[16] Di Rumah Dipta

1.7K 259 32
                                    

sebelum & setelah membaca,
silakan berdoa.

*****

Setelah berbenah, Hanna berniat pergi setelah berkata lirih 'duluan' kepada Yohan. Tapi sayangnya, Yohan mencegah kepergiannya dengan mengarahkan kaki kanannya ke depan langkah Hanna. Gadis itu melayangkan tatapan tajam sebelum Yohan berkata,

"Jangan pergi dulu."

Ekspresi menggemaskan yang tak pernah Yohan perlihatkan di sekolahan---Hanna rasa---membuatnya menggigit bibir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali duduk.

"Apa? Cepetan, ini udah sore, waktu----"

"Iya, iya, paham. Cuma tanya dikit, kok. Tapi, dijawab banyak juga nggak papa."

Hanna mendesis, menyangga dagu dan menghadap kiri agar tak melihat kekonyolan Yohan yang sebenarnya membuatnya penasaran.

"Han, kalau----"

"Langsung intinya aja, sih," potong Hanna masih dengan posisi cueknya.

"Ini juga gitu," sahut Yohan gemas.

Hanna bergumam.

"Kalau aku pulang sekarang, terus nanti aku dijodohin sama Mama. Bantu aku, ya?"

"Hah?" Hanna terkejut.

Kalau saja sekarang ia minum coklat hangat seperti tadi, sudah pasti ia tersedak, sakit. Yohan yang bersamanya dengan Yohan yang ada di sekolahan tampak berbeda. Di sekolahan, setidaknya Yohan masih memperlihatkan image cool maupun keren. Sedangkan saat bersamanya, Yohan justru terlihat manja dan menguras emosi.

"Apaan, sih?! Nggak jelas banget nanyanya. Udah, ah, pulang. Assalamualaikum--- maksudnya, aku duluan."

"Iyaaa udah, hati-hati." Yohan menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. "Cuma 'kalau' aja udah emosi gitu, ya."

Itu tadi dia PMS atau emang ... cemburu?

Hehe.

*****

Dipta adalah salah satu sahabat terbaik Yohan selain Ahkam. Maka, saat Yohan menelepon agar ia mau mengizinkan pemuda itu menginap, ia mengizinkan. Dengan syarat, mau menelepon sang ibu untuk memberi izin. Tapi, karena Yohan keras kepala, jadi pemuda itu berkata,

"Nanti kalau ada apa-apa, gue bakalan tanggung sendiri, kok."

Dipta pun menurut. "Lagian kenapa, sih, nggak mau banget pulang ke rumah? Biasanya aja seneng waktu orangtua pulang."

Yohan membaringkan tubuh di tempat tidur Dipta. "Ya gimana? Mereka jarang pulang. Giliran pulang, tau-tau mau dijodohin. Kalau aku, sih, no."

"Alay banget lo, dasar generasi Z."

"Lo juga, dasar manusia."

Seperkian detik kamar hening. Angin sore berembus pelan memasuki kamar Dipta. Perlahan Yohan menutup mata, sampai kembali terbuka sempurna saat ia teringat sesuatu.

"Eh, Dip!"

"Hm?" sahut Dipta yang tengah berbaring di atas sofa sembari bermain game di ponsel hitamnya.

"Sini," ujar Yohan menepuk tempat di sampingnya.

"Lo mau ngapain, heh?!" tanya Dipta berpikir yang iya-iya.

"Pikirannya dijaga, weh!" Yohan melotot. "Sini bentar, gue mau tanya."

"Tanya tinggal nanya."

Yohan meringis, menahan diri agar tidak memukul Dipta sekarang juga. Pemuda itu memposisikan diri duduk, lalu kembali memanggil Dipta, "Heh, cepet!"

"Iyeee." Dipta menghampiri Yohan dan membanting diri di atas kasur biru tuanya, lalu memposisikan diri senyaman mungkin sebelum bertanya, "Apaan? Awas aja kalau pertanyaannya bikin gue gagal fokus terus game-nya kalah."

"Gue mau lo apain?"

Dipta mengernyit meski fokus matanya masih pada layar ponsel yang memperlihatkan game online yang tengah dimainkannya. "Hah?"

"Kalau kalah, gue mau lo apain?"

"Gue jual di olshop."

Yohan berdecak. "Jadi, tuh----"

"Oh, gitu. Iya, gue setuju, kok. Tenang, gue support lo, Han. Santai," potong Dipta seenaknya.

Yohan tersenyum kesal. "Kalau aja ini bukan rumah lo, kalau aja ini rumah gue, kalau----"

"Aja ini rumahnya Hanna, gue bakalan bilang ke dia, jangan sampai suka sama anak macem lo yang kalau ngomong kelamaan basa-basi. Hilih."

Yohan tertawa, lalu berkata dengan nada serius, "Dip, ajarin gue Islam."

Game di ponsel Dipta kalah, tapi seulas senyum tipis muncul di wajahnya. Bersamaan dengan itu, ia menyahut, "Oke."

*****

A/N:

Yohan ngarep dicemburuin Hanna, dong ._.

... nunggu 10k views ...

Senin, 01 Juli 2019
21:37

ShafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang