Di kelas XI Ipa 2 sepertinya sedang tidak ada guru karena terdengar gaduh dari luar. Mereka terpecah menjadi beberapa bagian, sebagian laki-laki tengah menonton entah apa di laptop Seno. Sebagian laki-laki lainnya tengah berkonser ria bernyanyi tidak jelas, peremupannya ada yang bergosip membuat lingkaran, ada yang membaca buku atau novel dan ada juga yang mengobrol sambil bercanda. Seperti Alhena, Diva dan Rasti.
"Eh, eh kalian tau gak sih kemaren gue liat kelasnya Elio olahraga. Gilasih!! Doi buka bajuu!!" pekikan keras seorang sisiwi yang sedang ikut bergosip terdengar sampai telinga Alhena.
"Haaaahh?? Masa sih?" tanya Rani pada siswi yang terpekik tadi. Yaa memang Alhena belum tau semua nama siswa siswi di kelas ini, tapi nanti pasti ia akan tau.
"Iyaa, Ya ampun udah putih! tinggi! ganteng! pinter! perutnya kotak-kotak kayak oppa oppa korea!" perempuan itu menggit bibir bawahnya membayangkan kejadian kemarin saat ia melihat Elio membuka bajunya di tengah-tengah lapangan.
"Kyaaaa!! Omaigatt!!" pekik siswi yang lain yang mendengarkan ceritanya.
Alhena yang sejak tadi diam-diam mendengarkan cerita siswi yang di samping Rani pun bertanya tanya. Siapa Elio? Kenapa sejak tadi ia begitu di sanjung?
"Div, Elio siapa sih? Kok kayak di puji-puji gitu?" tanya Alhena dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh siapapun.
"Ohh, Elio? Dia itu mostwanted Gemilang yang irit ngomong, yaa bisa dibilang dingin gitu. Tapi yang di bilang Linda itu bener, dia itu ganteng, putih, tinggi, pinter, gue tambahin ni dia itu tajirrrrr gilaa!!" kenapa Diva ikut alay seperti mereka? Oh astaga siapa Elio itu? Ia sangat penasaran.
Rasti, Alhena dan Diva tengah membicarakan Elio yang sejak tadi Diva dan Rasti puji-puji. Alhena tidak tertarik sedikitpun dan akhirnya memilih mendengarkan saja cerita Diva dan Rasti tentang Elio yang mereka tau.
"Hay!!" sapa seseorang yang menghampiri meja Alhena, Rasti dan Diva membuat cerita Rasti tentang Elio yang pintar terjeda.
"Ngapain lo kesini?" sewot Diva yang sepertinya tidak suka dengan kehadiran laki-laki ini.
"Dih, gue cuma mau nyamperin Alhena. Ngapa lo yang sewot" ujar laki-laki tersebut, dengan senyum manis tangannya terulur kehadapan Alhena "Hay lagi, gue Gilang, siswa laki-laki tertampan dan terpintar dikelas ini"
Diva yang mendengar ucapan Gilang pun memutar bola matanya malas sambil memperagakan ingin muntah. Tapi apa kata Gilang itu benar, ia memang tampan tapi tidak dengan pintar, yaa lumayan lah. "Mulai deh ganjennya" Yang disindir tidak menyahut.
Dengan senang hati Alhena membalas uluran tangan Gilang. "Alhena" ujarnya dengan senyum manis.
"Ya Allah manis banget" ujar Gilang tersipu diberi senyum manis oleh Alhena.
"Biasa aja sih Lang, alay banget lo!" jika kalian mengira itu suara Diva, salah! Itu bukan suara Diva melainkan Rasti yang juga jengah melihat tingkah alay Gilang. Ternyata selain pendiam Rasti juga sama seperti Alhena yang ceplas ceplos.
Diva sudah ketawa melihat wajah cemberut Gilang yang dikatai alay oleh Rasti. "Omongan lo Ras nyelekit banget, sakit hati gue!" ujar Gilang dramatis.
"Bodo amat, emang iya lo alay!"
***
Bel pulang yang mengembalikan nyawa para siswa sudah berkumandang. Membuat mereka yang lelah belajar 8 jam per hari menjadi semangat kembali untuk pulang.
Alhena membereskan alat tulis yang dibawanya, dimasukan kedalam tas. Sama seperti Alhena, Diva dan Rasti pun begitu. Setelah selesai mereka keluar kelas bersama-sama.
"Al lo mau nyerahin formulir ekskul kan?" tanya Diva yang seperti mengingatkan Alhena. Bahkan Alhena sendiri lupa tujuannya pulang sekolah adalah ruang Osis.
"Oh iya! Bentar deh," Alhena mencari kertas yang ia isi beberapa jam yang lalu. Ia ingat menyelipakannya di buku Biologi miliknya. "Nah ini!" setelah mendapatkannya Alhena kembali menutup tasnya rapat.
"Oh iya, ruang Osis dimana ya?" tanya Alhena pada Diva dan Rasti.
"Ayo gue anterin aja!" ajak Diva, Alhena mengangguk dan mengikuti langkah Diva yang mengantarnya hingga ruang Osis.
"Nah kalau yang ini Lab Fisika" tunjuk Diva pada pintu yang berwarna coklat. "di sampingnya Uks" tunjuk Rasti pada pintu yang bercat putih sendiri di antara pintu-pintu yang lain.
"Di sampingnya lagi Ruang guru, Nah! Yang itu tuh ruang Osis" tunjuk Diva pada sebuah ruangan yang berpintu kaca, mereka bertiga melangkah bersama sampai didepan ruang osis. Terlihat hanya seorang laki-laki didalamnya yang tengah mengetik di laptopnya.
"Itu ketua osis kita, namanya Romeo, dia seangakatan sama kita lo bisa kasih formulir itu ke dia" kata Rasti, Alhena mengangguk lalu pelan-pelan membuka pintu kaca tersebut.
"Permisi" ujar Alhena sopan, Romeo hanya menjawab dengan deheman, matanya tak lepas dari laptop di depannya.
'dinginnya double, udah karena ac, ni Romeo juga ikut-ikutan'
"Umm gue mau ngasi formulir ekskul"
"Taruh aja," ujarnya ketus tanpa melihat siapa yang di ajak bicara. Alhena pun menjadi kesal dengan sikap Romeo ini yang terkesan acuh.
"Dimana?" tanya Alhena lagi membuat Romeo mau tidak mau mebalikan tubuhnya menghadap Alhena.
"Taruh aja di sit-" ucapan Romeo yang meninggi tiba-tiba terhenti setelah tau siapa yang ia ajak bicara. Mata coklat gelap milik Romeo terpaku menatap mata coklat terang milik Alhena.
'anjir cakep!'
Merasa Romeo terlalu menatapnya intenst membuat Alhena sedikit takut. 'Ganteng sih, tapi kayak orang bloon'
Alhena melambaikan tangannya di depan Romeo. "Oyy ketos!" Romeo yang ketahuan menatap lama Alhena kelabakan, matanya bergerak ke sana kemari. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
'kenapa gue salah tingkah ck! Sial'
"Ini formulir gue di taruh mana?" tanya Alhena kesekian kalinya.
'Untung ganteng, coba aja buluk udah gue tendang sampe Antartika ni ketos'
"Taruh di situ aja, di samping buku yang warna biru" Alhena mengangguk lalu menaruh formulirnya di tempat yang Romeo tunjuk.
"Yaudah, gue permisi" baru saja hendak berbalik tangannya di cekal oleh Romeo.
"Tunggu dulu" ujarnya. Alhena menaikan satu alisnya seolah bertanya. 'Kenapa?' Romeo melepaskan cekalannya pada tangan Alhena.
"Lo gak minat ikut Osis? Gue liat lo orangnya pekerja keras. Kebetulan juga gue lagi kurang anggota Osis" Alhena semakin menambah kerutan di dahinya.
'Tadi sok-sok an dingin, sekarang mau jadi cenayang. Aneh!'
"Tau dari mana? Emangnya lo cenanyang?"
"Hmm bukan sih"
"Gue gak minat jadi Osis, permisi" ujar Alhena sopan lalu pergi dari ruang Osis. Meninggalkan Romeo dan sebuah kertas.
Romeo mengambil kertas yang berisi identitas Alhena. "Alhena Davera kelas XI Ipa 2" bacanya seperti yang tertera di formulir.
________________________________________
vote and coment!💓
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhena
Roman pour Adolescents1 July 2019 Baca aja dulu, semoga suka! Jangan lupa tambahin ke reading list!