Eca kini tengah menyiapkan baju untuk acara besok, iya, besok adalah hari dimana masa-masa SMA Eca akan berkahir. Semua teman-temannya sudah menentukan kemana mereka akan pergi kuliah. Begitupun dengan Eca.
Eca dinyatakan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan. Bukan hanya Revan saja yang kaget, semua teman dan keluargapun ikut kaget mendengar kabar tersebut.
Awalnya dia ingin menolak undangan tersebut dan ikut dengan Revan ke Frankfurt. Tapi Revan melarang keras Eca untuk ikut dengan alasan kalau Eca harus bersekolah dengan rajin, Revan tidak ingin membuat cita-cita Eca kandas di tengah jalan hanya karena terus terikat dengannya.
"Ca." Revan menghampiri Eca dan memeluknya dari belakang saat Eca sedang memilih baju di lemari.
Eca memberhentikan aktifitasnya dan memindahkan telapak tangannya ke pipi Revan yang berada bahunya. "Kenapa?"
"Minggu ini aku harus berangkat ke Frankfurt."
Dengan perlahan Eca membalikkan badannya dan menghadap ke Revan. "Aku tau, apa aku tolak aja ya undangannya?"
"NO!" Revan mengambil tangan Eca. "Aku gak mau sekolah kamu dari TK sampai SMA ini sia-sia. Kamu harus kejar apa cita-cita kamu."
"Tapikan aku gak mau jauh dari kamu," ucap Eca lalu menundukkan kepalanya.
Revan menaikkan kembali kepala Eca dengan mendorong sedikit dagunya, "Hei, listen to me, aku cuma pergi paling lama tiga tahun. Aku juga bakalan terus bolak balik sini. Setiap lebaran aku pastiin kalau aku disini. Don't be sad, aku gak jadi gak tenang nanti ninggalin kamu."
Eca langsung memeluk pinggang Revan dengan erat, "Janji ya gak main cewek disana."
"Iya janji. Mana mungkin juga aku main cewek." Revan melepaskan pelukkan mereka. "Kamu masih milih baju? Ini udah malem loh, besok kamu kecapekan gimana? Udah ah, tidur ayo. Kamu pakai apa aja cantik."
"Ih aku cuma lagi milih kainnya, kalo bajunya kan dapet dari sekolah."
🍭
"Piagam akan langsung diserahkan oleh Bapak Revansyah Taruma Soetardji, selaku pemilik yayasan Soetardji, harap siswa yang disebutkan maju kedepan," ucap MC dari atas panggung.
Setelah sekian banyak murid yang dipanggil, kini giliran Eca.
"Tesha Marella Davon dari kelas XII IPA, anak dari Bapak Johny Davon, telah diterima di Universitas Indonesia dengan jurusan kedokteran," kata MC itu dan langsung disambut tepuk tangan meriah dari tamu undangan.
Eca berdiri dari tempat duduknya dan berjalan naik keatas panggung. Dia berhenti tepat di depan Revan, Eca menundukkan kepalanya sedikit kemudian Revan mengalungkan piagam.
Saat akan kembali ke posisi semula, Revan memajukan sedikit kepalanya, lalu berbisik, "Tunggu hadiah dari aku di rumah."
Eca sadar mukanya sudah memerah sekarang, tanpa melihat Revan dia langsung berjalan ke wali kelasnya untuk penyerahan ijazah.
"Gila adek gue udah lulus SMA juga! Perasaan baru kemaren dah gue lulus," ucap Vano menyambut adiknya itu.
"Kitakan cuma beda satu tahun bambang. Jelas lah lo lulus tahun kemaren gue lulus tahun ini," sebal Eca. Rasanya dia ingin sekali menggeplak kepala abangnya itu.
"Cie LDR cie..."
Eca menghadiahi ucapan abangnya itu dengan satu tonjokan super di lengannya. Bisa-bisanya disaat membahagiakan seperti ini dia mengingatkan Eca dengan masalah yang akan dihadapinya.
Acara graduation kini sudah selesai, semua tamu undangan berjalan meninggalkan aula, begitu juga dengan Eca dan Revan. Setelah berpamitan dengan kedua orang tua mereka, Eca dan Revan pulang ke apartement mereka duluan.
Sesampainnya di apartement, Revan meminta Eca untuk memejamkan matanya. Dia berjalan ke arah laci yang berada dekat TV lalu mengambil dua lembar kertas dan menaruhnya di tangan Eca yang masih menutup mata.
"Apa ini, Van?" Tanya Eca yang sudah sangat penasaran apa yang dibuat suaminya itu.
"Sekarang kamu boleh buka matamu."
Dengan perlahan Eca membuka matanya, ekspresi yang pertama kali ditampakkan Eca adalah ekspresi terkejut. Bagaimana tidak, pasalnya kertas yang kini ditangannya adalah tiket untuk berlibur ke Greece. Salah satu destinasi honeymoon yang paling indah.
"Van kamu serius? Inikan udah mepet banget, kamu sebentar lagi mau ke Frankfurt loh."
Revan mendekat ke istrinya lalu membawanya ke pelukannya, "Aku undur jadwal kesana, aku masih mau disini sama kamu, seenggaknya kita habiskan waktu-waktu indah dulu sebelum aku merindukanmu disana."
"Emang kamu undur sampai kapan?"
"Dua hari setelah kita pulang dari Greece, aku akan langsung terbang ke Frankfurt."
Eca mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah suaminya itu. "Van, beneran deh aku rela gak usah kuliah, aku mau ikut kamu aja."
"Gak, aku gak mau Eca... dengerin aku ya." Revan menatap balik wajah mungil istrinya itu. "Bukannya aku mau jauh dari kamu, aku juga gak bisa jauh dari kamu Eca, tapi aku lebih gak bisa lagi liat kamu nyia-nyiain sekolah kamu selama ini. Kamu harus jadi dokter, itukan cita-cita kamu dari dulu."
Eca mulai meneteskan air matanya lagi, kata-kata Revan memang ada benarnya, dia sudah ingin menjadi dokter bahkan sejak dia belum tahu apa itu dokter. Eca harus berhasil, dia pasti bisa melawati masa-masa LDRnya ini.
Dering handphone Revan membuat dua insan yang tengah bermesraan itu tersadar. Revan melepaskan pelukkan mereka lalu merogoh sakunya untuk mengangkat telpon itu.
"Selamat malam tuan, pesawat sudah siap," ucap seseorang dari seberang sana.
Revan memberikan senyumannya kepada Eca, hal tersebut tentu membuaf Eca penasaran apa yang sedang dibicarakan, "Oke, kami akan segera kesana." Revan langsung menutup sambungan telponnya.
"Siapa sih? Kok kamu senyum-senyum?"
"Ayo berangkat!" Revan langsung menarik tangan Eca. Karena merasa pertanyaannya belum terjawab Eca menahan badannya. "Itu yang telpon Pak Jo, dia bilang pesawatnya sudah siap."
"Emang kita mau kemana?"
"Kan ke Greece."
"Loh malem ini?! Baju aku gimana?"
"Iya, nanti kita beli disana, lagian aku pikir kamu juga gak terlalu butuh baju disana."
Dengan spontan Eca memukul bahu Revan, "Dasar pak guru mesum!!!"
***
Part 26.Maaf part kali ini agak gaje. But I hope u enjoy it! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Teacher
Romance[COMPLETED] Dijodohkan dengan Pak Revan?! Apa ini tanda-tanda akhir hidupku?! Biar aku kenalkan, Namanya Revansyah Taruma Soetardji, guru fisika yang paling kaku menurutku, dari nama belakangnya saja semua orang pasti sudah tahu kalau dia adalah ana...