Kedua sejoli itu sudah memasuki rumah elit itu. Langkah kaki mulai terdengar di telinga wanita 30 tahunan itu.
Mama sudah berlari menuju ke arah Sasa, dalam hitungan detik Mama sudah memeluk Sasa.
"Mama kangen sama kamu," ucap Mama senang. Sasa kemudian melepas pelukan itu, beralih ia mengecup pundak tangan Mamanya.
"Sasa juga kangen kok, Mah" Fadnan beralih mengecup tangan ibu mertuanya itu.
"Gimana kabar kamu Nan? Baik?" Tanya mama. Fadnan tersenyum kikuk.
"Kalian duduk aja dulu, mama mau ke dapur. Mau nyiapin makanan dulu," ucap Mama.
"Sasa bantuin yah, Ma!" Tawar Sasa, kemudian di angguki oleh Mama. Sasa menoleh ke arah Fadnan.
"Lo ke kamar gua dulu, ntar gua menyusul." Fadnan hanya mengangguk mengiyakan. Pasalnya, ia juga bingung harus bertingkah apa.
Fadnan kemudian segera menuju ke lantai atas, di lantai atas ada dua kamar. Kamar Sasa dan Saudara Sasa.
Sasa bukanlah anak tunggal. Dia memiliki saudara kandung, bahkan Saudara kembar. Tapi, Saudara kembar Sasa, setahu Sasa sedang kuliah di Amerika.
Saudara kembarnya ikut ekslarasi, sehingga dia lebih dahulu masuk universitas yakni di Amerika, apalagi dia memiliki kecerdasan di atas rata rata.
Namanya Alicia Nafira Sudibjo atau yang akrab di sapa Caca. Sasa dan caca sangat dekat, tapi semenjak Sasa memilih mengikuti ujian paket, dan kuliah duluan, entah kenapa setelah itu mereka jarang sekali berkomunikasi, bahkan sudah setahun lebih.
Yang Sasa tau, Caca sangat sibuk sehingga mungkin ia tak memberikan kabar. Tapi, benarkah itu?
Entahlah.
Fadnan sempat sekilas menatap kamar berpintu berwarna merah jambu itu. Ia kemudian segera beralih masuk ke kamar dengan pintu berwarna abu abu. Itu kamar Sasa.
Kamar Sasa tertata dengan rapi. Fadnan kemudian merebahkan dirinya di atas kasur milik Sasa.
Ia menoleh ke kanan, yang ia lihat pertama adalah sebuah foto dua orang perempuan yang tersenyum dengan wajah yang sekilas hampir sama.
Fadnan kemudian segera beralih menatap sisi lain, hingga ia menatap ke arah Sasa yang datang ke arahnya sambil melepas ikatan rambut nya.
"Lo lapar gak? Mau di buat in apa?" Tanya Sasa sambil mengibas ngibaskan rambutnya karena keringatan.
"Gak usah, lo di sini aja" bujuk Fadnan. Fadnan kemudian hendak berdiri, kemudian menutup pintu setelah sebelumnya ia berteriak.
"Mah!! Fadnan sama Sasa mau ngomong serius, jangan di ganggu yah."
Sasa agak terkejut mendengar hal itu, kenapa dengan Fadnan. Apakah Fadnan mau menagih?
Yeww :v
Fadnan kemudian mematikan lampu, memang keadaan sudah gelap karena sudah jam 8 malam, terlebih dibarengi dengan hujan.
Sasa sempat tersentak kaget, karena tidak ada cahaya sama sekali.
"Woy, Nan!! Jangan main main, gelap bangke!!" Umpat Sasa mulai ketakutan, Ia mulai mencari keberadaan pintu. Tapi, tiba tiba lampu tidur Sasa menyala.
Terlihat Sasa lega, tapi ia sudah melihat Fadnan memakai lengan pendek dan jaketnya juga sudah ia lepaskan.
Fadnan mulai melangkah maju, sedangkan Sasa ia sudah menghindar ke arah belakang. Fadnan masih tetap maju dengan Sasa yang terus saja mundur.
Sasa terlihat ketakutan, Hingga ia tersandar di pintu nya sendiri.
"Apaan sih lo?!!" Bentak Sasa. Fadnan kemudian menyalakan lampu kamar dengan raut wajah bingung.
"Lah, lo kenapa hah? Mundur mundur segala lagi, gak mau minum kopi lu?" Tanya Fadnan. Sasa kemudian melihat sebotol Kopi dingin di tangan Fadnan. Sasa sudah bernafas lega.
Ia kemudian menatap Fadnan dengan kesal.
"Kenapa matiin lampu si njiah!" Kesal Sasa. Fadnan mengerutkan dahinya kemudian menunjuk ke arah lampu tidur Sasa.
"Gua mau nyalain itu, makanya mati in lampu" jawab Fadnan polos. Walaupun Sasa bisa melihat kepolosan nya, tetap saja Sasa kesal dengan Fadnan.
"Mau bicara apa lo?" Tanya Sasa tanpa basa basi. Ia sudah berjalan ke arah ranjang nya dan kemudian duduk bersandar di tepi ranjang.
Fadnan menyusul kemudian duduk di depan Sasa, tatapan nya begitu serius.
"Hmm..... gimana perasaan lo ke gua?" Tanya Fadnan kepo. Sasa melotot kan matanya.
"Lo kok nanya hal itu?"
"Gua cuma mau nanya aja," jawab Fadnan dengan simpel. Terlihat Sasa yang menarik nafasnya dan membuangnya kasar.
"Gua....... mungkin belum punya perasaan sama lo" jawab Sasa jujur. Ternampak raut wajah yang sulit Sasa artikan pada Fadnan.
"Trus kapan?" Tanya Fadnan. Sasa kemudian mendesis, lalu berjalan menuju ranjang nya.
"Mungkin lo gak tau, gua itu gak pernah mau pernikahan ini terjadi! Gua itu mau nikah setelah Caca nikah, eh bentar" ucapan Sasa terputus setelah ia menyadari sesuatu pada ucapannya.
Sasa kemudian menatap Fadnan sekilas, kemudian mendengus pasrah.
"Lo belum tau yah, gua punya Sodara kembar?" Tanya Sasa, "gua punya saudara kembar namanya Caca, dia sekarang lagi kuliah di Amerika dan kita udah putus kontak selama setahun lebih..... huh gua harap dia gak lupa sama gua," terlihat wajah Sasa yang begitu murung setelah mengucapkan itu.
Ia seperti keliatan tak ceria lagi dengan tatapannya yang tertunduk. Fadnan kemudian langsung tak mengerti apa yang harus ia lakukan.
"Mending lo istirahat dulu, gua mau ambil air bentar di dapur." Pamit Fadnan, ia tak terlalu merespon ucapan Sasa, entah karena ia tak tau atau karena dia mau mengalihkan topik.
Fadnan segera menuju ke arah pintu untuk keluar, ia kembali menutup pintu setelah dia keluar. Fadnan kemudian terlihat mengacak rambutnya frustasi, entah apa alasannya.
__________
Yohaaaa!!!!!
Gimana gimana???
Woytt baca cerita gua yang sebelah dong.
Btw makasih yah buat temen gua OliviaMoli:)))))))
Berkat tuh anak gua semangat lagi publish ni cerita aneh:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Udah Nikah? ✔
Teen Fiction#1 Nikah (20-10-20) #1 Pisah (14-10-20) #1 Penghianat (10-10-2020) "Orang tua pasti selalu punya rencana terbaik buat anaknya. Dia tidak pernah mau anaknya terjerumus ke dalam sesuatu yang buruk" Jelas Papa. "Iya Pa, Sasa terima apapun keputusan Pap...