Remember Me | 11

31 15 26
                                    

"Mampus, kesiangan!"

Setelah menyadari bahwa dirinya tidur hampir tiga puluh menit lebih lama dari jam yang sudah ditentukan, Kinta langsung bangkit dari tidurnya dan berlari menuju kamar mandi setelah mengambil handuk dan perlengkapan mandi lainnya. Tidak sampai 10 menit, Kinta sudah keluar dari kamar mandi dan mulai memakai seragam sekolahnya. Kemudian Kinta berdiri di depan cermin, menaburkan bedak bayi di wajahnya dan mengoleskan pelembab bibir di bibirnya.

Kinta kembali lagi berjalan cepat menuju tas sekolahnya. Tubuhnya lemas seketika saat melihat buku yang terbuka dengan pulpen disebelahnya. Karena terlalu banyak menghayal semalam, Kinta lupa mengerjakan tugas rumahnya.

"Oke, masi ada beberapa menit lagi. Gue minta contek Annya nanti."

Dimasukkannya buku itu, dan menyusunnya dengan cepat didalam tas. Kaki Kinta kemudian melangkah ke tempat tidur dan menggapai ponselnya yang terletak di sana.

"BUNDAAAAAAAA!!" teriak Kinta saat keluar dari kamarnya.

Dafa yang melihat adik perempuannya yang sedang repot itu hanya tertawa geli. "Makanya tidur itu jangan kayak mayat dong, untung masi bangun kan lu."

Tidak ada waktu untuk bertengkar, Kinta hanya mmeberi tatapan tajam kepada Dafa. Dan Dafa hanya mengedikkan bahunya sebagai reaksi.

"Bunda kenapa gak bangunin sih?!" Kinta mengambil beberapa helai roti yang ada di depannya. Tanpa mengoleskannya dengan selai, Kinta langsung memasukkan roti itu kedalam mulutnya.

"Heh, makan tuh jangan kayak gitu Kinta. Nanti kamu keselek," ucap Bunda yang melihat tingkah anak bungsunya itu.

Kinta berhenti mengunyah sejenak."No time for waste moms."

Dafa yang mendengar itu pun berkata. "Halah, nilai bahasa lu aja masih merah sok-sok pake bahasa asing."

"Nih, ngomong sama tangan gue," ucap Kinta sambil menyodorkan tangannya tepat didepan wajah Dafa sambil menampilkan senyum yang dipaksakan. Dafa yang menerima perlakuan itupun langsung menepis tangan Kinta.

"Ayo bangkit, antar gue ke sekolah." Kinta mulai memakai kaus kakinya dan menyimpul dasinya.

"Masih makan gua." Dafa tidak mengindahkan perkataan Kinta dan tetap melanjutkan kegiatan sarapannya dengan tenang. Tepat pada saat dia berkata seperti itu, ekor matanya menangkap bahwa Kinta berhenti menyimpulkan dasinya. "Apa?" tanya Dafa.

"Gue beneran gak pengen berantem sama lo, Bang." Gadis itu kembali menyimpulkan dasinya dengan rapih. Setelah selesai, Kinta menegak susunya dan memakai tas ranselnya dipunggung. "Ayo antar gue."

Dafa tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.

"Bang Dafa, bisa minta tolong antar adikmu ini ke sekolah gak?" Dengan suara lembut, dan kedua telapak tangan yang disatukan didepan dada, Kinta memohon dengan sangat sopan kepada Dafa.

Dafa mendecih, sangat tidak tahan jika Kinta sudah bertingkah seperti itu. Dirinya pun langsung mengambil kunci motor, jaket dan helm. Lalu mengantar Kinta ke sekolahnya dengan kecepatan yang cepat agar sang adik tidak terlambat sampai disekolah.

Tepat didepan gerbang, Dafa mengerem motornya. Pada saat itu juga Kinta mengucapkan syukur kepada yang Maha Kuasa karena dia terbebas dari satu hukuman. Mengingat masih ada peluang lain yang bisa membuatnya dihukum, Kinta langsung turun dari motor Dafa kemudian menyalam tangan Dafa.

"Dadah bang! Makasih udah ngebut tadi!" Kinta melambai-labaikan tangannya keatas tanpa menoleh kearah Dafa. Dafa yang melihat itu pun hanya tersenyum kecil melihat tingkah adik semata wayangnya itu. Setelahnya, Dafa pun kembali meng-gas motornya dan pergi meninggalkan lingkungan sekolah Kinta.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang