nyokap

467 31 4
                                    

Sesampainya di rumah, Hyera langsung pergi ke kamarnya tanpa menoleh ke Mama maupun Papanya. Hyera lalu menangkupkan kepalanya ke dalam bantal yang ada di kasurnya tersebut. Kata-kata yang dilontarkan oleh Jimin tadi berulang-ulang terputar di pikirannya sekarang ini.

{ f l a s h b a c k o n }

Dengan mata yang mulai panas, Hyera memasuki ruang tamu, tempat kedua orangtuanya dan kedua orangtuanya Jimin berkumpul. Ia berdiri di samping meja pembatas antara keempat orang itu dengan tangan yang gemetaran. Pikirannya hancur, rasanya ingin berteriak dan memaki Jimin, namun dia tidak mau membuat image yang buruk di kali pertama ia bertemu dengan orangtua Jimin.

Yang ia tau, harga dirinya sudah diinjak-injak oleh seorang Park Jimin.

Dua pasang orangtua itu yang awalnya sedang tertawa dan bercanda bersama, kini terdiam dan kaget memandang keadaan Hyera. Menunduk dalam dan mengepal tangannya di depan pinggangnya.

"Ada apa, sayang? Dimana Jimin?" 

Hyera tidak menjawab, dia berkali-kali mengusap wajahnya agar raut muka marahnya tidak terlalu kelihatan saat membalas ucapan Mamanya tersebut.

"Ma, Hyera mau pulang." ucap Hyera sambil menatap Mamanya sambil memasang raut muka sedih yang dibuat-buatnya sendiri.

Biar Jimin-nya nanti makin disalah-salahin katanya.

"Kenapa, sayang?" tanya papanya Hyera

"Ntahlah, sepertinya Jimin sama sekali nggak ngenerima Hyera disini. Maafin Hyera, tan, om, karena tiba-tiba bilang begini." ucap Hyera menunduk

"Gapapa, nak. Jangan sedih, Maafin anak tante juga ya, ntar bakal tante marahin deh." mamanya Jimin bangkit lalu memeluk Hyera

"Kalian pulang saja, sepertinya anakku sudah membuatnya seperti ini. Nanti aku akan berbicara dengan Jimin, kau tenangkan saja dia." ujar mamanya Jimin kepada mamanya Hyera tidak bersuara, hanya gerakan mulut.

Mengerti atas gerakan mulut tersebut, mama Hyera menanggukkan kepalanya. Setelah itu, mama dan papa Hyera segera bangkit dari tempat duduknya. 

"Maaf tiba-tiba, kalau begitu kami permisi ya." pamit papa Hyera

Papa Jimin mengangguk, lalu mulai bersalaman dengan kedua orangtua Hyera.

Di mobil, Hyera hanya diam dan memilih untuk menatap diluar jendela. Mamanya sudah berusaha untuk mengajaknya bicara, namun dia tetap diam dan tak menjawab. Pada akhirnya, kedua orangtua Hyera hanya bisa menghela napas berat dan menatap anak mereka khawatir.

{ f l a s h b a c k o f f }

Dia sedikit memiringkan wajahnya ke kiri, ke arah jendela kamarnya.

Tapi gitu-gitu, kira-kira gue udah seburuk itu ya di otaknya? Kalau tadi gak anak famous gue bakalan b aja woy, lah ini malah famous banget. - jhr

Dia kembali menangkupkan seluruh wajahnya ke bantal. 

Bodoamat dah ah, emang dia kira gue juga mau dijodohin sama dia? gajadi senang gue kalau ternyata Jimin itu orangnya kaya gitu, sok iya banget, dih. Ugh! - jhr

Dia lalu memutar balikkan arah tubuhnya, yang awalnya menghadap ke tempat tidur, kini menghadap atap kamar tidurnya. Dia menghela napas berat lalu mulai memejamkan matanya.

Tok! Tok! Tok!

Matanya kembali terbuka dan mengarah kepada pintu kamarnya. Tanpa ada jawaban yang keluar dari mulutnya, pintu tersebut sudah terbuka, menampilkan seorang perempuan yang umurnya lebih tua daripada Hyera. Melihat itu, Hyera kembali menatap atap kamar tapi dengan mata yang terbuka.

Kulkas Berjalan | pjm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang