Bagian Satu

51 11 0
                                    

Queena Vellarentika berlari secepat yang ia bisa dan berharap ada peluang supaya ia tidak terlambat pada upacara hari ini.

"Priitt..!! Yang terlambat baris diluar pagar!" Sorak satpam sambil meniup peluitnya.

Beberapa siswa berjalan menuju pagar. Termasuk Vella sendiri. Gadis itu menghela napas panjang lalu menoleh ke samping. Matanya menatap seorang siswa yg dengan santai berjalan keluar dari barisan dan pergi begitu saja.

Entah kenapa, Vella mendadak ingin menegurnya. Bukankah tidak sopan membolos begitu saja?

"Woy! Yang pake jaket warna coklat!" Teriak Vella tertahan.

Pria itu menoleh.

"Apa? Manggil gue?"

"Jangan kabur lo!"

"Suka-suka gue dong." Ia berlalu dan membuang muka.

Ngeselin lo, Bambang. Liat aja, gue aduin lo biar tahu rasa!

"Pak, ada yg kabur!" Lapor Vella pada pak Satpam yang sedang berdiri mengawasi keadaan dalam lapangan.

"Mana?"

"Itu pak, dia kesana." Tunjuk Vella.

"Kamu panggil dia, bawa kesini." Suruh pak Satpam.

"Masa saya yang panggil, sih."

"Panggil aja. Paling dia belom jauh. Saya harus mengawasi murid dalam lapangan."

Vella menurut. Ia berjalan meninggalkan barisan dan pergi menjemput pria yang bolos barusan.

Gadis berponi itu celingak-celinguk mencari keberadaan sosok pria berjaket kulit warna coklat dengan alis tebal. Kalau pak satpam tidak memintanya mencari pria itu, Vella bakal ogah-ogahan berdiri diluar lapangan menjadi tontonan. Mending seperti ini, ia bisa menghilangkan suntuk dengan jalan-jalan.

"Lo kabur juga?"

Vella menoleh ke sumber suara. Pria tadi duduk di depan warung kecil dibelakang SMA sembari memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan.

"Dipanggil pak satpam. Lo disuruh balik."

"Gak mau."

"Jadi tujuan lo kabur cuma buat ngerokok?" Tanya Vella.

Please deh, Vel. Tugas lo cuma nyuruh dia balik aja. Gak usah tanya ini itu. Gak guna banget.

Ia tak kunjung menjawab. Pria itu membeli korek api lalu membakar ujungnya.

Kesal pertanyaannya tak ditanggapi, Vella meraih rokok yang akan dibakarnya itu, merampasnya cepat, membuangnya ke tanah dan menginjaknya sampai hancur.

"Lo apa-apan sih!"

"Balik sekarang! Makanya, jangan ngacangin gue!" Vella menarik tangan pria itu kembali ke barisan siswa terlambat di luar gerbang. Anehnya, pria itu menurut.

"Pak, ini nih yang bolos tadi!" Lapor Vella.

Pak satpam mengangguk pelan lalu mengeluarkan sebuah buku kecil dari sakunya.

"Siapa nama kamu? Baru jadi siswa kelas sepuluh aja sudah berani melanggar. Kamu juga!" Pak satpam ikut-ikutan memarahi Vella.

Nah loh, ini gimana toh? Bukannya si bapak tadi yang nyuruh Vella nyari cowo dedemit ini?

"Loh, kok saya pak?" Protes Vella tidak setuju.

"Kamu terlambat juga kan?" Tunjuk pak satpam.

Vella mengerucutkan bibirnya kesal.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang