Bagian Dua

38 7 0
                                    

"Woy, drama kita apaan?" Tanya Latifa sambil menarik kursi dan mendudukkan badannya disana.

"Roro jonggrang?" Usul Andin

"Malin kundang aja gimana?"

"Roro jonggrang aja, woy!"

Gue harus nimbrung kasih satu ide yang berguna dikit. Ya kali cuma diem kek manekin gini.

"Gak, lo apaan sih?! Malin kundang aja udah." Sewot Andin pada Latifa.

"Kalian berdua kok ribet banget ya? Gini, gimana kalo dramanya Roro Kundang aja?" Vella menjentikkan jarinya.

Aduh Vel, bego boleh goblok jangan!:(

"Bagus juga tuh, Roro Kundang. Ntar kalo kutukan mereka udah kelar, gue jodohin biar ga jones cem Vella." Ledek Gilang.

Dan lagi, semua tertawa. Kecuali Yudha.

Entah Yudha emang punya selera humor tingkat luar angkasa entah penyakut budegnya kambuh.

"Danil, gue yakin lo punya kuota kan? Lo kan gamers moba," Andin menunjuk Danil dengan pulpen milik Latifa.

Danil menggeleng, "Gue gak punya kuota. Lagi abis, kosong banget nih!" elak Danil. Kang bajay kayak ngeles. Etdahh kebalik 'kan:(

Pandangan Andin terarah pada Gilang.

"Gilang, lo kan Youtubers. Pinjem hp bentar!"

Gilang menggeleng, "Hp gue kehabisan batrai, Din."

Vella mendesah kesal melihat betapa kikirnya makhluk di kelompok ini.

Ini kenapasih pada pelit banget kalo dimintai kuota. Padahal 'kan demi kelompok juga. Kesel deh lama-lama.

"Gue gabawa hp."

"Lo tau 'kan, kalo gue penikmat hotspot dan gratisan?"

"Kuota itu apa ya?"

De-el-el.

"Pinjem ke Yudha aja coba," Oper Gilang.

Andin menatap Yudha ragu.

"Lo aja deh, Vel yang coba minta ke Yudha."

Mana mungkin nih dedemit mau minjamin hempon sama kuotanya? Ntar yang ada gue malah kena kepret.

"Gak deh, gue ada kuota 'kok."

👑

"Setelah gue cari, nih ada drama bagus mungkin, judulnya Beauty and the beast. Pas buat 7 orang."

"Nah, bagus tuh. Gue jadi Peter aja. Danil jadi ayah. Soalnya, tampang lo tuh ngedukung banget buat tokoh tua." Gilang menunjuk Danil yang langsung dibalas dengan acungan jari tengah.

"Gue ganteng kek gini lo bilang tua. Gue tuh babyface ya."

"Bukan baby, tapi lo tuh cocoknya jadi babi."

"Bajingan lo!"

"Heh kalian bisa diem, gak?!" bentak Andin.

Gilang dan Danil mengulum tawa sembari sesekali saling menendang kaki masing-masing.

"Biar gue yang bagi. Gilang jadi ayah aja, cocok. Soalnya cuma lo yang punya kumis disini" tunjuk Vella.

Pokoknya gue harus terlihat bar-bar meskipun ambyar.

Yudha menatap Vella sedikit lebih lama. Ada gumanan kecil yang hanya ia sendiri mengerti.

'Biarpun elo anak baru, tapi lo cepat akrab sama orang-orang idiot disini. Gue takut jadi cepat nyaman juga sama lo, Vel.'

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang