.
.
.
.
.Hyejin Han, gadis yang tahun ini telah menginjak usia 18 tahun tak kuasa untuk memalsukan air mukanya, menghabiskan waktu selama beberapa belas menit di salah satu kursi tamu di pojokan sembari mencibir, kedua mata bundar yang ia miliki tak henti-hentinya memancarkan aura tak bersahabat pada sepasang mempelai yang tengah dalam nuansa suka cita, tersenyum sumringah menyalami tamu yang berdatangan ke acara pernikahan mereka.
Mereka, ibu dan pria asing menyebalkan-yang sialnya-berwajah sangat tampan dengan tubuh proporsional dan senyum indah bak malaikat yang turun dari langit.
Kim Seokjin, 36 tahun. Sempurna tanpa celah. Tetapi, bagi Hyejin Han, senyuman menawan yang dimiliki oleh pria itu tak lebih dari senyuman palsu buaya darat yang begitu memuakkan. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu.
"Bajingan sialan."
"Hyejin-ah!"
Hyejin menoleh, bola matanya berputar, sedikit jengah melihat wajah sahabat karibnya yang tiba-tiba menjadi sama menyebalkan seperti sepasang mempelai di depan sana, Song Mina.
Kening Mina mengkerut dalam sesaat setelah ia menyadari aura kebencian yang mendalam menyelubungi teman seperjuangannya ini. Mina mengikuti arah pandangan mata Hyejin. Kedua manik madu temannya ini masih intens memindai sepasang pengantin baru di depan sana.
Apa tatapan kebencian itu ditujukan untuk ibunya sendiri? Mina berkelit dalam hati. Tidak mungkin. Hyejin tak mungkin sampai hati membenci ibunya hingga keubun-ubun. Mina tahu. Semarah apapun Hyejin pada ibunya. Temannya yang satu ini adalah tipe orang yang setia kawan dan rela berkorban demi orang yang dikasihinya. Walau bibirnya agak pedas dalam beretorika. Tetapi, Hyejin yang dia kenal adalah orang yang sangat baik.
Lalu, tatapan itu di tujukan untuk siapa? Apa untuk ayah barunya itu? Sungguh, Mina tak tahan harus terkurung dalam spekulasi yang berkembang di otaknya.
"Kau masih belum merestui ibumu menikah dengannya?"
"Sejak kapan aku mau merestui ibuku menikah dengan pria bajingan seperti dia?" Hyejin mendecih tak suka, "Melihat wajahnya saja membuatku muak. Sial, aku ingin sekali memukulnya."
"Tapi, tetap saja, Hyejin. Ibumu mencintai pria itu. Mungkin kau salah sangka. Apa kau tak pernah berpikir kalau ada kemungkinan waktu itu kau salah lihat?"
Hyejin menggigit bibir bawahnya, diam sejenak lalu membuang nafasnya, "Kedua mataku tak mungkin salah lihat, Mina. Itu memang benar dia." ia lalu bangkit dari kursinya, menepis gaun putih yang ia kenakan lalu berjalan meninggalkan Mina seorang diri.
Melihat sahabatnya berniat untuk pergi dari acara pernikahan ini. Mina juga ikut bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti Hyejin yang sudah beberapa langkah berada di depannya.
"Hyejin-ah, jangan seperti itu. Cobalah untuk bahagia di hari pernikahan ibumu." bujuk Mina sambil mencolek pelan lengan polos Hyejin.
Hyejin memilih untuk menggeleng tanpa mengucapkan sepatah katapun. Menambah laju langkahnya, meninggalkan Mina yang hanya bisa menatap nanar punggungnya yang kian menjauh.
Telapak tangannya mengerat. Dia tidak akan pernah melupakan apa yang pria itu perbuat di belakang ibunya.
"Maaf, aku bukan peminum."
"Ayolah, coba saja gadis manis. Ini enak kok."
"Aku tidak tertarik." sudah kesekian kalinya, dengan ekspresi kelewat dingin, Hyejin menolak tawaran minuman dari beberapa pria random yang sengaja ingin mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy ✔
FanfictionSTORYLINE with BTS "You can call me Daddy." "Y-yes, Daddy." COMPLETED | Started at, 10-07-2019