"Gangga? " Gangga yang sedang sibuk dengan laptopnya, mencari sumber suara yang memanggilnya.
Yang ia temukan hanya seorang perempuan, lengkap dengan masker hitam dan topi hitam yang menutupi seluruh wajahnya.
"Nancy." Gangga hanya ber-oh-ria.
"Boleh duduk? " Gangga mengangguk.
"Lo lagi cari Eri, ya?" Gangga terkejut mendengar pertanyaan Nancy.
"Kok lo tau Eri?"
"Tau lah! Kan dulu gue pernah ngobrol sama dia. Walaupun dulu niat gue jahat sih," Nancy kembali mengingat-ingat saat dulu.
"Kayaknya dulu gue pas SMP bucin banget deh. Haha." Nancy tertawa kecil.
"Iya, gue lagi cari dia. Kenapa?" Nancy mengangguk pelan.
"Gue tau dia ada dimana." Mata Gangga langsung membulat. Ia tak percaya Nancy bisa tahu dimana Eri berada. Padahal, Gangga yang lebih dekat dengan Eri sama sekali tidak tahu dimana ia berada sekarang.
"Tapi.. Lo nggak bisa ketemu dia sekarang," sambung Nancy.
"Maksud lo?"
"Iya. Lo nggak bisa ketemu sama dia sekarang. Lo bisa ketemu sama dia pas lo udah punya pekerjaan yang tetap."
"Gue nggak bakal lamar dia kok tenang aja," Nancy menggeleng.
"Gue tau lo suka dia 'kan? Tapi please kalo lo suka sama Eri, kalo lo sayang sama Eri, ketemu sama dia pas lo udah punya pekerjaan yang tetap."
"Tapi.. Lo bisa kasih gue alamatnya 'kan?" Gangga menutup laptopnya dan menatap Nancy penasaran.
"Nggak," jawab Nancy dengan cepat.
"Percaya sama gue, ok? " Ucap Gangga berusaha meyakinkan Nancy.
Nancy tetap kukuh dengan pendiriannya. Ia berdiri dan merapihkan maskernya.
"Gue mau pergi dulu. Masih ada jadwal. See ya later. " Nancy keluar dari kafe itu dan meninggalkan Gangga yang kebingungan.
Kenapa harus saat Gangga punya pekerjaan yang tetap? Kenapa Nancy bisa tahu dimana Eri berada? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang menumpuk di pikiran Gangga.
Tapi jika syaratnya hanya mendapatkan pekerjaan tetap, mungkin sebentar lagi. Gangga sudah menyusun skripsinya, tinggal menunggu sidang, wisuda, mencari pekerjaan tetap. Lalu... bertemu Eri?
Gangga tersenyum. Akhirnya ia bisa menemui Eri lagi—seorang perempuan yang tak pernah ia panggil noona, padahal seharusnya begitu.
Gangga akhirnya memfokuskan perhatiannya pada laptop yang berada di depannya ini. Ia ingin segera menyelesaikan skripsinya ini. Ia ingin segera menemui noona-nya.
===
1 tahun kemudian..
"Ini alamatnya." Nancy memberikan secarik kertas kepada Gangga.
"Amerika? Pantes." Akhirnya Gangga mengerti kenapa Nancy memberi syarat harus mempunyai pekerjaan tetap dulu. Ternyata, Eri ada di Amerika.
"Lo ngerti kan sekarang? Yaudah. Kumpulin uang lo, beli tiketnya dan temuin dia." Gangga mengangguk.
Kini Gangga bisa dibilang sudah mempunyai kehidupan yang cukup. Ia sudah memiliki tempat tinggal, satu buah motor, dan satu buah mobil.
Ia sudah cukup mapan untuk menikah, namun ia tetap berkata, 'umur gue masih muda.'
Padahal alasan sebenarnya, ia ingin bertemu dengan Eri terlebih dahulu, lalu baru menikah. Begitu rencananya.
"Gue balik yaa." Nancy melambaikan tangannya. Gangga hanya mengangguk.
Please be well, Noona. I miss you so much. And you'll know it.
--
Halo, maaf pendek cuma beberapa ratus kata aja:"
Saya pemilik (atau pemegang?) baru akun ini.
Yang lama kemana? Pindah akun:v kalau mau follow nih chamberuy
Di sana isinya fanfiction, jdi kalo ada yang suka baca fanfic bisa mampir yo.
Cerita ini bakal saya tamatin sebentar lagi.
Kalau soal cerita baru, ada kepikiran sih, tapi tetep melihat sikon nanti~
Terima kasih buat semua yang sudah membaca sampai sini. Saya harap walau pemegang akunnya ganti, kalian tetep stay disini yo:v
Jangan lupa ksih voment. Itu bener-bener penting dan berharga untuk kemajuan cerita ini.
Sekian, terima kasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/190372202-288-k565360.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona
Teen FictionHanyalah sebuah tulisan dari kisah nyata yang tidak diketahui banyak orang.