3. Perasaan

23 12 4
                                    

Happy Reading:)



Huaaa jangan lupa voment ya!;)



"Kalau menjauh adalah cara terbaik, maka akan gue lakuin"
-Wulandari Gita-

***

Setelah merasa cukup tenang, Gita pun memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Dia sudah melewatkan banyak jam pelajaran hari ini. Mungkin kalian heran kenapa orang yang sering masuk ke ruang BK tetapi rajin mengikuti pelajaran? Itu karena Gita tidak mau kalau hanya tingkah nakalnya saja yang terkenal. Gita mau menjadi orang yang nakal namun juga pintar.

(Author: Panutan gue emang:v
Gita: Iya lah! Contoh tuh orang kayak gue!
Author: Sombs bat embanya_-
Gita: Lanjut buru!
Author: Iya mami!:v)

Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Gita berharap agar tidak bertemu dengan Bayu dan Sherly lagi. Jujur saja, hatinya tidak siap. Dah keinginannya itu terkabulkan. Namun ternyata dia justru bertemu dengan Bryan dan Kayra.

"Tunggu! Ada apa mereka berdua di kantin? Ini kan belum jam istirahat?? Ah mungkin mereka bolos bareng lagi" batin Gita dalam hati.

Gita sempat melihat mereka berdua bercanda dan tertawa bersama. Entah apa yang dirasakannya, namun kini Gita kmbali merasakan sesak dihatinya. Ada perdebatan kecil didalam hati Gita. Apakah yang dia rasakan ini benar? Apa nama perasaan ini? Mengapa aku harus merasakannya? Dan mengapa rasanya sakit sekali.

"Tuhan! Mengapa rasanya sakit sekali?" gumam Gita pelan. Jujur saja setetes demi setetes air mata mulai keluar membasahi pipinya. Ya, Gita kembali menangis dan karena hal yang sama. Entah kenapa dia bisa merasakan ini Gita pun juga bingung.

Akhirnya Gita pun memutuskan untuk pergi dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Saat sampai di kelas mungkin keajaiban sedang berpihak padanya. Karena di kelas sedang tidak ada guru dan saat Gita bertanya, ternyata sedang jamkos.

"Pantas saja mereka bolos" lirih Gita dalam hati sambil tersenyum miris saat kembali mengingat Bryan dan Kayra bersama di Kantin tadi.

Saat memasuki kelasnya, pandangan Gita sempat bertemu dengan pandangan Bayu. Mereka bertatapan namun tidak lama. Setelah menyadarinya, Bayu pun langsung memalingkan pandangannya kearah lain.

Gita berjalan menuju tempat duduknya. Dia duduk bersama Dina, sahabatnya. Dina pun langsung tersentak kaget melihat Gita yang datang dan langsung duduk disampingnya secara tiba-tiba. Namun anehnya Gita tak banyak bicara, dia seperti terlihat habis menangis.

"Git? Lo gak papa?" tanya Dina pelan

"Hm" balas Gita singkat

Dina pun heran. Tidak biasanya Gita seperti ini. Kalau ada apa-apa pasti dia langsung cerita.

"Beneran? Gue tau lo bohong Git" ucap Dina. Dia tau kalau Gita sedang tidak baik-baik saja. Karena begitu jelas terlihat dari mukanya gadis ini habis menangis. Namun tak butuh waktu lama Gita memanggilnya seperti dugaan Dina.

"Din" panggil Gita tiba-tiba

"Kenapa?" balas Dina

"Gue mau cerita" lirih Gita. Jujur saja sekarang mungkin hanya Dina yang bisa menjadi tempatnya untuk menceritakan semuanya. Menurut Gita, Dina itu orang yang tepat. Karena dia selalu mengerti apa yang sedang dirasakan sahabatnya.

"Kapan?" tanya Dina lagi

"Pulang sekolah. Di taman biasanya" balas Gita

"Ok gue bisa" jawab Dina dengan senyumannya dan dibalas dengan anggukan oleh Gita

FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang