Daddy - Jung Hoseok

22.8K 301 8
                                    

.
.
.
.
.

Eun Ji menutup wajahnya yang luar biasa menyedihkan itu dengan kedua telapak tangannya. Menyembunyikan matanya yang sembab serta lingkar hitam yang mulai timbul disekitar matanya, akibat dari bergadang dan menangis semalaman. Eun Ji tak tahu harus berbuat apa. Takdir seakan tengah mempermainkan dirinya. Merobek dan mematahkan semangat hidupnya. Satu demi satu masalah muncul dan seenaknya memberatkan kehidupan yang sedang ia jalani.

Ayahnya meninggalkan 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas, keluarga mereka juga terlilit hutang yang tak sedikit. Tak ada satupun sanak saudara yang mengulurkan tangan untuk membantu mereka. Jangankan menolong, bertamu dirumahnya saja mereka tak sudi. Apalagi sejak sebulan yang lalu, ibunya juga jatuh sakit dan terpaksa harus dirawat intensif di rumah sakit. Dan Eun Ji tahu, untuk membiayai pengobatan ibunya di rumah sakit, semua itu membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Semua harta benda yang mereka miliki seperti kendaraan pribadi dan rumah yang sudah mereka tinggali selama hampir 18 tahun sudah terjual habis. Tak ada satupun yang tersisa. Semua hasil jerih payah, keringat dan air mata yang telah mereka keluarkan selama bertahun-tahun. Semuanya berakhir sia-sia.

"Haah ... Haah ... Ya, Tuhan ..." Eun Ji kembali terisak, "Bagaimana ... Bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebanyak itu? Bagaimana, Tuhan?"

Nominal operasi yang harus ibunya jalani, bernilai 25 juta won terus saja menggema keras di dalam kepalanya. Membuat Eun Ji tak mampu mengistirahatkan tubuh dan pikirannya barang sedetikpun.

"Tidak, aku harus kuat." Eun Ji menghapus liquid bening yang sempat membasahi wajahnya, "Ya, aku harus kuat. Ini demi kesembuhan Eomma."

Dengan segenap kekuatan yang masih tersisa, Eun Ji bangkit dari kursi berbahan dasar kayu itu, melangkah gontai meninggalkan taman rumah sakit tempat ibunya di rawat. Mengikuti kemana instingnya menuntun. Menyusuri trotoar di pusat kota metropolitan. Tak peduli dengan suasana udara yang semakin dingin hingga menembus kulit. Eun Ji terus melangkah, sesekali mengusap kedua lengannya yang telanjang-tak tertutupi oleh sehelai benangpun-sampai tapak kakinya berhenti tepat beberapa meter di depan sebuah pintu berukuran besar dengan beberapa pria berbadan tegap dan berwajah sangar yang berdiri kaku di dekat sana.

Octagon. Salah satu club malam termewah di Korea Selatan. Tempat yang tak seharusnya ia datangi.

Ya, tentu saja. Eun Ji masih berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas. Dia juga bukan termasuk dalam golongan yeoja kelas atas yang mampu menghambur-hamburkan uang hanya untuk bersenang-senang di dalam club.

Well, let me tell you, guys. Eun Ji tak pernah berpikir untuk meminta lebih. Gadis itu tahu bagaimana lelahnya sang ibu setiap harinya yang juga mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga. Siang malam banting tulang demi memenuhi uang sekolah dan keperluan sehari-hari saja ia sudah cukup bersyukur.

Eun Ji menundukkan pandangannya, sedikit risih saat mendapati pemandangan tak senonoh yang tak seharusnya ia lihat. Beberapa pasangan muda-mudi yang tengah mempertontonkan kebolehan mereka dalam menyalurkan hasrat. Entah itu bertukar saliva, bercinta di beberapa sudut-sudut tempat atau sekedar menyentuh area pribadi pasangannya.

Menarik nafas dalam, mengumpulkan segenap kekuatan yang ada dan mengambil langkah pertama. Dia harus siap. Menghadapi segala konsekuensi yang sudah ada di balik gedung mewah itu.

Ini demi ibu. Demi kesembuhan ibunya. Kata-kata itu terus berdengung di dalam kepala cantik Eun Ji.

Hingar bingar dentuman musik dan pesta semakin lama semakin mendominasi atmosfer. Para pelancong dunia yang sengaja singgah dan menghabiskan malam mereka juga beberapa wajah yang tak asing menghiasi layar kaca tengah asyik menikmati ritme musik yang dimainkan. Meliuk-liuk di lantai dansa, menenteng botol bir dan berbincang-bincang dengan rekan mereka.

Daddy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang