Part 10

10.3K 835 11
                                    


==
Astagfirullah ... astagfirullah ... astagfirullah.
Kalimat istigfar terus menerus di baca oleh Adisa. Karena semenjak memasuki lift. Dan terdengar dentuman, cling. Pertanda bahwa lift telah menutup sempurna.
Dan semenjak itu pula, Adisa merasa bahwa ia akan menghadapi peperangan yang sangat dahsyat. Dalam benak Adisa saat ini, ia sedang membawa AS50 rifle bekik, senjata laras panjang yang termasuk salah satu senjata mematikan di dunia.

Di kepalanya telah ia sematkan saputangan merah untuk mengikat dahinya serta Adisa mencoreng pipinya dengan tinta hitam. Dan Adisa siap bertarung dalam medan peperangan.

"Ayo calon mantu!"

Eh, ko areanya jadi berubah ya? Perasaan tadi ada di medan perang di tengah gurun. Ko sekarang gua ada di lift, lorongnya ko kenal ya. Kaya lorong menuju ruangannya CEO Mesum. Adisa masih belum menyadari keberadaannya.

"Ck, ko malah bengong. Ayo cepetan calon suamimu sudah menunggu!"
Hah! Calon suami? Siapa? Nah loh, ko dia ada di sini si. Bukannya tadi mau ke dapur ya? Masih dengan setengah sadar.

Akibat memikirkan peperangan yang akan terjadi. Sampai-sampai Adisa tidak menyadari bahwa ia sekarang sudah berada di depan pintu ruangan CEO Boncabe.

Alamak, kenapa pulak ruangan ini lagi si? Apa tidak ada ruangan lainnya? Batin Adisa. Ya, Adisa masih trauma. Karena di ruangan itulah ada sosok yang mencuri kecupan di bibirnya.

Walaupun bukan ciuman pertama. Tapi, Adisa tidak akan memberikan pada sembarang pria. Sory ya. Walaupun janda tapi punya harga diri.

Tapi, bila berada di ruangan ini, Adisa merasa seperti masuk kedalam acara uji nyali. Iya, mudah-mudahan saja tidak ada pengulangan adegan yang pernah di lakukan pria gila itu lagi. Tapi sepertinya Adisa boleh berbahagia sedikit, karena saat ini ia bersama sang nyonya besar. Bisa di pastikan CEO boncabe itu tak bisa berbuat apa-apa. Seriangai Adisa mulai tampak.

"ALE!”

"Mom, please don't you call me with ALE!" Perintah Reiki.

"Sayang, sorry! Mommy sudah terlanjur suka sekali memanggil kamu ALE oke! Jangan protes!" Tegas tak terbantahkan.

"Mommy kesini buat apa bawa orang-orangan sawah?" Tanya Reiki sarkatis.

WHAT? Dia bilang apa? Orang-orangan sawah? Muke gile nih orang. Emang dia siapa berani-beraninya ngatain gua orang-orangan sawah. Batin Adisa menggelegar tak terima di sebut orang-orangan sawah.

Suuutttt! Dis, lo lupa dia itu kan CEO. Lo maki-maki dia sekarang alamat di pecat elo Dis. Batin yang lain mengingatkan agar Adisa tidak bertingkah bodoh.

Huft! In hale ex hale. Terus berulang-ulang Adisa menghembuskan nafasnya, agar jiwa iblis yang ada di dalam tubuhnya tidak meledak seketika.

"Hush! Kamu ini. Inget dia itu calon istri kamu! Jadi kamu harus bisa menghargainya! Tidak boleh mencaci apalagi menghina. Mommy dengar itu keluar dari mulut kamu, siap-siap kamu mommy coret dari daftar anak mommy!" Telak tak bisa di bantah perintah dari sang nyonya besar.

"Ck, mommy. Emangnya ALE anak kecil apa masa iya di coret dari daftar anak mommy. Nanti kalau ALE sakit gimana?" Rajuk Reiki.

Hempttt. Seketika itu juga Adisa menahan gelak tawanya, yang sudah tidak tahan lagi ingin di keluarkan.
Hah! ALE? Ko lucu ya? Mr. Perpect macam Reiki ini. Menyebutkan diriny dengan begitu manja. Apa kabar para fansnya kalai tau kelakuan bos gila ini? Dan terlihat manja di depan sang nyonya besar.

Berarti benar ya, artikel yang pernah di baca Adisa. Sedewasa apa pun kamu, kamu akan terlihat anak kecil di mata orang tuamu.

Dan kini, Adisa menyaksikan sendiri bagaimana Mr. Perpect malah terlihat sangat kekanakan di dapan orang tunya.

“Uhuk uhuk uhuk.”Akhirnya untuk menyamarkan  suara tawanya Adisa pun terbatuk-batuk.

Untuk Reiki sendiri merasa ia telah merajuk, menahan kesalnya karena telah di tertawakan oleh orang-orangan sawah ini.

“Ck, knp harus ini orang-orangan sawah yang tau nama kecilnya. Tengsin abis kan,” batin Reiki.

Namun, karena Reiki sangat piawai dalam mengelabui lawan bicaranya agar tak nampak terlihat kesal. Maka Reiki memasang wajah dingin-dingin gahar. Agar mahluk di depannya berhenti mentertawainya.
Tahu situasinya mulai panas, dengan sengaja sang nyonya besar undur diri.

"Oke, mommy tidak akan memanggilmu dengan sebutan itu lagi. Tapi, ada syaratnya. Kalian harus saling pendekatan dulu ya! Biar nanti pas malam pertama kalian tidak canggung lagi.

Sontak, baik Reiki maupun Adisa melongo berjamaah. Dan membatin berjamaah.

Siapa yang mau nikah? Udah main malam pertama aja.
Tapi, belum sempet protes. Sang nyonya besar sudah melenggang cantik dan menutup pintu ruangan Reiki.

"Pak, maaf ya saya tidak mau meikah dengan bapak. Pokokya titik ga pake koma apalagi tanya kenapa!" Seru Adisa.

"Lagi pula, siapa yang mau nikah sama kamu. Sory ya yang suka sama saya banyak. Ga kaya kamu kaya orang-orangan sawah.
Dan, kamu ngapain kamu ada di ruangan saya? Kalau kamu kangen ya bilang aja dong. Jangan jadiin alesan kalau kamu di bawa mommy saya." Kata Reiki jumawa.

"Ti hongkong. Saha nu sono ka maneh. Pede pisan nya jadi jelema teh. Eh, pak. Dengekeun nya. Maneh mah eleh sareng Nick Bateman. Maneh mah teu meunang kasep. Jauh pisan kasep na sareng Nick Bateman mah."( dari hongkong. Siapa yang kangen ke lo. Pede banget jadinorang. Eh. Pak. Dengerin ya. Lo itu kalah dari Nick Bateman  lo itu ga ganteng. Jauh banget gantengnya dari Nick bateman.)

Reiki pun di buat melongo plus bingung plus jadi LOLA ( loading lama) oleh omongan Adisa.
Gimana ga bingung coba. Biasa tinggal di luar negeri. dengan bahasa Inggris atau Spanyol terkadang menggunakan bahasa Rusia atau pun Korea. Nah sekarang harus berhadapan dengan cewe dengan logatbdan bahasa yang menurut Reiki asing di telinganya.

Seperti berbicara dengan bangsa alien dari planet yang jauh dari bumi. Seketika dengan masih menampilkan wajah yang menatap Adisa heran. Reiki pun bertanya.

"Kamu pakai bahasa dari planet mana? Ko saya baru denger." Reiki pun bertanya dengan mimik yang merasa ... aneh.

Duaarrrr, seketika Adisa pun mulai mengamuk.

"Eh, maneh barokokok. Ti tadi aing ngomong teu kaharti? Atuh aing ngomong sorangan wae. Maneh mah ku jelema kelewatan pisan. Teu ngarti bahasa ti bumi parahyangan. Aih ... kesel aing ... kesel." (Eh. Lo bolot. Dari tadi gua bicara ga ngerti? Berarti gua ngomong sendiri. Lo jadi orang kelewatN banget. Ga ngerti banget bahasa sunda. Aih ... kesel gua kesel.)
Blummmm.

Terdengar dentangan pintu yang sangat nyaring di telinga Reiki. Sehingga mengakibatkan kesadaran Reiki kembali ke mode on.
Tetapi hanya bisa memandangi daun pintu, seraya berucap.

"Emang salah ngomong ya?"

Bersambung ....













ADISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang