Seo Hyun; Blurred Picture.

34 0 0
                                    

Pagi ini cuaca di luar sangat cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini cuaca di luar sangat cerah. Tidak banyak awan menyelimuti langit yang terlihat sangat biru hari ini. Orang berbondong-bondong keluar dari rumah mereka untuk menikmati cuaca cerah yang jarang mereka dapati akhir-akhir ini.

Tapi tidak bagi satu orang. Cuaca cerah sama sekali tidak memengaruhi perasaannya yang sedang kacau.

Mentari pagi yang hangat masuk melalui jendela menyelimuti kamar yang terasa dingin itu. Seorang gadis duduk di atas tempat tidurnya sambil memegangi selembar foto ditangannya. Dipandangi foto itu dengan tatapan yang sendu.

Gambar difoto itu sudah terlihat lusuh. Sudah lecek dan menguning. Bahkan sebenarnya gambarnya sendiri sudah buram. Tinta pada gambar itu sudah memudar.

Tapi Seo Hyun—nama gadis itu—masih mengingat jelas kejadian sebenarnya. Kejadian saat gambar itu diambil. Kejadian yang mengingatkan dia pada seseorang di masa lalu. Seseorang yang pernah gadis itu kasihi dalam hidupnya. Seseorang yang sangat berarti untuknya.

Seperti gambar dalam foto itu. Semuanya sekarang terlihat buram. Cintanya menghilang seperti tinta yang ada dalam foto itu.

Seo Hyun memandangi orang dalam foto itu dengan penuh kasih. Bagaimana tidak? Meskipun orang itu sudah menghilang dari kehidupannya, cintanya pada orang itu tidak akan pernah gadis itu lupakan.

Sudah tiga tahun semenjak menghilangnya orang itu dari kehidupan Seo Hyun. Tetapi hampir setiap hari Seo Hyun masih terus mengingat dan merindukan orang itu di kehidupannya.

Rasanya sangat sulit melepaskan orang yang begitu kau cintai pergi begitu saja. Dada Seo Hyun merasa sangat sesak setiap mengingat kejadian yang membuatnya pergi. Karena begitu tiba-tiba. Dan bukan karena keinginan Seo Hyun juga membiarkan laki-laki itu pergi dari sisinya.

Tiga tahun sudah pasca laki-laki itu pergi dari kehidupan Seo Hyun. Tiga tahun juga Seo Hyun mencoba bangkit dari lukanya. Sebisa mungkin ia bangkit dari luka di hatinya. Tetapi, semakin keras gadis itu berusaha, semakin sulit juga kenangan itu Seo Hyun lepaskan dari dirinya.

Seakan-akan kenangan itu menghantui gadis malang itu.

"Aku merindukanmu..." gumam gadis itu lirih.

Seo Hyun hanya bisa berharap dia dapat melepaskan semua beban di hatinya. Dia lelah dengan semua ini. Dia ingin bangkit menjadi dirinya lagi dan meninggalkan semua lukanya.

Yang menjadi pertanyaannya, apakah Seo Hyun sendiri sanggup bangkit? Apakah dia siap meninggalkan cintanya?

Seo Hyun sendiri sebenarnya sadar, bahwa nihil harapannya untuk kembali pada laki-laki itu. Terakhir gadis itu mendengar bahwa laki-laki itu sudah memiliki pengganti dirinya.

Gadis itu sudah ditinggalkan jauh di belakang.

Lantas apa yang membuat Seo Hyun begitu sulit melepaskan laki-laki itu? Sedangkan gadis itu tahu sendiri bahwa laki-laki itu sudah melupakannya.

Ya, Seo Hyun tahu betul apa yang dia inginkan dan apa yang membuat dia begitu teguh pada cintanya yang sudah pergi. Gadis itu hanya ingin laki-laki itu memaafkan kesalahannya.

Sebenarnya bukan murni kesalahan Seo Hyun. Hubungan mereka ditentang oleh kedua orangtua gadis itu. Dan mereka masih melanjutkan hubungan mereka diam-diam di belakang keluarga Seo Hyun.

Takdir berkata lain, sebaik apa pun Seo Hyun menyembunyikan hubungan keduanya, tetap saja jika takdir menginginkan mereka berpisah, maka tetap terjadi perpisahan itu. Takdir memang terkadang sejahat itu.

Entah mendapatkan dari mana bahwa anak gadisnya masih berhubungan dengan laki-laki yang mereka tentang. Kedua orangtua Seo Hyun marah besar mengetahui berita itu. Mereka memisahkan paksa kedua insan tersebut.

Bahkan Seo Hyun sempat dikirim ke Jepang agar gadis itu tidak bisa berpisah dan melupakan kekasihnya. Seo Hyun dengan terpaksa mengikuti kemauan orangtuanya dan menetap di sana selama setahun. Akhirnya hubungan kedua insan itu kandas.

Melihat anak gadisnya yang tersiksa dengan memisahkan Seo Hyun dengan kekasihnya dengan cara yang salah, kedua orangtua Seo Hyun pun menyesal dan membiarkan anak gadisnya itu pulang kembali ke Seoul.

Akhirnya Seo Hyun kembali ke Seoul. Pada saat itulah semuanya harapan Seo Hyun hancur. Dia mendengar laki-laki itu sudah memiliki pengganti dirinya.

Sulit bagi Seo Hyun untuk menerima kenyataan bahwa cintanya telah pergi. Tetapi, bagaimana pun juga dia harus menerima kenyataan yang ada.

Karena hidup terus berputar dan dia tidak bisa hanya diam di tempat yang sama.

Hanya satu keinginan Seo Hyun sebenarnya. Jikalau tidak bisa kembali pada kekasihnya itu, Seo Hyun hanya ingin kekasihnya memaafkan dirinya dan kesalahannya di masa lalu. Hatinya terbebani oleh rasa bersalah karena melukai hati seseorang yang dia cintai.

Apakah Tuhan masih mau berbaik hati padanya memberikan satu kesempatan saja selama hidupnya agar gadis itu bisa meminta maaf pada laki-laki itu?

Seperti mendapat pukulan keras. Seo Hyun menyadari dirinya sendiri belum berusaha keras untuk meminta maaf pada laki-laki itu. Dia bahkan tidak menemuinya setelah pulang dari Jepang. Gadis itu hanya fokus pada kabar mengenai laki-laki itu sudah memiliki orang lain di sisinya dan tidak menghampiri laki-laki itu duluan.

Betapa bodoh dirinya, batin Seo Hyun.

Hatinya telah bertekad. Dia tidak peduli lagi. Jika memang orang itu sudah memiliki orang lain di sisinya, apa salahnya Seo Hyun menghampiri laki-laki itu untuk memint maaf, bukan?

Dia hanya menginginkan maaf dari orang itu.

Seo Hyun menggenggam erat gambar di tangannya. Dia tidak membutuhkan mesin waktu untuk kembali ke masa lalu. Waktu tidak bisa diputar. Sekarang gadis itu hanya memegang teguh apa yang menjadi niatnya.

Belum terlambat untuk mendapatkan maaf dari laki-laki itu.

Seo Hyun pun bangkit berdiri dari tempat tidurnya. Dengan keberanian penuh gadis itu meninggalkan kamarnya berniat menemui laki-laki itu. Dia tidak takut lagi menghadapi apa pun. Asal laki-laki itu memaafkan, dia yakin semua akan lebih baik lagi ke depannya.

Gadis itu pun pergi untuk menerima takdirnya.

Kita tidak selalu membutuhkan mesin waktu untuk bisa memperbaiki kesalahan dimasa lalu. Kembali ke diri masing-masing, bagaimana caranya menyelesaikan suatu permasalahan tanpa meninggalkan jejak penyesalan ke depannya.

The End.

***

TIME MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang