• Keraguan •

5 0 0
                                    

Keraguan
Oleh : Isnainijealifa

Yasinta mengeluarkan straw stainless steel dari pouch panjang berbahan beledu yang dibawanya, lalu mencelupkannya ke dalam gelas lemon mint dingin. Menyeruput beberapa tegukkan dari minuman menyegarkan yang baru saja diletakkan di mejanya oleh waiters. Dirinya bukan pencinta racikan kopi.

Niatnya dari rumah ingin bisa membaca dengan suasana berbeda. Memilih cafe kecil di pinggiran kota yang tenang dan nyaman. Duduk pada sofa berwarna coklat mocca di pojok ruangan yang sebelah dindingnya terbuka menghamparkan taman penuh hiasan bunga dalam pot gantung dan bisik semilir angin.

Selanjutnya dengan hati-hati ia keluarkan buku setebal 200 halaman bersampul pink feminim. Lima menit kemudian Yasinta sudah tenggelam di antara kata-kata motivasi pernikahan dalam buku tersebut.

"Yas?! Yasinta …!" suara seorang perempuan tiba-tiba. Menyentaknya dari keasyikan me time yang ingin diciptakan.

"Ngapain lo di sini sendirian? Buku apaan nih? Lo mau nikah??" tubruk perempuan dengan setelan jeans biru pudar dipadu dengan kaos polos abu-abu.

"Eits! Apa sih lo jadi orang ga punya sopan banget. Main samber orang aja. Gue ga kenal sama lo." Bengis Yasinta pura-pura.

Tapi, dua perempuan muda itu sudah saling menghambur dan menempelkan pipi kanan dan kiri. "Eh, iya ya. Lo siapa? Gue siapa?" Lalu suara terbahak membahana.

"Sini duduk sebelah gue. Apa kabar lo?" Yasinta terpaksa menutup bacaannya dan memasukkan buku itu kembali ke dalam tas. Bibliophile yang pasti tidak ingin buku itu disentuh tangan sembarangan.

"Iya, baik gue. Eh, lihat dong. Buku apa sih itu? Kok judulnya Nikah— Jangan Nikah— apaan?!" Yasinta segera menampik tangan lancang itu.

"Udah deh lo. Ga usah kepo macem-macem. Lagi mantepin ini aja, HATI. Ciyeee. Lo ke sini mau ngapain coba? Sendirian doang? Gue kira setelah lulus lo balik kampung. Nyatanya ..."

"Iyaa. Gue ada perlu dikit di sini. Btw, really? Lo mau nikah dalam waktu dekat? Undangannya jangan lupaa!" sambil cengar-cengir, "Lo tetep gini-gini aja dari kuliah sampe udah jadi dokter gigi kayak sekarang, hobi keramat lo masih nentengin buku ke mana-mana."

"Biarin lah, Nour … sirik sih lo." Dan, Noura namanya. Memang jago memecah suasana. Dulu, mereka dekat dan akrab sebagai teman pas harus KKN bareng ke daerah.

Ah! Anak ini juga ga berubah sepertinya. Masih heboh banget kayak dulu. Batin Yasinta.

"Enggakk wee. Gue sama cowok gue dong. Katanya tadi ke toilet gitu."

"Buset, addaaa gitu cowok yang doyan cewek tomboi bar-bar kayak lo??" Yasinta makin terbahak.

"Enak aja! Enak ajaaa mulut lo itu ya! Lo liat cowok gue deh ntar. Bakal iri dengki abiss lo sama gue." elak Noura pantang diremehkan.

"Masaa?! Cowok itu sial banget, ya Tuhan. Gue yakin setelah tahu lo kalau tidur tu ngorok parah, sambil ngeces ke mana-mana, pasti dia bakal ninggalin lo. Haha. Belum sadar aja tu cowok …" tidak tahan lagi, Yasinta memegangi perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.

"Enggak donk. Justru dia bilang puas— eh, gue keceplosan. Upsst …" Noura pura-pura tertangkap basah memegangi mulutnya dengan sebelah tangan.

"What?! Lo udah gituan? Astaga! Enggak. Enggak, gue aja yang udah dua tahun pacaran sampai sekarang mau niat nikah aja belum pernah ngelakuin. Astaga!" ekspresi Yasinta setengah tak percaya. Noura mengibaskan tangannya.

"Itu lo aja yang kelewat polos. Atau kalau enggak cowok lo ga normal kali, Beib. Mana ada sih cowok yang bisa tahan—"

"Ga usah lo terusin ceramah lo. Percaya gue. Tampang sama tubuh lo emang singset body goal banget udah. Sekarang mending lo pesen minum aja." mencoba mengalihkan pembicaraan, Yasinta berniat melambaikan tangan untuk memanggil waiters namun keduluan oleh Noura.

"Sebentar, itu ..." Noura menunjuk seseorang yang baru saja memasuki bagian dalam cafe. Sambil melambaikan tangan ke arah itu.

"Galih!" Noura sedikit berteriak. Perasaan Yasinta mendadak tidak enak. Pandangnya segera mencari sosok yang dimaksud.

Seseorang itu menoleh lalu menuju ke Noura, berjalan mendekat ke mejanya. Sepertinya cowok itu tak memperhatikannya. Namun, wajahnya kentara. Detak jantung Yasinta menjadi tak keruan. Dadanya kian naik-turun tak beraturan. Apalagi wajahnya sudah pucat pasi.

Tak kuasa bangkit. Rasanya ada sengat panas menegang di ubun-ubun. Bagian dalam dirinya dicabut paksa entah bagaimana sakitnya benar-benar tak terkira. Cowok macho yang mengenakan topi warna dongker itu adalah …

"Cowok gue—"

"Calon suami ... gue" lirih Yasinta.

~°~

#hanyacerita #cermin #ceritamini #cerpen #ceritapendek #flashfiction #isnainijealifa #jangannikahdulu #JanganNikahDulu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tepi CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang