MaT 21 - The Truth

35.9K 1.3K 14
                                    

Aku merasakan bahuku sudah basah dengan air mata Revan. Kenapa dia? Aku ingin sekali menanyakannya tapi aku takut akan menyinggung perasaannya. Dengan perlahan dia menjauhkan badannya dari diriku.

"Aku udah tau seluruh ceritanya," ucapnya dengan mata yang sembab dan terus memijat kepalanya.

"Cerita tentang apa?"

"Tentang masa kecilku," jawab Revan. "Argh..." keluh Revan sambil memegang kepalanya.

"Udah kamu tidur aja dulu, jangan terlalu difikirin, nanti yang ada malah gak ilang-ilang pusingnya," kataku lalu menuntunnya rebahan.

Setelah Revan tertidur, aku menuju ke lantai bawah untuk menanyakan perihal tadi pagi kepada Tante Rere, aku benar-benar masih sangat penasaran tentang teman-temanku semasa di Bandung.

Aku menemukan Tante Rere sedang memasak di dapur. Padahal ini sudah jam sembilan malam tapi kenapa dia masih saja memasak? Aku menghampiri Tante Rere lalu duduk di meja bar yang membatasi antara dapur kotor dengan dapur kering.

"Mau makan, Ca?" Tanya Tante Rere masih terus memasak dan membelakangiku.

"Kok tante tau aku ada disini?"

"Gimana gak tau, orang suara bangku kamu kedengeran."

"Tan, aku mau nanya yang tadi pagi-"

"Eh, ini udah matang mau gak?" Tawar Tante Rere memotong perkataanku.

"Serius aku mau nanya. Kenapa sih aku gak boleh tau? Yang aku mau tanyain kan tentang aku bukan tentang orang lain." Aku mengikuti Tante Rere menuju ke meja makan.

"Ekhm-" Tante Rere berdeham lalu duduk di kursi meja makan. Akupun mengikutinya dan duduk di sebrangnya. "Tante sudah janji dengan Ela untuk tidak memberi tahu masalah ini ke kamu."

"Tapikan sekarang Eca udah gede. Kemarin Eca sempat mimpi aneh, Eca mimpi lagi main sama anak-anak cowok di halaman rumah Tante. Tapi Eca gak tau siapa mereka."

"Salah satu diantara mereka pasti ada yang mirip dengan foto di berkas Revan, yakan?" Tanya Tante Rere, aku menganggukkan kepalaku. "Jadi begini cerita sebenarnya, Ca. Tapi kamu janji dulu sama tante jangan kasih tau mama kamu kalau tante ngasih tau kamu."

Aku menganggukkan kepalaku yakin. Aku sudah berada di puncak rasa penasaran.

"Dulu saat mama dan papa kamu cerai, kamu dan Vano tinggal di sini hampir dua tahu, dari kamu umur empat tahun sampai kamu umur enam tahun, dan selama kamu tinggal di sini kamu seneng banget main sama anak-anak panti, dan salah satunya ya itu si Fernando, kalian deket banget waktu itu, kamu memanggil dia 'a Nando, dan dia manggil kamu Neng Kucil," lanjut Tante Rere bercerita. Wait, aku merasa tidak asing dengan panggilan 'kucil', bukannya itu yang sering Revan teriakin ya?

"Kok dia bisa manggil aku Kucil?"

"Kata dia dulu kamu kecil dan kamu selalu pakai ikat rambut buntut kuda. Kucil itu singkatan dari kuda kecil kalau tidak salah."

"Tante tau siapa itu Fernando? Kok bisa mirip dengan Revan?" Tanyaku.

Tante Rere menggelengkan kepalanya. "Semenjak kejadian itu kamu dan dia tidak pernah bertemu lagi."

"Ha? Kejadian apaan, tan?"

"Dia dulu pernah diculik waktu main sama kamu, dan waktu dia ditemukan dia udah gak sadarkan diri dan langsung dibawa ke rumah sakit, semenjak itu kamu tidak pernah bertemu lagi dengannya," jelas Tante Rere. Kok sangat mirip dengan cerita kecilnya Revan ya? Ah tapi mana mungkin, Fernando itu anak panti sedangkan Revan sudah jelas-jelas anak dari keluarga Soetardji. mungkin hanya kebetulan.

"Dulu hampir selama seminggu penuh kamu nangis setiap malam, mama dan papa kamu terpaksa terus-terusan nemenin kamu, dan itu juga yang ngebuat mereka rujuk lagi, sampai akhirnya mereka ngebawa kamu ke psikiater untuk menghilangkan memori kamu tentang anak-anak panti asuhan itu," lanjut Tante Rere menceritakan.

"Kenapa Tante gak cerita sama aku dari kemarin sih?" Kesalku. Kenapa aku harus tau semua ini setelah sepuluh tahun terlewati.

"Mana tega tante, yang ada nanti kamu jadi teringat lagi, susah payah psikiater itu membuat kamu lupa masa tante ingatkan lagi."

"Bang Vano tau semua ini?" Tanyaku.

Tante Rere menggelengkan kepala. "Waktu itu dia lagi di rumah mama kamu yang di Bogor. Yang dia tau cuma kamu lagi sakit dan sering dibawa bolak balik ke rumah sakit. Lagian kamu tau sendirikan dia type orang yang gak mau tau."

"Yaudah, lanjutin aja makannya tan. Aku mau naik istirahat." Aku masih belum bisa mencerna cerita ini dengan baik. Ini masih terus membingungkan.

🍭

Pagi ini keadaan Revan sudah lebih baik, dia sudah terlihat lebih segar walaupun matanya sangat sembab. Apa ini waktu yang pas untuk menanyakannya?

"Van," kataku membuat Revan yang semula menyendok makanan sekarang menghadapku. "Aku boleh nanya soal semalem gak?" Tanyaku dengan hati-hati.

Revan menganggukkan kepalanya. "Tapi kamu sarapan dulu."

Setelah aku menghabiskan makananku, kami menuju ke panti asuhan untuk mengembalikan berkas-berkas itu. Aku dan Revan memutuskan untuk bersiap memindahkan barang-barang kami ke villa.

Awalnya Tante Rere meminta kami agar tinggal lebih lama saja, tetapi Revan mengatakan kalau kami butuh waktu berdua dan Tante Rere mengerti akan itu.

Sepanjang perjalanan menuju ke Lembang, yang terdengar hanya alunan lagu, Revan tidak mengeluarkan sepatah kataku. Mungkin dia masih shock dengan cerita tentang masa kecilnya.

"Kamu mau tau?" Tanyanya menatapku sekilas lalu kembali melihat jalanan.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Aku bukan anak bunda dan ayah." Ucapannya mampun membuat aku kaget.

"Terus kamu anak siapa?" Tanyaku sarkastik.

"Aku gak punya orang tua." Dia meneteskan air matanya lagi.

Aku mengambil tisue lalu mengelap air matanya. "Kalo kamu belom bisa cerita yaudah gakpapa. Take your time aja dulu."

"Aku mau cerita, tapi sebelomnya aku mau mengenalkan diriku dulu, namaku Fernando Kahlil," katanya lalu menyodorkan telapak tangan sebelah kanannya sedangkan yang kiri tetap terus memegang stir.

Nama yang Revan sebutkan mampu membuat jantungku hampir stop. "Fer-- Fer-- Nando?" Kataku dengan terputus-putus lalu menjabat tangannya dengan mataku yang tidak berhenti menatapnya.

"Iya, aku anak yang diadopsi sepuluh tahun lalu oleh keluarga Soetardji." Dia mengembalikan tangannya ke gagang stir.

***
Part 21.

HAI!!! Gimana kalian? Kaget gak? Wkwkwk kurang dapet apa ya feelnya? Maapkeun namanya masih amatir 🙏❣️

Me and TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang