Fadnan sudah menemani Sasa bertemu dengan Helri dan beberapa teman mereka yang lain. Fadnan sudah menunggu di cafe yang berbeda dengan cafe yang di kunjungi Sasa.
Fadnan mengisi kekosongan nya dengan memainkan game online nya. Untuk saat seperti ini, tidak akan ada yang bisa selamat dari kemarahan Fadnan saat ia di ganggu.
Fadnan bisa merasakan seseorang datang tepat di depannya dan duduk di meja yang sama dengannya.
Fadnan tak mempedulikan orang itu. Ia hanya fokus pada game nya itu. Fadnan bisa tau orang itu, tapi ia tidak mau meresponnya.
"Jangan keterlaluan, Fadnan!" Ucap nya. Sepertinya ia sedang menatap sinis Fadnan.
Fadnan kemudian bersorak, dia memenangkan pertarungan dalam game. Ia segera menatap sekilas orang di depannya.
"Gak kok. Gua cuma mau nyelamatin nyawa orang, masalah apa?" Tanya Fadnan. Orang itu kemudian mendengus sambil menggeram.
"Terserah lo! Gua gak mau ikut campur lagi. Gua gak mau masuk sandiwara lo lagi!" Kalimat itu membuat Fadnan menoleh kesal. Ia kemudian melempar pelan ponsel nya ke meja.
Sementara lelaki itu, dia sudah pergi dari tempat itu dengan cepat. Fadnan sudah berdecih.
Sementara itu, dia mendapat sebuah pesan di ponselnya.
From: (Tak bernama)
To: FadnanJangan sampai nyesal! Sasa, dia penting dalam hidup gua juga. Lo nyakitin dia, siap siap bakal kehilangan Sasa. Mending lo jujur dari sekarang.
Fadnan tak berekspresi. Tanpa nama, dia sudah tau siapa yang mengirim pesan itu. Ia kemudian segera menghapus pesan itu.
Menit berikutnya, ia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera keluar dari cafe.
***
"Tadi lo nunggu di mana?" Tanya Sasa. Mereka kini sedang menuju pulang ke rumah.
"Di cafe sebelah. Gimana? Seneng seneng kan lo?" Tanya Fadnan berbasa basi. Ia kemudian menatap Sasa sekilas.
"Iya, seneng banget. Lumayan, nambah nambah temen" jawab Sasa gembira. Setelah itu, Fadnan tak lagi mengeluarkan suara.
Mereka sudah sampai di parkiran apartemen milik mereka. Sekarang, mereka sudah di dalam lift untuk ke lantai atas, tepatnya di Apartemen milik mereka.
Kedua nya sibuk masing masing. Fadnan sudah menekan beberapa digit Pin, kemudian dengan cepat pintu itu segera terbuka.
Mereka masuk. Sasa sudah melempar tas nya ke sembarang arah. Fadnan sudah ke dapur untuk mengambil air minum. Ia segera kembali ke tempat Sasa.
Sasa sudah merebahkan dirinya di soffa depan Tv. Pendingin ruangan menyejukkan badan nya.
"Sa," suara Fadnan terdengar di telinga Sasa, ia pun menoleh. "Gua, boleh nanya?"
Sasa kemudian mengangguk, dengan mata tertutup, dia menjawab Fadnan. Fadnan pun segera membuka suara.
"Lo pernah jatuh cinta?" Tanya Fadnan. Sasa kemudian langsung bangun, dan menatap Fadnan heran. Ia merasa Fadnan sepertinya kepo dengan kisah asmara nya.
Sasa kemudian melipat kedua tangannya dan menempelkan di dadanya. Ia kemudian nampak berpikir.
"Pernah kok." Fadnan dengan cepat merespon.
"Serius?"
"Iyalah. Gua kan normal, gak mungkin kan gua gak pernah jatuh hati" jawab Sasa enteng. Fadnan terlihat lebih semangat membahas nya.
"Tapi.....Gua sakit hati sama cinta pertama gua dan karena itu, gua gak pernah lagi deh pacaran. Bahkan, sering banget Nolak cowok." Jawab Sasa, ia jujur.
Fadnan menjadi sendu.
"Kenapa lo sakit hati? Dia selingkuh?" Tanya Fadnan kepo. Sasa kemudian langsung tertawa. Ia merasa Fadnan terlalu kepo dengan urusan pribadinya.
"Gak lah. Gua lebih baik di selingkuhin, tapi....yang dia lakuin ke gua, justru hal yang paling gua gak suka. Makanya gua kecewa"
"Emang apa?"
"Gak penting, kok"
"Lo suka sama gua?"
"Yah...bisa aja. Bahkan, gua bisa cinta sama lo" jawab Sasa.
"Iya, kah?"
"Iyalah. Asalkan lo gak lakuin hal yang sama yang cinta pertama gua lakuin, pasti aman" Sasa memberi jempol nya pada Fadnan. Fadnan bisa melihat gadis itu tersenyum padanya.
Untuk sesaat, Fadnan merasa bahagia, setidaknya Sasa sudah mulai mencintai dirinya. Mungkin, ia harus sedikit mengubah rencananya.
"Sekarang! Gua mau nanya, ke lo!" Ucap Sasa serius. Fadnan terlihat tertawa sambil mengangkat satu alisnya.
"Apaan?"
"Lo punya cinta pertama?" Tanya Sasa. Fadnan terlihat sendu, wajah nya menghilangkan senyumannya tadi. Perlahan ia menatap wajah Sasa.
"Pernah, kok. Tapi, cinta pertama gua itu.....hmmm.....dia it-" Ucapan Fadnan yang gugup akhirnya terhenti ketika sebuah bunyi ponsel milik Sasa berbunyi. Sepertinya ada yang menelfon Sasa.
"Bentar yah"
Sasa kemudian mengangkat panggilan itu dan mendekatkan ponselnya ke telinga nya.
"Hallo, Ma?"
"Sayang! Kamu ke sini dong. Mama kangen, Nih! Kamu gak kangen mama?"
"Yeee.. Mama. Aku pikir kenapa, iya aku ke sana yah. Aku juga kangen sama Mama"
"Beneran yah, sa! Sekalian ajak menantu mama, Gih!"
"Iya, mamaku sayang. Aku ke sana bareng Fadnan kok"
"Ya udah. Cepetan yah, mama nunggu loh!"
"Iya."
Fadnan kemudian menoleh ke arah Sasa. Sasa sudah menatap Fadnan.
"Kita lanjutin lain kali aja deh. Mama nyuruh ke sana, mau gak?"
"Boleh, yuk" jawab Fadnan senang. Ia segera mengambil jaket dan kunci motornya.
Mereka berdua segera keluar dari Apartemen. Obrolan yang tadi, sebaiknya harus di tunda dulu.
______
Arigatou
Eh btw, Ada yang suka Tobot?
Ntar! Yang fans nya Tobot, angkat tangan!!! Kita saling tukeran WA nyokkk!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Udah Nikah? ✔
Ficção Adolescente#1 Nikah (20-10-20) #1 Pisah (14-10-20) #1 Penghianat (10-10-2020) "Orang tua pasti selalu punya rencana terbaik buat anaknya. Dia tidak pernah mau anaknya terjerumus ke dalam sesuatu yang buruk" Jelas Papa. "Iya Pa, Sasa terima apapun keputusan Pap...