Epilogue: Trivia Love

770 101 34
                                    

"Bagaimana rasanya mencintai seseorang yang begitu mirip denganmu, Hyung?" tanya Jimin seraya menyandarkan punggungnya pada dinding halaman samping, menatap semburat jingga di ufuk barat

Yoongi tak langsung menjawab. Bukan karena ia ingin mengulur waktu, tapi lebih karena ia tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Sejak kapan seorang Min Yoongi memusingkan tentang bagaimana menerjemahkan sesuatu dengan indah? Seorang Min Yoongi menyuarakan pikirannya lewat lirik yang lugas, lewat melodi yang memikat, dan lewat celutukan-celutukan yang apa adanya. Namun ketika bicara tentang cinta, seorang Min Yoongi dihadapkan pada hal terpelik dalam hidup. Ia bukan tipikal orang yang romantis. Bukan pula orang yang bisa melontarkan kata-kata manis. Dan tampaknya hanya Namjoonlah orang yang bisa sepenuhnya memahami hal itu. Namjoonlah satu-satunya orang yang bisa menerjemahkan bentuk cinta yang dimiliki Yoongi dengan tepat.

"Sangat indah. Rasanya seperti aku belajar mencintai diriku sendiri," kata Yoongi akhirnya.

Mata Jimin menyipit. Dari gerak-geriknya, Yoongi tahu Jimin sedang menimbang-nimbang haruskah ia bertanya lebih jauh. Orang-orang di sekeliling Yoongi sering berhati-hati tiap membicarakan sesuatu tentang Namjoon, terutama Jimin.

"Kurasa aku belum pernah mencintai diriku sebaik saat aku bersama Namjoon. Saat aku berusaha melindunginya, aku pun berusaha untuk melindungi diriku sendiri. Saat aku mengaguminya, tanpa sadar aku pun berusaha untuk mengapresiasi diriku sendiri. Saat aku membuatnya merasa nyaman, aku pun sedang mengusahakan kenyamanan untuk diriku sendiri. Saat menjaganya, aku pun berusaha untuk tak membuat diriku sakit. Kami menjadi sandaran bagi satu sama lain," lanjut Yoongi.

Jimin mengerjap, tatapannya melembut. "Hyung, kau tahu, aku pernah menanyakan hal yang sama pada Namjoon Hyung beberapa bulan sebelum kepergiannya. Jawabannya sama. Ia belajar mencintai dirinya seutuhnya lewat cinta yang dia miliki untukmu."

Angin yang berembus sore itu membawa serta wangi bunga lili yang lembut lagi segar. Aroma yang mengingatkan Yoongi pada Namjoon tiap kali kekasihnya itu selesai mandi. Bagi Yoongi, mencintai Namjoon sangatlah mudah. Cinta yang dimiliki Namjoon tak pernah mengekang. Cinta itu begitu ringan dan bebas. Bagi Yoongi, mencintai Namjoon semudah menarik napas. Karena cinta itu tumbuh begitu saja seiring dengan kebersamaan mereka. Cinta itu begitu kuat mengakar, tapi ia tak pernah membatasi. Cinta itu begitu tulus hingga Yoongi merasa tak lagi bisa mencintai orang lain sedalam ia mencintai Namjoon.

Suara Seokjin yang sedang menginstruksikan Jungkook dan Taehyung untuk menyiapkan alat panggang dan segala keperluan untuk memanggang daging membuat Yoongi dan Jimin menoleh. Selepas mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Namjoon dan makan siang bersama, Jungkook, Jimin, Seokjin, Taehyung, dan Hoseok memutuskan untuk ikut ke rumah Yoongi. Mereka sepakat untuk bermalam karena tak tega membiarkan Yoongi sendirian di hari peringatan kepergian Namjoon. Lagi pula, mereka sepakat bahwa cara untuk memperingati hari kepergian Namjoon bukanlah dengan mengurung diri atau berduka seharian. Mereka tahu Namjoon tak ingin dikenang dengan cara seperti itu. Untuk itulah Yoongi bersyukur telah mengenal mereka semua, bersyukur Namjoon telah memberikan hadiah terindah dengan menjadikan mereka semua bagian dari Bangtan.

Perhatian Yoongi beralih pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin itu masih memberikan efek yang sama seperti saat pertama kali Namjoon melingkarkannya di jari Yoongi tiga tahun yang lalu. Senyum Yoongi mengembang saat Trivia: Love mengalun dari pemutar musik di ponsel Jimin.

Namjoon-ah, seperti halnya cintamu yang tak pernah membuatku lelah, aku pun tak akan pernah lelah mencintaimu. Kau tahu itu kan?

Sweater WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang