Kamu tak perlu mengatakan secara langsung bahwa "kamu tak mencintaiku" .
Sebab, cara dirimu memperlakukan ku pun sudah jelas menegaskan, bahwa kamu hanya sebatas ilusi yang aku ciptakan.
(Lebih dari sebilah pisau)
——————————————Sejak pulang dari mall, semalam. Renata dan Luna tak pergi kemana-mana lagi. Selepas tiba di rumah, mereka bergegas membersihkan badan, menunaikan shalat isya, kemudian langsung tertidur dengan lelap karena merasa lelah.
Pukul 05.00 pagi. Setelah menunaikan dua rakaat shalat shubuh barusan, Renata dan Luna kembali bergegas merapikan tempat tidur, dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah
"Sunblock mana ya? " ucap Renata entah pada siapa, kini ia tengah mencari krim tabir surya nya yang tak kunjung tertemu.
Luna sudah selesai bersiap sejak tadi, dan juga sudah selesai menyiapkan sarapan, ia berjalan menuju kamar Renata, dan mendapati renata yang terlihat seperti tengah mencari sesuatu "cari apa dek?"
"Ya?" Renata sedikit terperanjat, dan menoleh ke arah dasar suara "ngg.. ini, sunscreen dimana ya? Dari tadi gak ketemu-ketemu"
Luna sedikit mengernyitkan dahi, teringat sesuatu "Oh! Sorry. Waktu adek mandi kakak ambil, soalnya punya kakak abis, hee"
Renata menghela napas lega "ya ampun, ku kira ilang" ucap nya.
"Hehe.. Yaudah kakak ambil, ya" ucap Luna, kemudian beranjak dari pembatas kamar Renata, dan berjalan menuju kamar nya.
Tak lama kemudian, Luna kembali dengan membawa sesuatu yang barusan Renata pinta
Luna memberikan tabir surya tersebut "Buruan ya. Kakak tunggu di bawah" ujar Luna, yang di balas anggukkan oleh Renata, dan kemudian berjalan menuju dapur.
Selang beberapa menit kemudian, Renata tiba di dapur, dengan mengenakkan seragam khas sekolah mereka. Renata duduk di bangku nya, mengamati Luna yang tengah mengambilkan sepiring nasi untuk nya.
"Makasiiih" ucap Renata saat menerima sepiring nasi dari kakak nya.
Luna duduk, berhadapan dengan renata. Dan kini, mereka tengah menyantap sarapan pagi nya dengan lahap dan khidmat. Tanpa bicara.
🌸🌸🌸
Bima tengah mengeringkan rambut nya yang basah dengan hairdryer. Entah mengapa sejak semalam, ia merasa hati nya tak tenang, dan merasa bersalah atas perkataan nya pada Renata. Tak seharusnya, bima yang baru mengenal mereka mengatakan sesuatu yang demikian, mereka bukan arka, yang akan menerima setiap perkataan bima dengan lapang dada, dan menganggap semuanya hanya sebatas lelucon.
Bima berhenti mengeringkan rambut sejenak "apa gue minta maaf aja, ya?" Tanya nya pada diri sendiri, sesaat bima merenung, kemudian ia menggelengkan kepala "nggak nggak. Gue nggak salah, gue kan cuma ngomong kaya gitu, dia juga gak bakal sakit hati" gerutu nya.
"Tapi kan tetep aja, gue merasa bersalah. Kalo gue gak minta maaf, gue belum bisa tenang" separuh hatinya berkata demikian.
"Yaudah lah, minta maaf doang. Gak bikin harga diri turun. Seenggaknya gue nggak terlalu terlihat jahat kan?" Ucap bima sambil menatap bayangan dirinya yang ada di dalam cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Me
Teen FictionKisah cinta, memang suatu hal yang sangat sulit untuk di mengerti. Mulai dari alurnya yang sulit untuk di tebak, dan kisah nya yang memang jarang tak rumit. Renata almira. Kalian bisa memanggil nya dengan sebutan Renata. Seorang gadis cantik...