6

1.1K 193 22
                                    

Hari sudah gelap ketika pesawat mendarat di bandara internasional Nassau, dan Taeyong membiarkan Jisoo jalan di depannya menuju trotoar. Panas yang lebab nyaris mencekik, setelah pesawat ber-AC. Taeyong meraih lengan Jisoo dan membawanya ke pemeriksaan paspor. Ia melirik geli para penumpang di sektiar tempat pengambilan bagasi yang menunggu koper-koper. Bahkan jika ia rutin bepergian, a tidak pernah membawa lebih dari ransel yang dapat dibawa ke kabin pesawat bersamanya. Hal itu menghemat waktu menunggu bagasi keluar.


Setelah mereka melewati pemeriksaan, Taeyong membawa Jisoo keluar dan memanggi taksi untuk membawa mereka ke sebuah teluk dimana perahu Taeyong sudah menanti.


Satu ronde formalitas lagi dan mereka menaiki perahu ramping bertenaga besar yang sudah berisikan anak buah Taeyong. Jisoo pergi ke bawah dan duduk tenang di sofa nyaman yang menempel di dinding. Melihat keluar jendela sementara perahu itu melesat.


"Nyaman?" Taeyong bertanya, bergabung dengan Jisoo di bawah. Jisoo mengangguk.


"Indah sekali di sini. Aku sangat suka bagaimana kapal-kapal itu menyala dalam gelap," Ia memandang Taeyong dalam kabin yang redup. "Kau tidak menyalakan lampu perahumu, ya?"


Taeyong terkekeh. "Dalam jenis pekerjaanku, hal itu tidak terlalu pintar, bukan?"


"Maaf," sahut Jisoo sambil tersenyum malu, "Aku tidak terpikir."


Taeyong menuang Scotch dan air lalu menambahkan es batu. "Kau ingin minum sesuatu? kalau kau tidak minum alkohol, aku punya soda atau jus buah."


Jisoo menggeleng. "Aku baik-baik saja," ia tertawa. Matanya memandang dan terpaku pada perahu dekat dermaga yang terang. "Lihat! ada kapal putih dengan layar hitam mengibarkan bendera Jolly Roger dengan tengkorak dan tulang bersilang!"


Taeyong terkekeh "Itu Fred. Dia orang lokal, perahunya memang bagus."


Jisoo melirik Taeyong. "Yang ini juga bagus."


"Nyaman untuk perjalanan jauh," jawabnya datar. Ia menjatuhkan diri ke sofa di sisi Jisoo. Lalu menyilangkan kakinya. "Kita perlu bicara."


"Tentang apa?"


"Lopez. Aku menempatkanmu dalam pengawasan 24 Jam," katanya muram, "Jika aku tidak sedang dalam jarak teriakan, salah satu anak buahku akan berada di dekatmu. Bahkan ketika kau pergi berbelanja dengan Lisse, Taehyung atau Mingyu akan ikut. Kau tidak boleh berjalan di pantai sendirian."


"Tapi pastinya itu aman...?"


Taeyong tiba-tiba duduk tegak. Mata hitamnya berkilau.



"Jisoo, dia punya senjata yang dapat melacak panas tubuhmu dan mengirimkan rudal dari jarak satu kilometer," katanya singkat.



Jisoo benar-benar tersentak. Hal itu membawa kekhawatiran baru. "Aku menempatkanmu dalam bahaya dengan berada bersamamu," katanya tiba-tiba.

The Last Mercenary [Taeyong x Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang