Part 4

11.6K 1K 17
                                    


===
GILA

KURANG AJAR

MENJIJIKAN

MESUM

GA PUNYA OTAK

Arrggggghhh ....

Begitu keluar dari ruangan CEO BONCABE itu, Adisa mulai meracau dengan kata-kata pedas lainya.

Bahkan, sapaan sekretaris Reiki pun tak di gubris oleh Adisa. Mukanya pun sudah berubah warna, bukan lagi merona bahagia. Tapi, sudah berubah menjadi merah kuning hijau menahan amarahnya.

"Apa-apaan itu ceo boncabe. Iya, memang mulutnya cocok dengan dua kata pedes gila' Tapi aku rasa ada lagi dua kata yang paling mewakili. Mesum tak terkira.

Gimana ga mesum coba, itu ngapain ikut-ikutan gigit barengan. Mana nempel lagi itu bibir. Kan jadi pengen muntah."

Begitulah Racauan tidak jelas Adisa di dalam lift. Bahkan, saking kesalnya Adisa menjedot-jedotkan kepalanya ke dinding lift.

Sampai-sampai tak sadar, ada kamera CCTV yang memperhatikan kelakuan absurdnya. Serta yang lebih membuat Adisa malu tiada terkira ada chef Bernard yang memasuki lift yang sama dengannya.

Chef Bernard pun memperhatikan tingkah laku Adisa. Hingga Adisa tersentak, dan memandangi chef Bernard yang mengkerutkan dahinya seolah-olah bertanya.

"Kamu waras?"

OMG jiji ....

Malu Adisa makin menumpuk, saking malunya Adisa tak menggubris chef Bernard. Malah keluar dari lift yang terbuka, karena ada yang akan masuk menggunakan lift tersebut. Sampai Adisa sendiri tidak mengetahui ada di lantai berapa ia keluar.

Maklum saja pada jam istirahat, lift pasti banyak yang sibuk. Mengangkut para karyawan yang malas menggunakan tangga.

Sampailah Adisa di toilet yang memang ia cari, kala keluar dari lift. Tujuannya cuma satu. Mencuci mukanya sebanyak-banyaknya.

Berharap bibir CEO boncabe itu hilang tak membekas. Tapi bukannya hilang. Adisa malah mengingat kembali moment-moment yang terjadi di ruangan CEO boncabe itu.

"Arrrgggghhh ... kesel ... kesel ... kesel ... ga akan pernah mau lagi bertemu sama itu CEO mesum akut. Pokoknya ini tuh pertemuan yang pertama dan terakhir kali aku ketemu sama tuh orang."

Tekad Adisa sudah bulat. Apa pun permintaan atasannya. Ia tidak akan pernah mau lagi bertemu sama CEO boncabe.

Tapi, siapa sangka Tuhan tak mengijabah doanya.

Karena ketika ia melihat ke cermin toilet, ia melihat bayangan yang mirip CEO boncabe tersebut.

"Ya ampun ... kenapa itu mbah jin mengikuti aku sampai toilet si? Hush ... hush ... hush ... pergi kau bayang-bayang mbah jin. Janganlah kamu menganggu daku," usir Adisa. Sambil mengibas-ibaskan tangannya ke cermin toilet.

Dan sekali lagi Adisa mencuci muka, terutama bibirnya ia gosok-gosokan. Agar Rasa bibir CEO boncabe itu hilang.

Setelah itu, ia menengadahkan wajahnya dan melihat ke cermin. Dan ternyata BIG BOSnya itu masih setia di sudut toilet tersebut.

"Astagfirullah ... itu mbah jin kenapa masih anteng di situ ya. Ko, jadi merinding. Apa jangan-jangan toilet di sini ada penunggunya ya?"

Adisa pun merinding seketika. Ia pun teringat pada nasihat temannya. Bahwa tempat yang paling di sukai jin adalah kamar mandi.

"Astagfirullah ... Astagfirullah ... Astagfirullah ...."

Adisa beristigfar berkali-kali. Dan, ketika membuka matanya. Ternyata CEO boncabe itu, masih menatapnya dingin.

"Kamu pikir saya hantu."

"Hah, ko hantu bisa ngomong, bukannya kalau setan gentayangan ga bisa bicara ya." Adisa makin ngelantur.

Dan, makin ketakutan kala bayangan CEO boncabe mendekatinya.

Pletak.

"Auuwww," ringkis Adisa.

Nah loh, ko hantu bisa nyentil kening? Batin Adisa bertanya.

"Udah sadar?" Tanya Reiki dingin.

Kok, kerasa sakit ya sentilannya? Ini jin apa manusia ya? Adisa masih menatap Reiki bingung.

Dan akhirnya, Adisa melihat ke arah sepatu Reiki sampai ke kepalanya. Terus berulang-ulang memastikan. Bahwa yang di hadapannya manusia nyata, atau manusia jadi-jadian.

"Kalau, kaki napak di lantai, berarti manusia kan? Ga mungkin jin bisa menyentuh lantai." Monolg Adisa.

"Auuuww"

Adisa meringkis sakit, karena hidungnya di cubit.

"Ko sakit ya?"

Adisa berusaha mengembalikan kesadarannya. Dan setelah sadar...

"Akhhhhh ... bapak, ngapain masuk-masuk ke sini. Mau ngintip ya? Dasar CEO brengsek CEO kurang ajar, CEO boncabe. Mesum akut, keluar sana keluar!" Teriak Adisa. Sambil memukul-mukul ke dada Reiki. Ternyata, bukannya hantu. Tapi. mbahnya jin yang muncul.

Dan apa yang di lakukan Adisa membuat Reiki mengkerutkan keningnya heran. Dan berusaha melepaskan tangan Adisa.

Setelah terlepas. Reiki mencipratkan air ke wajah Adisa. Membuat Adisa gelagapan.

"Udah ngomelnya?" Tanya Reiki dingin.

Membuat bulu kuduk Adisa meremang.

Aduh mak. Ko merinding badai ya. Batin Adisa.

"Bapak kenap di sini?" Tanya Adisa mulai mencair.

"Apa yang di lakukan orang di toilet?" Tanya Reiki balik

"Ya, banyak pak. Ada yang buang hajat, ngerokok, ada juga yang menangis, ada juga yang selfi, bahkan ada juga yang memuaskan diri," jawab Adisa ngelantur.

Reiki pun memiringkan kepalanya, heran. Mendapat jawaban terakhir Adisa yang terdengar ambigu.

"Memuaskan diri?" Tanya Reiki heran.

Ya ampun, ini orang dari tadi bicaranya irit bin pelit banget. Kalau ga dua kata, ya tiga kata. Dengkus Adisa.

"Ya iya lah pak. Orang yang habis buang hajatnya pasti akan merasa lega. Coba, kalau di tahan-tahan. Yang ada perut melilit malah jadi sembelit," jawab Adisa lugas.

"Lagian bapak salah masuk toilet. Ini kan toilet wanita. ngapain bapak disini," lanjut Adisa.

"Oh, gitu ya. Coba kamu lihat itu!" Tunjuk Reiki ke salah satu closet yang di khususkan untuk pria.

"Dan itu!"

Kemudian Reiki menunjuk ke arah pintu, yang mana terdapat gambar yang menunjukan bahwa toilet tersebut di khususkan untuk pria.

Sebenarnya, saat Reiki menunjuk ke arah closet pria pun, semua orang akan tau. Bahwa toilet tersebut memang di khususkan untuk mereka makhluk yang di sebut sebagai pria.

Tapi, entah mengapa, Reiki senang melihat mimik terkejut yang di tampilkan oleh Adisa.

Alamak mamih ... Gua salah alamat. Teriak Adisa dalam hati.

Tanpa permisi, Adisa langsung lari tunggang langgang meminggalkan Reiki kembali seorang diri. Dengan malu yang tiada terkira.

Udah seenaknya ngomel. Ternyata gua yang salah. Kan tengsin abis. Batin Adisa.

Sedangkan Reiki menatap Adisa, dengan smirik jahilnya.

Wanita yang unik. batin Reiki.

Namun, ketika ia melihat pergelangan tangannya, melihat jam pemberian mendiang istrinya. Senyum Reiki memudar. Dan kembali, merubah raut wajahnya menjadi aura dinginnya.

Sayang, kau tak kan terganti ....

Bersambung....

===
Happy reading!

Semoga dapat feelnya ya.

Jangan lupa vote and komen ya.
Maaf kalau part ini sedikit.

ADISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang