Part 5

11.4K 910 6
                                    



===
Hari-hari kembali berlalu dengan normal, seperti kehidupan  sebelumnya. Aku pun sudah melupakan kejadian dua minggu yang lalu.
Ya, setelah kejadian tersebut, entah mengapa CEO boncabe, julukan dari aku. Seperti lenyap di telan bumi. Banyak karyawati yang merasa kehilangan, sebab musabab yang Adisa dengar. Mereka tidak dapat melihat keindahan ciptaan Tuhan yang hakiki.
Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan.
Lebay! Ya, bagi aku, mereka, karyawati yang memuja CEO boncabe itu terlalu lebay. Belum pada tau aja belangnya gimana.
Bagi aku, tidak perlu memusingkan ketiadaan CEO Boncabe itu. Sekarang adalah masa menikmati liburan selama satu hari. Kebetulan liburku dan libur Mbak Nina barengan. Otomatis, kami pun ngemall bareng. Agenda yang memang sudah lama kmai nantikan, tapi, berhubung di dapur tidak bisa ditinggalkan akhirnya, baru hari ini kami bisa libur sejenak dari rutinitas.
Setelah mengelilingi mall di bilangan Jakarta Pusat. Akhirnya kami pun duduk santai di salah satu foodcurt di mall tersebut.
Entah keberuntungan atau kesialaan, ternyata di mall tersebut aku dan Mbak Nina bertemu dengan chef berondong. Ya,  siapa lagi kalu bukan chef Reynald.
Chef Reynald ini, sebenernya ga jauh-jauhlah mukanya sama chef yang menjadi salah satu juri di ajang Mister Chef, yang cukup bergengsi di salah satu stasiun TV.
Namun sayang, chef berondong ini sifatnya jauh pake banget sama itu juri. Kalau chef juri, memeiliki sikap yang lembut namun tegas. Kalau chef berondong ini lebih ke arah pecicilan.
Di dapur saja, sudah sering chef beromdong ini melakukan drama. Apa kabar jika di luar?
"Hay, gadis! Calon makmum." Huh  kenapa harus bertemu dengan mahluk astra di sini, sih.
“Calon makmum dari hongkong,”batin Adisa.
"Alhamdulillah, akhirnya ada yang mau menjadi calon imam buat aku," teriak Mbak Nina. Bahkan teriakannya terdengar menggema.
Aku dan chef Reynald pun menoleh ke arah Mbak Nina, dengan tampang bingung.
"Emang siapa yang ngajakin mba nikah?" Tanyaku penasaran.
"Tadi, chef Reynald bilang, hay gadis! Calon makmum, kan di antara mba sama kamu yang masih gadis cuma mba aja. Kan kamu jendes dis," jawab mba Nina polos.
Bahkan kelewat polos. Sampai-smapai tidak memperhatikan wajah melongo chef Reynald.
“Mati gua, mana mau gua nikah sama gajah semok modelan Oci lukman kuadrat begini. salah rayuan gua,” gumam chef Reynald, yang masih dapat terdengar oleh telingaku.
"Hahahahhahah.” Aku pun terbahak-bahak mendengar penjelasan Mbak Nina. Sampai membuat chef Reynald kesal setengah mampus.
"Ck, siapa lagi yang mau nikah sama lo!" ucap chef Reynald tanpa perasaan.
Seketika itu Mbak Nina yang udah kesenangan merubah raut wajahnya dengan cemberut. Ga tega juga si. Tapi ya gini nih kalau kelewat kepedean. Kan jadi makan ati.
"Dis, menurut lo, gua ganteng ga?"
"Kaga!" jawabku sarkatis.
"Ck, masa orang ganteng kaya gua, lo ga bilang ganteng, banyak ko cewe-cewe yang udah klepek-klepek sama gua. Bahkan mereka malah menyamain gua sama stefan wolem."
What? Stefan wolem? Artis sinetron itu? Yang mana cowo di gambarkan, ganteng, baik hati, rajin sholat, suka menabung, banyak teman, tidak merokok. Dan mungkin akan sulit di cari di dunia nyata.
Ya iya lah. Cuma ada di sinetron doang cowo baik bak malaikat plus ganteng. Di dunia nyata, kalau dia baik sayang wajahnya kurang menarik. Wajah nenarik sayang kelakuan penuh intrik.
"Emang, lo suka cowo model gimana si Dis?"
"Ih, ngapain tanya-tanya. Lo mah bukan level gua."
"Iya, siapa?" Kekeh chef Reynald.
"Nick Bateman, Sean O'Pray, Piere Boselli, kalau mau yang berondong Manurios sama Maluma," jawabku jumawa, dan yang mendengarnya pun semua melongo.
“Ya ampun, cowo-cowo limited edition semua,” teriak Nina dan chef Reynald berabrengan, udah seperti orang janjian aja.
"Emang, cowo yang lo sebutin itu mau sama lo?" celetuk seseorang dari arah belakang.
Saat aku menoleh, ternyata yang sedang berkomentar pedas itu si wanita ketok magic  dan dengan lugunya aku pun menyapa.
"Eh, ada Mbak ketok magic. Ikut komentar juga mbak?"
"Maksud lo apa? Manggil gua ketok magic?" sembur Claudia dengan muka yang mulai memerah menahan kesal.
Gimana ga kesal coba, cewek sexy and bohay sepeti dirinya di sebut mbak ketok magic, minta dimutilasi yang manggil. Mana semua orang yang ada di food curt itu menatap ke arah Claudia dengan pandangan yang ... aneh.
"Ops, maaf mbak. Kan bukan saya yang memberi itu gelar," kataku polos.
Lagian usil banget sih, tuh, mulut. Ga ada angin ga ada hujan, nyeletuk aja. Udah kaya keran bocor.
"Lo, yang harusnya ngaca! Muka biasa aja, body rata. Tinggi ga maksimal. Mimpi punya suami sekelas Nick Bateman? Hello, situ halu tingkat dewa?"
"Aduh, mbak. Salah sasaran. Siapa juga yang pengen jadi istrinya Nick Bateman. Ya, beda cerita kalau Nick Batemannya mau sama saya.

Kan, tadi saya ditanya, cowok model gimana yang saya suka. Ya, saya sebutin dong ciri-ciri fisiknya. Emang ada gitu dari kata-kata saya yang bilang ada gitu Nick Bateman dkk bakal jadi suami saya?"
Skak mat! Kulihst Claudia pun diam seribu bahasa, akhirnya melenggang pergi dari hadapan kami.
"Oya mbak, kalau mau nguping jangan setengah-setengah, dari halu jadi malu kan mba?" teriakku tanpa memperdulikan raut wajah Claudia yang berubah seketika.
"Gilaaaa beneeerrr," celektuk mbak Nina.
"Dis, lo, kok, sebelas dua belas ya sama bos tampan. Mulutnya, mulut boncabe. Pedes gila."
Aku pun cuek bebek saja, tidak peduli dengan ucapan orang. Makanya jangan adu mulut sama gue. Ga tanggung jawab ya, kalau kelewat pedes.
Sedang asyik menikmati makan siangnya, dan tak peduli puka tatapan heran chef Reynald dan mbak Nina. Adisa mendapatkan notifikasi dari aplikasi WhatsApp.
[KE PANTI BUNDA KASIH SEKARANG!]
Aduh kepala Provos sudah menggunakan huruf kapital semua, tandanya perintahnya tidak boleh terbantahkan.
Setelah berpamitan dengan dua rekannya. Aku bergegas pergi ke panti. Tanpa ia tahu, dari awal itulah kehidupannya akan mulai berubah.

Bersambung ....

ADISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang