malahan aku makasih karna kamu udah mau bantuin aku. Dan juga aku makasih ya Kia. Kalo gak ada kalian mungkin sekarang aku udah gak bisa liat kalian." Ucap dini dengan senyum kecilnya. Ia mencoba tenang dan ingin melupakan semuanya. Ya dia harus melupakannya. Bangkit dari semuanya dan memulai semuanya lagi.

" Iya Din sama-sama lagian kita kan sahabat lo mana ada sih sahabat yang tega biarin sahabat nya menderita. Ya kali hehe." Balas Kia dengan cengiran dan menampakkan deretan giginya yang rapi.

Love Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang