Dulu Sekarang

2.1K 131 18
                                    

Daun yang harus mengedipkan matanya beberapa kali berusaha membiasakan cahaya pagi ini yang menyinari dirinya lewat jendela, Sambil ia menguap dengan tangannya menutup mulutnya

Matanya mengarah pada Cahaya yang berada disampingnya dengan tidur pulas, Tidak lupa jika semalam mereka berdua tidur satu ranjang dengan guling menjadi pembatas antara mereka berdua

Ia bangkit dari ranjang mengerakan badannya yang sudah sedikit membaik serta rasa pusingnya telah hilang, hidungnya mencium aroma yang pernah ia kenali sekaligus rindu dengan masakan Tanah

Sambil ia merapikan beberapa helaian rambut yang menutupi wajahnya dan mengikat rambutnya, Dan keluar dari kamar melihat jika para Saudaranya tidur semua kecuali orang yang tengah memasak di dapur

"Pagi Daun" Gadis itu yang sudah di dapur melihat jika Tanah yang memakai clemek serta memasak yang menimbulkan aroma yang membuat siapapun ngiler

"Pagi kak Tanah" Balasnya sedikit cerah mendekati Kakaknya yang sedikit tinggi darinya "Masak apa ni?, Aromanya buat aku jadi bangun" Lelaki itu tertawa matanya terfokus pada masakan yang dipuji Daun

Jam yang menunjukan jam 5 dan itupun Tanah sudah harus siapkan sarapan untuk para adionya termasuk Gadis yang hinap disini semalam

"Nasi goreng serta Telur buat Sandwich"

"Apa boleh bantu?"

"Ah boleh, Bisa ambilkan piring di lemari sana?" Daun mengangguk sambil berjalan arah letak piring yang ia ketauhi sejak dulu dengan ia mengambil beberapa piring yang tertata rapi disana meletakan di meja makan tidak lupa sendok dan garpu

"Terasa kau tau di mana letak sendok dan garpu tanpa aku beritau" Tanah memindahkan nasi goreng yang telah ia masak di piring yang di berikan Gasdis itu yang terkekeh kecil saja sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk "Bebanku akan sedikit kurang ada bantuan mu" Pujinya

Selama 30 menit ini dua orang sibuk dengan dapur sesekali Tanah mengelap keringat lalu mencuci tangannya setelah membereskan bekal untuk Adiknya yang ia buat Sandwich, Dia terpikir bahwa ia dulunya yang sibuk sendiri di dapur sendirian dan sekarang muncul Gadis yang menawarkan bantuan

Sedikit repot jika Gadis itu sudah tidak sakit tapi ia tetap khawatir

Temannya Cahaya berati temennya juga doh, Tidak apa apa

*Ala ala Qoutes Boboiboy mah

"Whoaaaa Siapa dia cantik kali" Angin yang masuk dengan wajah binarnya jika melihat seorang Gadis yang bersama dengan Tanah tengah menyibuk dapur, Ia tidak tau jika Gadis itu menghinap semalam

"Gadis yang Cahaya bicarakan"

"Mirip juga dengan Daun kita" Ucapnya pelan dengan wajah cerianya dipagi ini dengan matahari bersinar seperti dia "Hi aku Angin kakaknya Cahaya"

"Eh... Salam kenal kak, Aku Daun" Ucap Daun pelan melihat Kakaknya yang satu ini dengan ceria menghiasi wajahnya, Daun tidak tau kata kata apa yang ingin keluar dari mulutnya ketika mereka bertatapan dengan jarak dekat serta Daun bisa mencium aroma wangi sabun milik Angin yang kelihatannya baru mandi

"Manis juga" Gumamnya bisa di dengar oleh Daun yang jaraknya dekat dirinya membuat wajah Gadis itu memanas menciptakan pemandangan indah dari mata coklat milik Angin "Kelihatan polos"

Angin yang tiba tiba termundur beberapa langkah membuat jarak dia dan kakaknya menjauh, Daun menoleh belakang Angin yang terlihat ada seseorang dengan wajah datar terpasang disana yang barusan menarik Angin menjauhi dirinya

"Pagi pagi jangan cari ribut, Kak"

"Ngak apa apa biar hilangkan rasa sunyi disini" Angin sambil seringai penuh melihat Cahaya semakin datar serta Tanah yang tengah menutup tutupan bekal hanya mengeleng pelan jika rumah ini tidak pernah diam sma sekali

"Iya ngak pa pa hilangin rasa sunyi ini..." Senyuman Cahaya tidak menunjukan keceriaan namun seringaian balik "Hilangin masa depanmu ngak apa kan"

"Oh... Ngak usah makasih" Daun terkekeh pelan melihat raut wajah Angin berubah seketika "Aku ndak mau masa depanku hancur"

"Oke" Cahaya melepaskan tangannya dari kaos Angin, Sambil matanya mengarah pada Gadis yang tengah menatapnya "Kau ngak pa pa?" Daun mengeleng saja sambil tersenyum kecil

"Dah dah pagi pagi dah ribut di dapur" Tanah mengantungkan clemeknya di samping kulkas sambil "Sarapan pagi, Udah siap ni"

"Whoaaaa cepat kali Kak, Dulu lambatnya kayak siput" Angin meringis sakit jika kepalanya terpukul serta Pelakunya hanya dengan wajah tanpa dosanya melihat adiknya mengelus kepala "Sakittt"

"Mampus, Bilang aku siput lagi pastikan mulutmu ku jahit"

~~~

"Benaran kau mau kesekolah? Kau masih sakit loh"

"Hm... Berharap aku terus dikamar, Cahaya?" Daun mengambil seragamnya yang di jemur di halaman belakang sesekali ia bisa melihat tumbuhannya berkembang baik bahkan sudah berbunga

"Maksudku bukan begitu Daun"

"Aku mengerti pikiranmu, Tapi aku tetap mau sekolah "

"Baiklah kalau itu mau mu, Cantik" Cahaya mengedipkan satu mata kearahnya yang hanya dengan wajah merona merah mulutnya hanya tertutup rapat saja

Sejak kapan Cahaya pande goda Daun ya

~~~

Daun terdiam didepan pintu kelas, Matanya terfokus pada satu hal di tempatnya yang banyak Gadis berkumpul disana serta Tanixa yang duduk di kursinya mengangkat kedua kaki di atas meja dengan santainya

Tidak melihat jika pemilik tempat duduk itu hanya terdiam saja, Tidak lupa Cahaya juga yang langsung mengengam tangan kecil Daun erat mendekati sekelompok kumpulan Gadis itu

"Oh... Aku pikir kau masih sakit Daun" Tanixa tersenyum kepada Daun yang hanya diam tidak berkata apapun, Cahaya mengeringit dahi sejenak 'Daun udah ada di hadapan dia kenapa dia masih ngak pergi?'

"Apa kamu baik baik saja, Aku cemas kali loh"

Cahaya ingin mengusir mereka tapi Daun menahannya membuat ia harus mendegus kesal menurunkan topinya hingga wajahnya tertutupi
"Iya... Aku baik baik saja, Uhm apa kalian bisa pindah tempat ngak?"

"Maaf ya" Seringai Tanixa sambil ia melihat Cahaya melihat mereka satu persatu termasuk dirinya juga dengan memberikan tatapan tajam "Aku sudah minta ke guru pindah tempatmu"

"Tapikan Aku belum mengizinkanmu"

"Kursi bukan kursimu, Milik sekolah tau ngak?" Murid yang termasuk segeng ama Tanixa melipat tangan di dada menatap tajam arah Daun tiba tiba tubuhnya melemas dan ketakutan tidak bisa melawan mereka semua

Lelaki itu menahan emosinya mendengar percakapan ini, Ia menarik Daun bersembunyi di balik punggungnya sambil menatap datar arah mereka
"Kau meminta guru pindah tempatkan? Jadi aku juga ingin minta guru pindah tempat"

"Ayo" Daun hanya diam mengikuti langkah Cahaya menuju ke kantor hingga Gadis yang duduk ditempat Daun itu hanya berdesis tidak suka lagi dengan tangannya memukul meja kuat kuat membuat beberapa murid terdiam

"Apa bagusnya dia..." Sambil geram mengepal tangannya kuat kuat "Apa harus aku hancurkin dia dahulu"

Tbc
Gatel cuk
Mau tamatkin ceritanya
Sedikit hancur(?) mungkin

*dilempar

Lagi buat cerita baru Petir x Angin ฅ'ω'ฅ idaman Rain ni

Behind Secret [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang