Prolog

48 3 0
                                    

"Nghhhh Kim"

Seorang gadis yang tengah asik di alam mimpi tiba-tiba mengerang merasakan sesuatu yang menarik-narik rambutnya, ia tau siapa itu, karena setiap hari dialah yang membangunkan gadis itu.

"Apa sih Kim! mau gak gue kasi makan lo" ujarnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk dengan mata yang masih setengah terbuka. Gadis itu menggaruk kepalanya membuat rambutnya yang acak-acakan tambah tak beraturan. Gara-gara Kimberly yang menarik rambutnya membuatnya harus terbangun dari mimpi indahnya.

"Gara-gara elo nih! padahal gue tadi hampir aja dicium sama Song Joong Ki"

"Meaww" seolah mengerti yang dikatakan majikannya ini Kimberly pun menjawab dengan ngeongannya.

Ceklek

Suara pintu berdecit menampakan seorang wanita paruh baya yang sedang memakai celemek dengan sebuah sendok sayur di tangannya.

"Kamu ya! Bunda dari tadi teriak-teriak dari bawah dan kamu baru bangun?? Kebo banget sih!" teriak wanita paruh baya tersebut dengan kesal.

"Ck! Lagian siapa suruh teriak-teriak ??"

Astrid-Bunda gadis itu menggelengkan kepalanya melihat Alhena yang susah di bangunkan sejak kecil, itu sebabnya ia hampir setiap hari terlambat kesekolah. Entah apa yang membuat Alhena betah berlama-lama pada kasurnya.

"Gak usah jawab! Cepat mandi atau Bunda goreng Kimberly" ancam Astrid membuat Alhena langsung memeluk kucing kesayangannya sambil menggelengkan kepalanya.

***

"Bun, Ayah mana?" tanya Alhena menuruni satu persatu anak tangga sambil memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Alhena sudah siap dengan seragam barunya karena hari ini hari pertama ia sekolah disekolah barunya.

"Udah berangkat dari tadi" jawab Astrid yang masih fokus mengaduk sesuatu di pancinya.

"Yahh Alhena kok di tinggal sih Bun!" protes Alhena tidak terima ditinggal begitu saja oleh ayahnya. Ia sudah berjanji akan mengantar Alhena kesekolah barunya.

"Ya kamu lama banget di tungguin ayah, ini udah jam 7 lebih, kamu tau kan ayahmu itu sangat sibuk!" Alhena tak menyahut lagi, wajahnya merengut kesal, segera ia mengambil satu buah roti tawar tanpa mengoleskan selai lalu memakannya sambil berjalan keluar rumah. Lebih baik ia segera berangkat menggunakan angkot saja.

Alhena berjalan hingga di depan kompleks rumahnya yang tidak terlalu jauh. Karena tidak mungkin ada angkot yang lewat di depan rumahnya. Alhena melirilk jam tangannya yang menunjukan pukul 07.10, langsung saja mata Alhena melotot.

'Oh astaga! Angkot mana angkot'

Alhena mulai panik hingga ia melihat sebuah angkot berwarna merah berhenti di depannya, tanpa basa-basi lagi Alhena menaiki angkot tersebut.

"Pak SMA Gemilang, yang cepet ya pak keburu telat nih!" ujarnya terburu-buru yang hanya diangguki oleh pak supir.

Dengan gelisah Alhena duduk di bangku panjang paling pojok, angkotnya tidak terlalu penuh hanya ada empat orang, dirinya, 2 ibu-ibu yang masing-masing membawa tas belanja, sepertinya dari pasar, dan juga seorang bapak-bapak dengan kumis tebal.

Alhena melihat ke arah jendela yang menampilkan mobil dan motor berlalu lalang. Pikirannya saat ini adalah bagaimana jika ia telat? Ah itu sudah pasti. Tapi bagaimana dengan hukumannya? secara ia siswa baru, masa iya siswa baru datangnya telat.

"Neng! Udah sampai mau turun atau mau ikut saya mangkal?"

Alhena melirik angkot yang sudah kosong yang menyisakan dirinya dan pak supir. Untung saja pak supir itu menegur Alhena yang sedang melamun, jika tidak entah sudah dimana dirinya sekarang.

Alena segera turun dari angkot tak lupa membayarnya. Setelah itu ia berlari ke arah gerbang SMA Gemilang yang sudah di tutup rapat dan dikunci. 'Ck sial' umpatnya dalam hati.

Alhena mengigit bibir bawahnya, ia harus berpikir bagaimana caranya masuk kedalam. Apa ia memanjat pagar saja seperti yang ia lakukan di sekolahnya dulu? Atau lewat jalan rahasia yang ada di belakang sekolah? Eh! Memangnya ada jalan rahasia menuju ke dalam sekolah ini?

Tanpa sadar pikirannya itu berubah menjadi gumaman yang telah didengar oleh seseorang. "Ada, lo mau tau?" Alhena terperanjat mendengar suara seorang laki-laki dibelakangnya. Siapa dia? Atau jangan-jangan guru piket yang mengawas hari ini? Tapi kenapa bahasanya gue-elo?

Hati-hati Alhena memutar kepalanya hingga tatapan matanya bertemu pada mata hitam pekat milik laki-laki yang dibelakangnnya ini. Terlihat dari segi pakaiannya seperti seorang berandalan, tapi seragamnya sama dengan yang di pakai Alhena.

'Apa dia sekolah disini juga?'

"Gue Damar" laki-laki itu mengulurkan tangannya kehadapan Alhena. Beberapa detik Alhena menatap uluran tangan itu dan akhirnya dibalas juga tapi dengan penuh ragu karena baru pertama kali bertemu dengan Damar.

"Gue Alhena"

________________________________________

Hay guys, ini cerita pertama aku loh:)
Kasi vote dan comentnya ya biar aku semangat nulisnya.

Ok see you!😊😊😊

TBC

AlhenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang