🌠Kesakitan🌠

7.2K 266 14
                                    

Hidup tidak selalu seperti yang ku mau. Terus melangkah menapaki jalan kehidupan. Meskipun kerikil kecil bisa membuat luka, namun aku harus tetap berjalan hingga menuju puncak. Yah, itulah kehidupan sudah ada yang mengatur. Sang Maha Khalik Pencipta Alam Semesta.

🍃

🍃

🍃

             "APA?!" Wanita berhijab biru terang berteriak pada ibunya, lalu kembali menyalak. "Tidak mah, Aina tidak mau.  Tanpa persetujuan Aina atau tidak pernikahan itu pasti berlangsung. Mamah tidak usah minta izin pun pernikahan kalian tetap terjadi. Tapi Aina minta hargai posisiku sebagai seorang anak. Setidaknya kenalin dulu pria itu. Ambil hati Aina dulu kalau dia memang benar-benar mencintai mamah. Tapi ini sama sekali tidak ada basa basi apa-apa. Bagaimana Aina bisa menerimanya?" Setetes air bening jatuh dari kedua mata bulat wanita bernama Aina. Nafasnya memburu, naik turun menahan gejolak emosi didalam dada.

            Mati-matian ia menahan isak tangis yang tidak ingin dikeluarkan, tapi kenyataan hari ini menamparnya dengan keras. Aina harus membuka mata lebih lebar untuk menerima keadaan. Sosok wanita dihadapannya tidak bisa berkata-kata. Sibuk dengan pikiran sendiri mengenai hal yang diinginkannya. Sesuatu yang mungkin bisa membahagiakannya. Namun tidak untuk sang anak. Mengorbakankan semuanya? Khe yang benar saja. Pikir Aina tidak senang. Ada beban berat yang harus kembali tanggung olehnya.

          "Mamah tahu, tapi mamah ingin restu darimu An.." Kata wanita yang dipanggilnya mamah.

           "Ya, itu terserah mamah. Karna pada kenyataannya pria yang mamah pilih sangat bertolak belakang dengan Aina. Pria itu tidak baik dimataku. Dan Aina minta sekarang sebuah kebebasan" Mengusap air matanya kasar ia pergi dari hadapan ibunya menyisakan kepedihan.

          Langit terlihat cerah siang ini. Berwarna biru terang sedikit awan putih sebagai penghias. Aina duduk menopang dagu didepan jendela kamar yang terbuka. Memandang keatas seolah kehangatan sang surya tengah mengejeknya.

           Berkali-kali Aina menghapus air mata yang tak kunjung reda. Ternyata awan mendung pindah dikedua matanya, air tumpah ruah mengalir dipipinya. Ia merasakan dadanya sesak menerima semua kenyataan pahit menimpa hidupnya kali ini.

           "Ya Allah hadiah apa yang sedang menungguku dari kesakitan ini? Hamba tau sekarang Engkau tengah mencintai hamba sedalam-dalamnya. Kuatkan hati hamba untuk menerima semua cobaan ini dari Mu, Ya Allah." Gumam Aina sepelan mungkin.

          Ia mengurung diri dibalik kamar. Ditatapnya laptop hitam yang tergeletak diatas tempat tidur yang tidak jauh dari posisinya sekarang. Kembali menghapus air mata dan merangkak mendekati benda kotak yang hampir 3 tahun ini menemaninya.

          Aina pun menyalakannya, membuka word baru dan berselancar dengan imajinasi membentuk susunan kata dan berakhir dengan sebuah kalimat-kalimat panjang.  Menumpahkan rasa sakit dibalik tulisan.

         Sudah menjadi kebiasaan, dikala sedih, sakit, senang, bahagia terjadi dalam hidupnya ia sering berlari kedunianya sendiri. Dunia menulis yang mampu memberikan obat mujarab bagi hatinya. Seketika rasa sakit yang bersemayam dalam hatinya sedikit demi sedikit mulai memudar.

         Sudah banyak tulisan yang ia buat, namun ia tidak mampu untuk mencetaknya. Hanya bisa memperkenalkannya di dunia maya saja. Meksipun begitu Aina sudah cukup merasa senang.

         Blog dengan nama 'Nabani' itulah nama pena wanita pencinta dunia khayal ini. Saat sudah berteman dengan dunianya ssendiri ia tidak lagi memikirkan apapun diluar sana. Yang ada hanyalah imajinasi-imajinasi liar yang terus keluar dalam kepalanya.

ACA (Ayat Cinta Aina) 「TERBIT」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang