Part 11

10.6K 875 19
                                    



===
Setelah kepergian Adisa, Reiki pun menarik sedikit sudut bibirnya. Dan menggelengkan kepalanya seraya menatap daun pintu tak percaya.
Adisa.

Satu nama wanita yang pertama kali membentaknya. Hanya satu-satunya wanita yang berani mengatai dirinya.

Adisa.

Dan hanya wanita itu saja yang dapat memperlihatkan sisi emosi Reiki yang lain untuk keluar. Karena biasanya Reiki hanya akan menampilkan ekspresi dingin. Namun penuh sayang kepada anaknya.

Reiki berjalan menuju meja kerjanya dan tetap menyunggingkan senyum dua sentinya. Sampai ketika ia melihat foto mendiang istrinya yang masih menghiasi meja kerjanya, terlihat senyum manis istrinya yang sedang menatap dirinya intens. Membuat senyum dua senti yang tadi tetsungging kembali memudar.

Apa yang kau lakukaan Reiki. Ingat janjimu! Kamu tidak akan pernah menduakan Eliya dengan wanita mana pun, saat masa hidupnya ataupun matinya, sisi sentimentil Reiki memperingati. Namun, sisi satunya pun mengingatkan sebaliknya bahwa Reiki harus memikirkan Zanna yang merindukan kasih sayang seorang ibu.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam Reiki.

**
Di tempat yang lain namun masih dengan di gedung yang sama. Adisa mengoceh tidak jelas. Kebiasaan buruknya bila sedang marah.

"Kesel ... kesel ... kese." Adisa terus mengoceh tidak jelas. Tanpa ia sadari seseorang memperhatikan tingkah absurdnya.

"Dis.”

"Mati lu.”

Pletak.

"Auh ... ih, mbak, sakit tau. Main pukul-pukul aja! Ga sadar body mba.  Udah tau body kaya badak jawa masih aja mukul-mukul," sewot Adisa.

Bugh!

"Aduh mbak! Ini pukulannya ga bisa gitu di kecilin. Sakit banget tau!" Berang Adisa. Lagi kesel di tambah sakit semua badannya. Gimana ga makin sewot coba. Saat ini Adisa memang sedang galak-galaknya mode senggol bacoknya mulai on.

"Ck! Lagian lo ya Dis. Dari mana aja si? Di cariin tau sama chef Bernard. Bukannya ke dapur malah kelayapan," mba Nina ga mau kalah mengoceh tidak mau di salahkan.

Masa iya sudah di marahi chef Bernard sekarang di tambah lagi sama Adisa. Kan double kesialan.

"Emang chef Bernard mau ngomong apa si mba?" Tanya Adisa was-was

"Mene ketehe," jawab mba Nina sambil mengedikan bahu.

"Sekarang chef Bernardnya di mana?"

"Di ruangannya!"

“Mampus gua,” batin Adisa.

Kalau udah masuk ruangannya chef Bernard pertanda ada dua berita. Satu berita buruk dan yang satu lagi berita baik. Dan yang di takuti Adisa adalah kalau ia akan mendapatkan berita buruk. Bisa-bisa mulai hari ini ia hengkang dari dapur.

Dengan tidak memperhatikan langkahnya, karena pikirannya kalut Adisa pun berjalan cepat. Dan tidak memperdulikan sahabatnya itu yang berada di belakangnya, seraya memanggil namanya.

"Dis, tunggu!"

Adisa tidak menjawab hanya menolehkan wajahnya kebelakang namun tidak memelankan langkahnya. Hingga tidak sadar bahwa di depannya ada seseorang yang sedang berdiri menunggu lift terbuka. Sehingga insiden pun tidak terelakan bagi keduanya.

"Dis, awas!" Teriak mbak Nina.

Bugh. "Auw," ringkis Adisa.

Ketika mendengar teriakan mbak Nina Adisa pun segera menoleh ke depan. Namun, naas tetap saja kejadian memalukan tersebut tak bisa berubah. Adisa menubruk badan tinggi besar yang tengah berdiri. Dan akhirnya keduanya pun terjatuh karena hantaman tubuh Adisa.

"Anda tidak apa-apa, Nona?"

Alamak sexoy bingit, ini baru suaranya gimana wajahnya, batin Adisa tatkala mendengar suara yang terasa asing di telinganya.

Karena penasaran Adisa pun mendengakan kepalanya memberanikan diri untuk melihat sosok yang ia tabrak ini.

Dengan gerakan slow motion Adisa pun terperangah dan shock karena di depannya ini merupakan sosok yang ... uhm ... tampan pake bingit.

Sisi jalang Adisa pun bergejolak dan mempengaruhi isi kepala Adisa.
Ayo, Dis ganteng bingit mahluk depan mata, seperti jelmaan Nick Bateman tapi ini versi KW satunya. Dan seraya menatapi ciptaan Tuhan yang tersaji depan mata. Tanpa berkedip memperhatikan pria di depan matanya.

"DIS!"

“Aduh suara mbak Nina ko serasa dekat telinga ya? Ganggu aja nih mba Nina.” Batin Adisa

"Bengong aja!"

Eh, beneran suara si mba. Ah elah, ganggu orang aja, dengkus Adisa.

"Are you okay?"

Alamak! Sexy beut itu suara, jerit sisi jalang Adisa. Tanpa sadar dari hidung Adisa mengeluarkan sedikit darah. Mimisan. Adisa mimisan sodara-sodara mendapati pria tampan rupawan. Dan tiba-tiba..

Bruuukk.

Adisa pingsan.

"Ah elah lo pake acara pingsan segala si Dis. Macam perawan aja," sungut mbak Nina.

Ya, iyalah, mbak Nina sewot, dia yang perawan aja biasa-biasa aja melihat penampakan reinkarnasi dewa Yunani yang ada di hadapannya. Eh, ini jendes cantik bin sexoy malah pingsan. Kan  bikin panik.

Sebenarnya tanpa ada yang tau bahwa Adisa memang phobia terhadap cowok terlampau ganteng bin sexy. Pasti hidungnya akan mimisan. Sedangkan dulu Mas Yuda memiliki wajah yang terbilang manis. Tapi sayang, sifatnya saja yang tidak ada manis-manisnya. Soalnya bukan jelmaan le-mineral, sih.

"Biar saya bantu," ujar pria tampan. Membuat bulu kuduk mba Nina berdiri seketika.

Dis, pantes aja lo pingsan ternyata suaranya benar-benar bikin merinding disco Dis. Batin mbak Nina.

Saat pria sexy itu menggendong Adisa ala bridal stayle, pria itu pun memperhatikan ke seluruhan wajah Adisa. Dan senyum bahagia pun terpancar di wajah tampannya. Yang membuat seluruh karyawati yang ada di sekitar mereka merasa sesak nafas.

Akhirnya aku menemukanmu cantik.

Sedangkan ada seseorang yang melihat kejadian itu pun mengeraskan rahangnya, dan mengepalkan tangannya. Namun, tak ingin menjadi keributan akhirnya ia pun meninggalkan tempat itu. Dan memaki dalam hati dengan apa yang telah di lihatnya.

Menahan sesak yang melanda. Menahan sesak karena ada seseorang yang berani memeluk wanitanya.
Wanitanya? Ia pun hanya menggelengkan mepalanya seraya menjauh.

Bersambung ....









ADISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang