"Udah baikan?" Tanya pria itu. Ia sudah mengoleskan salep dan menempelkan perban di tangan Afif.
"Sedikit om, walaupun masih ada perih nya dikit, hehe" tawa Afif. Ia kemudian tersenyum. Pria itu teringat seseorang, Afif seperti replika yang amat familiar.
"Nama kalian siapa?" Tanya pria itu.
"Nama aku, Afif. Kalau ini adik kembar aku Afifah" jawab Afif. Pria itu sedikit mengerutkan dahi, ia menunjuk mereka berdua sambil tersenyum dia berkata.
"Kalian kembar yah? Pantesan!"
"Iya, om. Nama om siapa?" Tanya Afifah.
"Panggil aja om-" Ucapan pria itu terpotong, sebuah pesan masuk di ponselnya. Ia membacanya kemudian sedikit kaget.
"Aduh, om buru buru nih. Kalian om antar pulang dulu yah, di mana rumah kalian?" Tanya om itu.
"Nanti kita tunjukin"
***
Sesampainya di rumah Afif dan Afifah, pria itu juga ikut turun. Sampai di gerbang itu, mereka bertemu dengan mang rido.
"Deh Afif, Non Afifah! Mang tadi nyariin kemana mana, kok gak ada sih?" Tanya mang rido khawatir. "Ini teh, siapa?" Tanya Mang rido ketika melihat Pria itu ada di situ.
"Tadi anak anak ini di kejar penculik! Dan saya menolong anak anak ini. Tapi, tadi tangannya Afif sempat luka pisau" Mang rido kemudian melihat ke arah tangan Afif.
"Waduh bisa habis saya di omelin sama Non Sasa!" Pria itu mendongak.
"Siapa?"
"Non Sasa, ibunya Afif sama Afifah. Dia kan sayang banget sama mereka, maklum orang tua tunggal" ucap mang rido tanpa sadar.
"Den sama Non masuk duluan aja, ada Oma udah nungguin" suruh mang rido. Afif dan Afifah mengangguk lari berlari masuk ke dalam rumah.
"Emang ayah anak anak di mana?" Tanya pria itu kepo. Mang rido menggeleng tak tau pasti.
"Yang saya tau sih, Non Sasa udah pisah sama dia, gitu" ucap Mang rido. Maklum dia baru bekerja di sini sekitar tiga tahun yang lalu, soalnya supir lama keluarga Sasa sudah berhenti.
Sasa sudah pindah ke surabaya tiga tahun yang lalu, otomatis supirnya juga berganti. Sasa memang benar benar ingin menghapus semua tentang Fadnan, sehingga dia juga pindah dari bandung ke surabaya.
"Kalau gitu saya permisi yah, pak. Makasih udah nolongin anak anak, makasih banyak" ucap mang rido. Ia kemudian beranjak masuk ke dalam rumah megah berlantai dua itu.
Pria itu kemudian menatap gerbang megah itu. Terdapat tulisan di pagar beton itu Sud selebihnya tertutup tanaman merambat.
"Gak mungkin itu Sasa"
***
"Mang rido gimana sih? Gak becus banget kerjanya! Lihat kan Afif jadi luka, gimana nanti kalau parah?!!!" Kesal Sasa yang baru saja melihat tangan Afif yang terluka. Mang rido sudah menunduk karena takut dan merasa bersalah.
"Sa udah dong, kasian. Mang rido itu lebih tua dari pada kamu, gak sopan" ujar Papa.
"Tapi Pa! Akh... aku tuh takut pa! Untung ada orang yang nyelamatin Afif sama Afifah! Kalau misalnya gak ada? Aku gak mau pa! Aku gak mau kehilangan Mereka" Sasa kini sudah menangis jika ia harus mengingat bagaimana jadinya nanti kalau misalnya itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Udah Nikah? ✔
Ficção Adolescente#1 Nikah (20-10-20) #1 Pisah (14-10-20) #1 Penghianat (10-10-2020) "Orang tua pasti selalu punya rencana terbaik buat anaknya. Dia tidak pernah mau anaknya terjerumus ke dalam sesuatu yang buruk" Jelas Papa. "Iya Pa, Sasa terima apapun keputusan Pap...