Sudah dua minggu berlalu sejak kepulangan Dewa dan Catleen dari Cebu. Dewa memang tidak berbohong sama sekali karena sekembalinya mereka dari Cebu, cowok itu langsung di sambut setumpuk berkas dan pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.
Rapat investor yang Dewa bilang itu juga benar adanya. Parahnya, rapat tersebut sepertinya tidak terlalu menghasilkan keputusan yang baik. Sehingga, Dewa sampai hari ini masih harus berkutat dengan pekerjaannya dan begadang setiap malam.
Bahkan guratan-guratan lelah di garis wajahnya sudah terlihat semakin jelas. Dewa sadar betul tubuhnya butuh istirahat. Namun, apa daya pekerjaan ini tidak mengijinkannya untuk mengambil waktu luang sesuka hatinya. Meski kenyataannya Dewa adalah boss disini.
Mengenai Catleen sendiri, cewek itu tidak banyak bicara sepulangnya mereka dari perjalanan bulan madu yang tidak berakhir bahagia tersebut. Ia hanya bicara seperlunya, memasak untuk Dewa sekadarnya, dan tidak sedikitpun ia bertanya pada suaminya tersebut tentang kesibukkan apa yang sedang Dewa jalani. Ia memilih diam dan tidak ingin tahu sama sekali.
Sebenarnya, Dewa ingin benar-benar berdamai dengan istrinya tersebut. Hanya saja di tengah lautan pekerjaan yang memusingkan ini Dewa rasa ia belum mampu memikirkan cara yang lebih baik agar Catleen mau dengan ikhlas memaafkannya. Maka dari itu yang Dewa pikirkan hanyalah bagaimana caranya menyelesaikan semua pekerjaan ini dengan cepat dan tepat lalu ia bisa mencari waktu untuk bicara berdua dengan Catleen dan memohon maaf lagi padanya.
Jam tangan Dewa sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. Ia baru saja tiba di rumahnya jam segini. Setelah di buka kan pintu oleh pembantu, Dewa langsung meletakkan semua barang-barangnya di ruang kerja. Ia masih punya waktu setengah jam lagi untuk mengecek beberapa proposal yang akan ia gunakan besok pagi dalam acara rapat.
Dewa pun melonggarkan sedikit dasinya dan kembali menyalakan laptop. Kedua matanya memang belum mengantuk sedikitpun karena percaya atau tidak ia sudah melahap bergelas-gelas kopi beberapa hari ini.
Dengan susah payah Dewa berusaha mengatur fokus pikirannya agar dapat secepatnya mengecek proposal tersebut. Namun, suara gagang pintu yang di buka membuat kedua matanya beralih kepada sesosok perempuan yang baru saja membuka pintu ruang kerjanya.
“Loh kamu belum tidur by?”. Tanya Dewa agak kaget.
Catleen hanya diam. Menatap lekat kedua mata suaminya dengan pandangan yang sulit di artikan.
“Pintu kamar aku kunci. Kayaknya kamu bukan tipikal manusia yang butuh tidur lagi”. ucap Catleen dengan tatapan datar yang menandakan rasa lelah dan kesalnya.
Dewa sedikit terkejut dengan penuturan istrinya tersebut, ia segera berdiri berusaha untuk menjelaskan agar Catleen tahu bahwa sekarang ia harus mengecek beberapa proposal penting secepatnya.
Namun, belum juga langkah Dewa sampai ke hadapan cewek itu. Catleen langsung saja berbalik dan menutup pintu ruang kerja Dewa dengan cukup keras, bunyinya bahkan terdengar cukup kencang.Dewa menghela nafas berat. Ia justru berbalik ke meja kerjanya dan berusaha kembali membaca beberapa data dan juga proposal tersebut. Mungkin setelah menyelesaikan ini ia akan membujuk Catleen.
****
Banyak orang yang mengatakan betapa besar pengaruh pernikahan mengubah kehidupan seseorang. Atau juga ada ungkapain lain yang menyatakan bahwa pernikah mampu menggali lebih dalam dari yang bisa cinta lakukan. Ya, pernikahan mampu membuktikan sifat dan sikap seseorang yang sebenarnya.
Hari ini Catleen telah membuktikan keduanya.
Pernikahan yang suci dan sakral tersebut benar-benar mampu membuka segala dinding ketidak tahuan yang selama ini menjadi jarak bagi ia dan Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard For Me | kaistal
Fanfic[SEQUEL TEARS] "We will either win together or we will lose together" Pernikahan tidak menjadikan segalanya selalu mudah dan indah. Pernikahan tidak pernah menjanjikan kedua hal tersebut. Namun pernikahan adalah jalan untuk belajar mewujudkan...