Pagi ini ada yang berbeda dari pagi lainnya. Tujuh bulan lebih menikah baru pagi ini aku terbangun dalam pelukan Revan. Pelukannya sangat hangat, bahkan kalau bisa aku tidak mau bangun dari tempat tidur.
"Pagi." Aku mendongakkan kepalaku setelah mendengar suara Revan.
Aku tersenyum, "Pagi."
"Kamu udah ngerjain PRkan?" Tanya Revan dengan santainya. Aku langsung terduduk menatapnya. Bagaimana bisa dia menanyakan PR disaat-saat seperti ini.
"IH AKUKAN UDAH NAIK KELAS MANA ADA PR!" Seruku sambil memukul-mukuk bahunya.
Dia kembali menarikku kedalam pelukannya, "iya, bercanda sayang." Kata terakhir yang diucapkan mampu membuat kupu-kupu dalam perutku terbang.
Kami terdiam untuk beberapa saat sampai suara Tante Rere membangunkan kami. Tante Rere menyuruh kami untuk segera mandi karena ada tamu di ruang tamu. Aku meminta Revan untuk mandi duluan dan dia menurutinya.
"Kamu kebawah duluan aja," kataku setelah melihat Revan keluar dari kamar mandi.
Dia menganggukkan kepalanya lalu menghampiriku dan mengecup keningku. "Aku turun duluan ya."
Selesai mandi aku juga turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang. Setelah duduk di samping Revan, aku baru mengetahui kalau orang itu adalah pengurus panti asuhan yang ada di sebelah rumah Tante Rere ini. Ada apa dia datang sepagi ini?
"Ini berkas-berkasnya," ucap petugas itu sambil menyodorkan map berwarna merah kepada Revan.
Revan menerima dan membukanya, aku mengintip untuk melihat apa isi map itu. Ternyata hanya foto anak kecil dan beberapa kertas berkas lainnya. Tapi, muka bocah yang ada di foto itu mirip sekali dengan dengan bocah yang ada di mimpiku.
"Siapa dia, pak?" Tanyaku sambil menunjuk foto itu.
"Dia Fernando, salah satu anak panti yang sudah diadopsi sekitar sepuluh tahun tahun lalu," jawab petugas itu.
"Terus ngapain kamu minta data dia?" Kini gantian aku menanya ke Revan.
Revan terus menatap foto itu, "Kemarin pas aku ke panti, aku ngeliat foto anak-anak panti yang dipajang di dinding. Terus aku ngeliat dia," jawab Revan sambil menunjukkan foto anak itu. "Dia sangat mirip denganku."
Tante Rere datang membawa satu nampan minuman untuk kami, "Ini silahkan diminum," ucap Tante Rere kepada kami. "Tante tinggal dulu ya."
Tante Rere berjalan meninggalkan kami bertiga. Revan kembali membongkar isi map itu dan sesekali melihat ke foto itu.
Aku melingkarkan tanganku di tangan Revan. "Mungkin dia cuma anak yang mirip sama kamu. Tapi dia juga mirip anak kecil yang ada di mimpi aku."
"Umur kami beda satu bulan." Revan kembali membolak-balik berkas itu. "Pak, kok nama pengadopsinya tidak tercantum?"
"Pengadopsi tidak ingin diberi tahu," jawab petugas itu.
"Kamu dulu pas tinggal disini juga sering main sama anak-anak panti loh, Ca," ujar Tante Rere sambil berjalan ke arah kami.
"Ha? Kok aku gak inget apa-apa?"
"Yaudah pak terima kasih, mapnya biar saya pegang dulu boleh tidak pak?" Tanya Revan lalu berdiri diikuti kami semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Teacher
Roman d'amour[COMPLETED] Dijodohkan dengan Pak Revan?! Apa ini tanda-tanda akhir hidupku?! Biar aku kenalkan, Namanya Revansyah Taruma Soetardji, guru fisika yang paling kaku menurutku, dari nama belakangnya saja semua orang pasti sudah tahu kalau dia adalah ana...