Oh Dios Mío! (2)

18 8 1
                                    

Burung-burung berkicauan di luar sana. Sekarang sudah jam 6 pagi dan Gangga sedang bersiap-siap untuk sekolah.

"Dasi, ban pinggang... udah kali, ya? " Gangga memeriksa tiap detail dari seragamnya.

"Ok sudah. " Gangga pun pergi ke lantai bawah untuk sarapan.

°°°

2 hari yang lalu..

"Hello? " Ucap Eri.

"E-Eri kan?" Suaranya seperti tidak asing di telinga Eri. Eri mengingat-ingat suara siapa ini.

"Iya Eri. Siapa ya? "

"Naomi.. "

1 kata yang didengar Eri tadi berhasil membawa potongan kenangan yang Eri lupakan dengan susah payah. Walaupun sudah Eri 'kubur' dalam-dalam di ingatannya, tetap saja Eri masih mengingatnya dengan jelas.

Mulai dari awal mereka bertemu, berkenalan, bersahabat, dan sampai di hari dimana ada keributan di tempat asal Eri yang membawa kabar bahwa Naomi meninggal. Eri seakan tidak percaya dengan orang yang sedang menelponnya saat ini.

"Na-Naomi..? " Mata Eri mulai berkaca-kaca. Diantara senang atau sedih. Senang karna Naomi sahabatnya ternyata masih hidup, dan sedih karna mereka sangat jauh sekarang.

"Iyaa, aku Naomi. Aku dengar kamu pindah? Kenapa? " Eri mulai menangis. Ia sangat bahagia. Di satu sisi yang lain, Naomi yang mendengar Eri seperti menangis terkejut.

"A-aku.. pikir.. kam-kamu sudah.. "

"Tidak. Aku belum meninggal. Ada orang yang membantuku dan akhirnya aku selamat! " Kemudian Naomi menceritakan semua yang terjadi padanya kepada Eri. Dan beralih dari telpon biasa ke video call.

"Aku hampir pingsan waktu denger lo meninggal, hampir. " Naomi hanya tertawa.

"Lo udah pulang ke rumah? Atau masih di tempat Kak Ozora? " Naomi dengan polosnya menggelengkan kepalanya.

"Masih di tempat Ozora. Nggak usah khawatir, dia baik kok. Lagian aku nggak punya apa-apa. " Eri mengangguk.

"Disana jam berapa? Udah malam? Nggak tidur? Udah makan? Makan apa? Enak? "

"Hadehh, kayak biasa lagi deh, Ri. Kamu always bawel kayak mommy. Jam 8, udah, nggak, udah, fried rice, enak. "

"Masakan cowok.. emangnya enak? "

"HAHAHAHAHAH, trus kalau kamu ke restoran kenalan papamu, kebanyakan makan masakan cowok atau cewek? "

"Kebanyakan... cowok. Kan kenalan papa kebanyakan restoran yang chefnya cowok. "

"Enak nggak? "

"Enak sih.. "

"Yaudahh. Kayaknya kamu kesana nggak berubah ya. Bodohnya masih mendarah daging sampai permanen. " Naomi tertawa dengan suara keras, sedangkan Eri hanya memasang muka cemberutnya.

"Naomi? What are you doing? Kok ketawa kenceng banget? " Eri kaget mendengar suara laki-laki.

Naomi? Kak Ozora, kah?

Dan terlihatlah, sosok laki-laki dengan perawakan tinggi dan tegap, mungkin tingginya sudah 170 cm keatas?

"Oh, Ozora. Nothing. Cuma vidcall sama temen. " Yang Eri lihat, Kak Ozora hanya ber-oh-ria lalu melihat ke arah tab.

"Hi? " Ucap Ozora sambil melambaikan tangannya ke arah tab.

Eri membalas sapaan Ozora sambil tersenyum. Sepertinya yang dikatakan Naomi benar, Ozora adalah orang yang baik. Mukanya menunjukkan muka orang baik. Tapi.. kita tidak tahu kedepannya, kan?

NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang