What is Love?

200 33 1
                                    

Hari pertama OSPEK yang cukup melelahkan bagi Akas. Akas keluar fakultasnya dan jalan ke tempat parkir.

"Tuan muda Javier"

"Ck, pak Sony.. kan aku bilang aku mau pulang sendiri"

"Maaf den, tapi Tuan besar tetap suruh saya jemput den Akas"

"Ya udah deh gapapa, aku capek juga"

"Silahkan, tuan mu—"

"Ck"

"Maksud saya den Akass" Pak Sony —supir setia Akas dari Akas dalam kandungan sampai sekarang— membukakan pintu untuk tuan mudanya yang marah tiap dipanggil tuan muda.

"Mau kemana den?"

"Besok masih OSPEK. Gak mau telat lagi. Starbucks kampus aja, pak"

"Siap, Den"

"Papa udah pulang?"

"Sudah, Den"

"Oh"

"Sendiri kok, Den"

"Baguslah"

Suasana mobil hening sampai mobilnya Akas parkir dengan aman di coffee shop kebanggaan di kampusnya. Pak Sony membukakan pintu untuk tuan mudanya.

"Makasih, Pak. Mau kopi gak? Ayo temenin aku"

"Ah engga, Den. Saya tunggu di sini aja. Gak enak nanti diliat temen-temen den Akas"

"Emang kenapa? Seragam yang aku beliin kan bagus!"

"Iya, denn. Tapi bapak lagi ga minum kopi duluu"

"Nah bilang gitu dongg. Aku ke dalem ya pak. Nanti kalo bosen, langsung masuk aja"

"Siap, den"

Akas membawa dirinya masuk ke coffee shop yang dimana beberapa jam yang lalu terjadi insiden Akas berkenalan dengan orang yang tidak sengaja dia tabrak. Akas memesan satu gelas besar black tea extra ice. Sambil menunggu minumannya, Akas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat kopi ini. Dan matanya menangkap seseorang yang dia kenal sedang duduk sendirian sambil sibuk dengan ponselnya. Akas tersenyum.

Pesanan Akas sudah selesai dan dia membawa minumannya untuk duduk di sebelah pemuda yang sibuk dengan ponselnya.

"Sendirian?" Akas bertanya.

"Engga, rame rame"

"Gamesnya maksudnya?"

"Hehe"

"Aku duduk sini ya?"

"Iya"

Akas menyesap minumannya sambil melihat ke arah luar. Tetes air mulai turun dari langit. Anehnya, langit senjanya tidak mendung. Malah tercipta pergabungan warna antara jingga, biru, kuning, putih dan sedikit merah muda yang cantik. Akas mengeluarkan ponselnya sekedar untuk mengabadikan senja ini.

"Pasti mau story di instagram pake kata kata pujangga" Orang disebelahnya —yang masih sibuk dengan games tembak-tembakan di ponselnya— berkomentar.

"Aku tidak pandai merangkai kata-kata. Bisaku hanya menikmati langit yang indah"

"Hey titisan kahlil Gibran, janganlah engkau seperti Dilan. Aku muak mendengarnya"

Akas tertawa. Pasalnya manusia di sebelahnya berkata sambil tetap fokus pada gamesnya. Luar biasa.

"Aku salah minta extra ice"

"Sekalipun aku juga salah, tapi extra ice tetap benar untuk cuaca apapun"

"Dasar manusia maniak es. Pantes aja kelakuannya sedingin es."

DNYL Club (NCT 99 + 00 line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang