2 - Nobar.

1.3K 50 2
                                    

Semua sudah siap di depan TV,—terkecuali Muntaz dan Qahtan sudah tertidur—dengan popcorn di tiga mangkuk besar. Fatim awalnya tidak mau ikut. Tapi bila abang pertamanya ikut menonton, pasti abangnya akan memaksa. Jadi intinya, sudah seperti kewajiban Nomor 1 sampai 5 (Atta sampai Fateh) bila sedang menonton, mereka harus nonton bareng, tidak boleh ada yang pergi kecuali ada urusan— Muntaz dan Qahtan belum diwajibkan. Jadi itu seperti peraturan tidak tertulis.

Saaih, Fatim dan Fateh duduk di sofa, sedangkan kedua abang tertua mereka duduk di bawah, di karpet. Thariq memasukkan kaset ke DVD.

“Aaaa!”

“Belom, Ih. Belom!”
Thariq memukul Saaih dengan boneka panda.

“Oh, belom?”
Tanya Saaih dengan watados.

Thariq memencet tombol play di remote DVD. Artinya, film dimulai.

“Aaa!!!”

Atta memasukkan segenggam popcorn ke dalam mulut Thariq

“Diem! Openingnya juga belum selesai!”
Celetuk Atta. Thariq hanya menggaruk-garuk kepalanya sambil mengunyah popcorn di mulutnya.

“AAA!!!”
Kini giliran Atta yang teriak.

“Bang!”
Fatim dan Fateh mulai bete.

“Oh, sorry sorry..”
Ucap Atta sama watados-nya dengan Thariq dan Saaih.

Film dimulai, maksudnya benar-benar dimulai. Baru juga 15 menit pertama sudah menegangkan dan banyak jumpscare. Begitu juga berikutnya dan berikutnya. Tentu saja mereka kaget, bahkan Fateh sampai mengeluarkan teriakan khasnya, Thariq sampai meremas-remas boneka panda berbaju pink-nya, dan Atta yang ekspresi wajah tidak berubah sama sekali semenjak banyak jumpscare.

S u p e r !

Muntaz terbangun dari tidurnya, ia merasa dari tadi ada suara berisik dari lantai bawah. Muntaz penasaran, ia langsung saja berteleportasi ke lantai bawah—lebih tepatnya ruang TV. Dan ketika dia berada di lantai bawah, terlihat abang-abang dan kakaknya terkapar lemas di sana. Dengan popcorn yang bertumpahan di karpet dan sofa, serta ekspresi wajah yang ketakutan yang tidak berubah, dan tubuh yang tidak bergerak sama sekali.

Muntaz baru ingat kalau mereka menonton film horror, tetapi sepertinya filmnya sudah selesai.

Hello, guys? Are you still alive? Hello?

Muntaz melambai-lambaikan tangannya ke depan mata abang-abangnya dan Fatim secara bergantian.

I think they have to get a little surprise
Pikir Muntaz. Ia langsung pergi ke dapur.

Wake up! Wake up! Wake up!
Teriak Muntaz sambil memukul-mukul panci di tangan kanan menggunakan spatula di tangan kirinya.

Wake up! Wake--

Sssh... Quite!
Ucap Fateh. Ternyata mereka sudah sadar dari ‘lamunan’ mereka.

Oh, you guys are awake. Okay, good bye and good night!
Muntaz langsung menghilang— kemungkinan ia pergi ke kamarnya lagi—dengan meninggalkan panci dan spatula di ruang TV.

“Oke, tadi filmnya seru juga..”
Ucap Atta.

Alright, time to sleep! Ayo Saaih, Fatim sama Fateh, ke kamar masing-masing”
Ucap Atta membantu Thariq membereskan ruang TV.

*Fyi, Saaih sekamar dengan Fateh—hanya dibatasi tirai. Sedangkan, Fatim, Muntaz dan Qahtan sekamar, hanya saja Muntaz beda kasur dengan Fatim dan Qahtan. Kamar mereka berada di lantai atas. Kamar Atta dan Thariq berada di lantai bawah.

*Fyi = For your information.

Fateh langsung lari dengan cepat ke kamarnya. Disusul Saaih dan Fatim.

Sesampainya di kamar, Fatim langsung merebahkan dirinya. Ia memejamkan mata. Tetapi hantu di film yang tadi Fatim tonton, terbayang-bayang di pikirannya. Badannya bergetar terus menerus.

S u p e r !

Fatim's POV
Oke, gue telat lagi. Kapan gue bisa bangun lebih pagi? Habis shalat subuh selalu aja tidur lagi. Semalem juga malah tidur jam 2 malem, gara-gara ketakutan, sial.

Gue abis mandi cepet-cepet pakai seragam, abis itu ngambil tas dan naik ojek online yang udah gue pesen sebelumnya. Gak peduli sarapan.

Btw, sekolah gue sama saudara-saudara kandung gue itu sekolah swasta yang ada SD, SMP, dan SMA. Tapi beda wilayah. Jadi seragam dan peraturan kami juga beda dari sekolah yang lain.

Sampai di sekolah, gue langsung masuk ke kelas. Simpen tas. Udah bel sih, tapi untung satpam belum tutup gerbangnya dan di piket kagak ada guru. Guru sejarah juga belom masuk ke kelas.

Capek. Ngos-ngosan terus. Indri sampai heran liat gue.

“Woy, Bu Siti gak masuk!”
Teriak seksi kurikulum saat baru masuk kelas. Mereka semua—kelas 10 IPS 1—bersorak bahagia, walaupun ada juga yang tidak peduli.

Author's POV

Indri mendekati Fatim,
“Kenapa lu, Tim? Pucet amat”

“Gue tadi gak sarapan sama sekali,”
Jawab Fatim memegangi perutnya karena maag mulai muncul.

“Ke kantin kuy”
Ajak Indri. Fatim langsung tersenyum.

“Kuy!”
Fatim berdiri dari bangkunya.

“Fey, mau ikut ke kantin gak?”
Ajak Indri pada Ulfa yang sedang mencoret-coret tidak jelas di halaman belakang buku. Tetapi Ulfa menolak.

“Takut ada Bu Siti tiba-tiba masuk,”
Ucap Ulfa.

“Yaelah, Fey. Kan Bu Siti gaada,”
Jawab Fatim. Tetapi Ulfa tetap menolak. Akhirnya Indri dan Fatim pergi ke kantin.

“Gue semalem nonton film horror. Sereeem banget!”
Curhat Fatim pada Indri di perjalanan menuju kantin. Indri terkekeh.

“Sumpah, itu bikin gue gak bisa tidur. Gue baru bisa tidur jam 2! Jadinya gue telat,”
Lanjut Fatim.

“Lo kan emang sering telat,”

Fatim memanyunkan bibirnya. Indri terkekeh geli.

Stop, Tim”
Indri memberhentikan langkahnya dan langkah Fatim.

“Ada apa sih, Ndri?”

“Liat”
Indri menunjuk ke lorong lain, terdapat seorang guru dan menuju lorong mereka berada.

“B-bu Siti! Ayo ke kelas lagi!”
Indri dan Fatim berlari lagi ke kelas. Sial, kenapa perkataan anak polos selalu benar? Itu yang ada di pikiran Fatim.

Fatim dan Indri memasuki kelas dengan terengah-engah. Duduk di bangku masing-masing. Ulfa yang melihat itu hanya mengangkat sebelah alisnya. Tak lama kemudian, Bu Siti masuk.

“Oke, Anak-anak. Keluarin kertas selembar sama pulpen”
Ucap Bu Siti datar.

“Haaah??”
Murid-murid kaget. Baru juga kemarin ulangan dadakan fisika, sekarang ulangan dadakan sejarah.

“Hah heh hah heh, cepet keluarin. Ibu kasih 10 menit buat belajar,”
Ucap Bu Siti.

-(26 Juni 2019)-

Super Family! •Fatimah Halilintar•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang