Give (me) up

468 51 48
                                    

Tok tok tok..

Yunhyeong mengetuk pelan pintu yang ada di depannya.

"Juneya aku masuk ya?" Membuka sedikit pintu tersebut kemudian masuk ke dalam ruangan.

"Maaf aku terlambat juneya" ucap Yunhyeong sembari melangkah mendekat.

"Aku tadi mampir ke rumah eomma, dan menemani eunjin sebentar. Ah iya, kau sudah makan? Tadi sarapanmu habis tidak? Maaf aku membuatmu menunggu ya? Hehehe" kekeh Yunhyeong sembari meletakan barang bawaannya. Setelah selesai Yunhyeong menghampiri Junhoe dan duduk tepat di sampingnya.

"Maaf ya aku terlambat" ucap Yunhyeong tersenyum kepada Junhoe.

Namun Junhoe tidak merespon apapun. Bahkan untuk melirik sedikitpun tidak. Yunhyoeng tertunduk lemas sebentar kemudian mengangkat kepalanya lagi menatap Junhoe sendu.

"Juneya.." panggil Yunhyeong.

"..." Junhoe tidak menjawab.

"Apa harus sesakit ini mencintaimu?" Bibir Yunhyoeng mulai bergetar.

"..."

"Apa harus selalu terluka untuk memilikimu?" Bahunya kini bergetar.

"..."

Rongga dada Yunhyeong mulai terasa penuh dan sesak. Bulir bening pada matanya pun mulai menumpuk. Dan siap terjatuh kapan pun.

"Juneeee.." rengek Yunhyeong.

"Hiks.. hiks.." bulir itu akhirnya terjatuh melewati pipi tirus Yunhyeong dengan cepat.

"Juneyaa jawab aku.. hiks"

Masih belum ada respon pasti dari Junhoe. Yunhyeong kembali menangis.

"Juneyaa kenapa kau diam saja hiks? Apa kau hiks begitu marahnya padaku hiks?"

"...."

"Juneeee aku minta maaaf hiks.. tadi hiks.. aku harus menemani eunji sebentaaaarr hiks.."

Junhoe masih dalam pendiriannya. Tidak menjawab dan tidak merespon Yunhyeong. Sedikitpun.

"Juneyaaa.. hiks" air mata Yunhyeong mengalir deras di pipinya.

"...."

"Kenapa kau tega sekali padaku hiks.."

"Apa harus selalu merasa sakit hiks ketika jatuh cinta kepadamu? Hiks.. hiks.."

"...."

"Kau jahat sekali juneeeee hiks"

"Kau membuatku terlukaaa" tangis Yunhyeong semakin pecah.

"Kau membuatku terus terluka karena bertahan denganmuu hiks.."

"Kau hiks.. membuatku terus hiks.. terluka karena merindukanmu hiks.."

"Kau membuatku hiks selalu terluka juneee huaaa hiks hiks..." Yunhyeong tenggelam dalam tangisannya.

Yunhyeong menangis keras dengan terus menyebutkan nama Junhoe. Sesekali Yunhyeong memanggil eommanya dan berkata bahwa Junhoe adalah makhluk terjahat yang pernah ditemuinya. Dengan rasa sesak pada dadanya dan sakit pada tenggorokan Yunhyeong terus meraung merintihkan kesakitannya.

Keluhan demi keluhan terurai dari matanya terus mengalirkan air asin dengan deras. Seakan akan menandakan bahwa bibirnya sudah tidak mampu berbicara keluhannya. Yunhyeong benar benar merasakan sakit yang luar biasa pada hatinya.

Namun Junhoe dengan watak dinginnya masih teguh untuk tidak merespon Yunhyeong yang terus menerus memberikan sumpah serapah untuk dirinya. Namun respon diam yang Junhoe tunjukan seolah olah memberi tanda bahwa Junhoe tidaklah sama sekali bahkan sedikitpun perduli pada keadaan Yunhyeong saat ini.

Terhitung 30 menit Yunhyeong menangis sembari meraung hebat. Mengungkapkan keluh kesahnya selama ini, pada acuhnya Junhoe. Lambat laun raungan Yunhyeong semakin lama semakin memelan. Yunhyeong melemah berikut dengan tangisannya yang meredam. Yunhyeong menangkup wajahnya sendiri. Merintih dalam diam pada tundukkannya.

"Hiks hiks.." Yunhyeong mengangkat wajahnya kembali menatap Junhoe sendu dengan air matanya yang masih mengaliri pipi tirusnya.

"Juneyaa hiks.."

"Aku hiks.. aku merindukanmu hiks.. juneyaa.. hiks hiks"

"...."

"A.. hiks.. a..aku tersiksa jun.. hiks.. juneyaa.. hiks hiks.."

"...."

"Juneyaa.. hiks... hiks.."

Yunhyeong perlahan meraih tangan Junhoe yang dingin dan mulai mendekatkan pipi kanannya ke telapak lebar itu.

"A..aku hiks.. merindukanmu jun... hiks hiks"

"....."

"Hiks.. hiks.."

































"Cepatlah sadar juneyaa.. hiks hiks.."



























.... 
































































Dan disinilah Junhoe. Tertidur lemah di atas tempat tidur ruang inap. Dengan kondisi tubuh yang tidak sama sekali berdaya. Berbagai alat medis menempel kulit dinginnya.

Bukan keinginan Junhoe untuk mengacuhkan Yunhyeongnya sekarang. Bukan ketersengajaan Junhoe pula, membuat kekasih manisnya ini menangis dan menyumpahi dirinya. Junhoe tidak sengaja. Junhoe tidak berdaya.

Junhoe mengerti betul dan merasakan pula apa yang sedang dirasakan kesayangannya ini. Dalam diam Junhoe semakin tidak berdaya ketika Yunhyeong menyentuh telapak tangannya dengan pipi tirus Yunhyeong. Junhoe juga menitikkan air mata hanya Yunhyeong tidak tau.

Ingin rasanya Junhoe mengelus surai coklat gelap kekasihnya ini. Menenangkan kekasihnya ini yang tengah tertidur di sisi kanannya. Menghantarkan sayang dan menjelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Namun Junhoe tidak bisa. Junhoe hanya bisa menitikkan air mata dalam lelapnya.

Lelap Junhoe dan Yunhyeong, biarlah sampai semua penat mereka selesai. Dan membiarkan mereka bertemu di alam bawah sadar. Dan melepas rindu disana.

Dalam tautan tangan, keduanya begitu menikmati mimpi. Dalam rengkuhan hayal Junhoe dan Yunhyeong saling memeluk posesif. Biarkan begitu dulu.

Sampai..

Piiiiiiiiiiipp
Suara pendeteksi jantung menunjukkan garis lurus pada layarnya.

Semua..












Menyelesaikan mereka...









..
















"DOKTER!! TOLONG DOKTER!! JUNEEEE!!!"



















...














..
















.











The (truth) end...

___________________________________________________

Seven Dangerous ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang