6. Bad Comments

84 17 3
                                    

Dewa memarkirkan mobilnya di garasi setelah menempuh perjalanan pulang dari kantor menuju rumah kurang lebih dua jam karena macet yang menyebalkan.

Helaan nafasnya yang berat menandakan betapa melelahkan hari yang ia lalui. Pekerjaan dikantor yang cukup rumit, meeting yang banyak, bertemu orang-orang baru dan harus membicarakan banyak hal sepanjang hari, tentu itu bukan sesuatu yang menyenangkan untuk dilewati.

Apalagi ditambah dengan kondisi rumah tangganya saat ini yang tidak begitu baik. Dewa tidak bisa berhenti memikirkan Catleen, mengingat bagaimana istrinya tersebut sangat bersikeras tidak ingin diantar kerja olehnya tadi pagi—membuat Dewa merasa makin sakit hati. Padahal mereka baru saja berbaikan akibat gagalnya bulan madu ke Cebu tetapi tidak sampai sehari permasalahan baru langsung datang lagi.

Dewa pun melangkahkan kakinya gontai dari garasi menuju pintu rumah. Pintu yang tidak di kunci tersebut menandakan bahwa Catleen memang tidak berniat ingin membukakan pintu untuknya. Dewa menghela nafas pasrah, ia berjalan masuk lalu kembali menutup pintu dan menguncinya.

Lampu diruang tamu yang sudah dimatikan. Dan tidak ada suara kebisingan apapun didapur. Itu jelas pertanda bahwa istrinya masih kesal.

Dewa letakkan tas kerjanya diatas sofa lalu berjalan menuju tangga. Kamar tidur mereka berada dilantai dua. Saat kedua kakinya tinggal beberapa langkah lagi menuju kamar tidur, pintu kamar tersebut tiba-tiba terbuka.

Catleen keluar dari sana dengan wajah lesu dan pucat. Pandangan Dewa langsung turun kearah benda yang sedang dipegang oleh wanita itu.

Dewa menghela nafas lalu berusaha menunjukkan seulas senyum pada istrinya tersebut. "By...". Ucap Dewa.

Catleen mendelik lalu kembali berjalan masuk ke dalam kamar. Dewa memutuskan untuk mengikutinya.

Catleen pun kembali melirik benda tersebut dan terlihat ia menarik nafas berat. Wajahnya semakin murung dan pada detik berikutnya Catleen benar-benar membuang benda tersebut ke tempat sampah kering yang ada didalam kamar.

Tanpa bertanya pun Dewa tahu apa hasilnya. Benda itu ialah testpack. Dan jika Catleen memutuskan untuk membuangnya sudah tentu itu karena hasilnya tidak seperti yang wanita itu inginkan. Sebagai suami, Dewa paham betul bagaimana besarnya keinginan Catleen untuk segera memiliki anak. Dan meskipun Dewa tidak begitu menunjukkan ketertarikan ingin punya anak namun sesungguhnya didalam hatinya ia juga sangat ingin segera punya anak. Hanya saja Dewa memilih menyimpannya agar Catleen tidak bertambah merasa terbebani dengan keinginan tersebut.

Namun, sekarang saat melihat raut wajah istrinya—Dewa rasa Catleen sudah nyaris putus asa. Ia tidak berbicara sepatah kata apapun. Hanya kembali berbaring ke tempat tidur dan memunggungi Dewa.

Dewa yang melihat itu memutuskan tak banyak bicara.  Ia memilih pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju. Seharian berkutat dengan pekerjaan membuat badan Dewa sangat tidak nyaman.

Usai beberapa menit Dewa didalam kamar mandi, ia pun keluar dengan handuk yang melilit dibagian bawah tubuhnya. Dewa memperhatikan tubuh Catleen yang masih mengenakan bathrobe dan masih anteng berbaring memunggunginya. Wanita itu tampak memejamkan matanya, entah benar-benar sudah tidur atau hanya sekedar memejamkan mata, Dewa tidak tahu pasti. Dan Dewa pun memilih untuk duduk disisi tempat tidur dengan badan yang juga memunggungi Catleen.

Dewa menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya.

"Kalau tahu bakal bikin kamu jadi sesedih ini by, mungkin harusnya kita nggak usah nikah cepet-cepet". Ungkap Dewa dengan suaranya yang lirih.

"Aku harusnya nggak nyeret kamu dalam kehidupanku yang banyak masalah ini". Sambung Dewa lagi. Rasa penyesalan mulai menghinggapinya, bukan menyesal menikahi Catleen tetapi menyesal karena gagal membahagian wanita itu seperti janjinya.

Hard For Me |  kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang