YOU'RE THE ONE & ONLY

642 45 25
                                    

"Kamu satu-satunya perempuan yang aku cintai. Kamu yang terakhir. Aku janji."

- - - - - - -

"Temui appa di kantor. Kita bicarakan semuanya begitu kau disini."

Itulah kalimat yang diucapkan oleh ayah Hanbin sebelum beliau menutup teleponnya.

Ini begitu membingungkan. Semuanya datang secara bersamaan. Padahal Ini satu-satunya kesempatan agar Hanbin bisa bertemu dengan ayahnya. Tapi bagaimana dengan nyawa Mina yang saat ini sedang terancam.

"Masa iya gue harus ngebiarin seseorang yang nyawanya terancam demi ketemu papah gue?"

Hanbin rasanya frustasi memikirkan dua hal itu.

"Haahh.. Ga ada waktu lagi.." Hanbin mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu bergegas keluar apartemennya.

.
.

06.10 pm

Hari semakin gelap. Matahari telah menyembunyikan sinarnya dan digantikan oleh sinar rembulan.

Saat itu kondisi Sana cs sangat terguncang. Melihat temannya terbaring di dalam sana, tak berdaya. Tak ada satu hal pun yang bisa mereka lakukan untuk membantu temannya itu.

Pihak rumah sakit mengatakan bahwa stok darahnya sedang tidak ada saat ini. Satu-satunya cara adalah mencari seseorang dengan golongan darah sama yang bersedia mendonorkan darahnya. Dengan catatan orang tersebut harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang sakit.

"Temen-temen kita harus gimana?" Momo tampak berderai air mata.

"Gue juga gak tau, Mo. Barusan June bilang sama gue kalo dia tadi habis nelpon Hanbin dan katanya golongan darah Jennie sama kayak Mina. Tapi.." Tzuyu memperlambat ucapannya.

"Tapi apa Tzuyu?!" Momo mendesak Tzuyu agar melanjutkan ucapannya tadi.

"Jennie lagi sakit sekarang ini, dan itu tuh gak mungkin banget kan." Lanjutnya.

"Haahh.." Momo menghela nafasnya dengan kasar.

"Walaupun dia sehat juga gue gak yakin dia mau donorin darahnya buat temen kita. Kalian tau sendiri kan sikap dia ke Mina gimana?!" Ujar Sana tiba-tiba dengan wajah dingin.

Tzuyu melangkah maju dan berdiri tepat di depan pintu ruangan dimana Mina terbaring. Menempelkan tangannya di kaca pintu sembari menatap lurus ke arah Mina. "Mina.. maafin kita ya.. Kita bener-bener temen yang gak guna.." Untuk kesekian kalinya Tzuyu menitikkan air mata.

Momo mengusap pundak Tzuyu berusaha memberikan kekuatan agar Tzuyu dapat tabah, begitupun dengan Sana.

Sementara June, ia terduduk di bangku rumah sakit dengan perasaan campur aduk.

"June." Suara bass laki-laki itu sontak membuat June mendongakkan kepalanya ke atas. "Gimana keadaan Mina?"

June terkejut melihat kedatangan Hanbin dengan Jennie di sampingnya. Bukankah tadi Hanbin bilang Jennie sedang sakit? Mau apa ia kemari?

.
.

Flashback

Hanbin melajukan mobilnya menuju rumah Jennie. Padahal baru saja ia pulang dari sana. Dan sekarang ia harus kembali ke sana lagi.

Setibanya di sana Hanbin langsung mengetuk pintu berwarna coklat itu tanpa pikir panjang. Tak berapa lama pintu itu terbuka dengan Jisoo dibaliknya.

Ekspresi bingung terukir jelas di wajah Jisoo. "Loh, Hanbin? Kok lo balik lagi? Ada apa?"

"Nggak kok Jis. Cuman ada yang pengen gue omongin sama Jennie."

𝙇𝙤𝙫𝙞𝙣𝙜 𝙈𝙮 '𝘽'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang