06.Obrolan

26 4 0
                                    

Mari kita budayakan vote sebelum baca :)




"Ingatlah, pengucapan janji hanyalah sebuah penenang."





Kila menghela nafas, tatapannya ia arahkan ke jalanan yang masih setia di guyur hujan, walau tidak sederas tadi. pandangannya yang terhalang kaca berembun itu tidak menyulitkannya mengetahui situasi di luar sana.

"gue disini, bukan diluar"

sebuah suara mengintrupsinya untuk mengalihkan pandangan kesumber suara,lalu memasang wajah datarnya. Jika bukan terpaksa, karna ia terjebak sendiri di sekolah, kila tidak akan terdampar dikaffe ini bersama orang dihadapannya sekarang.

kila memainkan sedotan digelas minumannya, tidak menghiraukan keberadaan pemuda itu seakan ia hanya seorang diri saat ini.

"Jadi mau lo apa?" Tanya kila akhirnya mengalah, dan memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Pemuda yang sedari tadi tidak lepas memandangnya sambil bersandar di kepala kursi itu, kini menegakan punggungnya, —masih menatap kila yang sedari tadi enggan meliriknya— Mencoba menenangkan diri dengan menghela nafas beberapa kali, lalu menyunggingkan senyum yang bahkan ia sadari jika gadis di hadapannya tidak melihat.

"Gue mau kita memulainya lagi dari awal" ucapnya, membuat kila mengalihkan fokus padanya dengan kening yang berkerut.

"Maksud lo" tanya kila pura pura mengerti.

Faishal, pemuda itu menatap kila lekat lekat yang kini menatapnya bingung.

"gue mau kita balikan"

DEG.

Kila menahan nafas ketika mendengar penuturan tegas dari faishal. Dadanya bergemuruh hebat, entah karna ia yang sampai kini menahan nafasnya atau karena perkataan faishal yang di luar expetasinya.

"A-apa?"

Faishal menggapai tangan kila yang berada di atas meja. di genggamnya lembut tangan itu, tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis yang pernah, bahkan sampai sekarang masih mengisi hatinya.

"Aku masih cinta sama kamu. Masih sama seperti satu setengah tahun yang lalu. Gak pernah berubah, walau pun aku udah berusaha buat lupain kamu" aku faishal, merubah tatabahasa dan intonasinya menjadi lembut.

Kila hanya diam membalas tatapan faishal. Tidak ada keraguan atau kebohongan yang tersirat di manik mata berwarna coklat gelap itu. Kila langsung dapat menyimpulkan jika perkataan faishal benar adanya.

Jika boleh jujur, Kila pun merasakan hal yang sama. Perasaannya masih tetap utuh pada pemuda yang tengah menggenggam tangannya ini. Walau pun jarak dan waktu telah merubah banyak hal, tapi tidak dengan perasaannya. Mau Sesakit apa pun hatinya dulu, sekecewa dan semarah apa pun Kila pada Faishal, nyatanya itu tidak bisa merubah keyakinan hatinya.

"Sorry—" ucap kila menarik tangannya yang tengah di genggam Faishal, cukup membuat pemuda itu mengerti. "—Gue gak bisa"

Ingin hati kila menjawab 'iyah'. Akan tetapi rasa ragu muncul secara tiba tiba di benaknya. Bisa dikatakan jika saat ini ia tengah dilema dengan jawabannya sendiri.

"Kenapa?"

Kila tersenyum miring. Menatap faishal sinis. "Lo pikir aja sendiri"

"Kil. Ok gue minta maaf atas kesalahan gue satu setengah tahun yang lalu. Gue cinta sama lo, dan gak berubah dari dulu sampai sekarang" ujar faishal menjelaskan.

UTUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang