• Ibu •

6 1 0
                                    

Tidak hanya Ambu yang punya kisah untuk diceritakan sebagai seorang Ibu. Hihihi. Sebongkah kisah yang tak pernah habis dibahas dalam berlapis-lapis kupasan. Bakal selaluuuu addaaaaa sajaa. Masih untuk memenuhi tugas negara lebah #littlebees #littlebeeschallenge #littlebees23

Ya Allah ... Kalau siang ngantuk. Malam selepas taraweh juga ngantuk lagi. Badan oh badan berdamailah. Kita harus selalu menulis sampai bila-bila. Oke ...

CuzZzz ... !

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Perjuangan ini dimulai setelah surat cuti melahirkan yang kulayangkan kepada pimpinan perusahaan tempatku bekerja, mendapat ACC.

Berada di rumah benar-benar menjadi waktu istirahat yang baik bagi seorang ibu hamil tua, sepertiku. Hari demi hari semakin bersiap menyambut Hari Perkiraan Lahir (HPL). Buku tentang kehamilan, melahirkan dan parenting juga semakin rajin kubaca.

Tanda-tanda alamiah itu pun semakin kentara kurasakan, seperti sejak seminggu sebelum kontraksi cairan licin di jalan lahir sudah mulai keluar. Air susu pun sudah keluar, selalu rembes membasahi pakaian saat bangun tidur.

Semakin tidak sabar untuk bisa berjumpa dengannya, seorang yang aku jatuh cinta bahkan hanya dengan mendengarkan suara detak jantungnya melalui doppler. Tentu aku juga memimpikan anak di dalam perutku ini kelak akan menjadi seperti apa.

Aku membayangkan ia adalah seorang anak perempuan yang ceria, penuh bahagia, murah senyum, antusias, ramai dan semacamnya. Kuukir doa-doa indah untuknya agar ia menjadi seorang perempuan salihah dan penyejuk hati, penuh dengan kebaikan, berkah, manfaat. (Makanya namanya Yumna, yahh ...😂😘❤️💕)

Siang dan malam kuajak ia melafalkan bacaan Alquran dengan suara paling merdu yang bisa kusenandungkan. Rasa syukur itu pun kusampaiakan juga dengan menjaga diri dengan mengkonsumsi asupan makanan yang sehat dan baik bagi bayi dalam kandungan.

Aku juga rajin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk memantau perkembangan janin dalam perut.

Kehamilan ini termasuk kejutan. Allah perkenankan rezeki anak bagi kehidupan pernikahanku lebih cepat dari rencana yang telah dirancang sebelumnya. Walaupun terkesan kaget dan kurang persiapan yang matang, aku tetap berusaha dengan sebaik-baiknya.

Aku juga bertekad bisa mengurus dan menjaga bayi ini dengan tangan sendiri, seperti menanamkan keyakinan sedari kini agar berani memandikan bayi, menyelimuti, menggendong, menidurkan dan perawatan bayi baru lahir lainnya. Aku pasti bisa.

Tiba pada hari itu, Senin tanggal 24 Februari 2014, malam. Rasa mules yang sudah kurasakan sejak sore sudah sangat intens datang, sakitnya semakin menjadi.

Akhirnya aku diantar periksa ke bidan terdekat. Tempat itu sudah tutup, namun untuk keadaan darurat seperti yang kualami tentu tempat itu menjadi satu-satunya tujuan. Aku diterima oleh seorang bidan disana dan mulai diperiksa, ternyata sudah bukaan 4. Aku harus menetap tidak diperbolehkan pulang.

Sambil menahan sakit yang datang dan pergi aku melafalkan banyak-banyak doa kebaikan untuk si anak yang akan lahir, doa bagi diri sendiri dan doa bagi semuanya. Karena saat seperti ini juga termasuk waktu yang mustajab untuk meminta kebaikan apapun kepada Allah.

Berdoa juga sangat membantu untuk lebih memberikan ketenangan diri, yang paling dibutuhkan. Selain kekuatan kondisi secara fisik tentunya. Dukungan suami sebagai calon ayah pun sangat berperan dalam proses melahirkan.

Suami tentu saja menemaniku di rumah praktek bidan desa dan tidak pulang. Beliau kembali ke rumah karena ada beberapa yang perlu diambil. Berbekal catatan dari bidan tentang apa saja yang perlu disiapkan. Membawa perlengkapan melahirkan yang sudah kukemas siap di dalam tas, membeli beberapa yang kurang dan minuman isotonik. Ini berfungsi seperti gantinya infus.

.... BERSAMBUNG!
Tunggu kelanjutannya yahhh😌😂😂

Isnainijealifa

Tepi CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang