Part 2

6.7K 899 40
                                    

Awalnya Arkan percaya diri terhadap kesembuhan lukanya. Namun ketika hatinya kembali di pertemukan dengan wanita itu. Jahitan pada ulu hatinya kini terasa menganga mengalirkan rasa perih.

Bayangan gadis kecil dengan mata Indah. Arkan ingin sekali menghapusnya. Tetapi tetap saja. Ingitan pria lebih bagus dari apapun. Tergambar dengan tinta permanent. Sangat susah dilupakan.

Arkan menjatuhkan kepalanya pada sandaran kursi. Letaknya kini sedang berada di apartemen lebih tepatnya di ruang kerja Arkan yang baru. Memejamkan mata dan berharap rasa sakit ini akan segera mereda.

Bayang masa lalu kembali melintas. Bagaimana wanita itu memperlakukan kesungguhan cintanya dengan balasan yang begitu jahat. Arkan membuka matanya, dan langsung tertuju pada laci meja. Membukanya lalu mengambil secarik kertas yang terlihat sudah mengkusut.

Tatapan Arkan tidak bisa menolak untuk tidak membaca kenangan pahit itu kembali.

Maaf. Aku harus pergi. Aku tidak ingin kau menanggung semua kesalahan ini. Dalam perutku tumbuh seorang janin. Janin yang bukan berasal dari darah dagingmu.
Jadi aku memilih pergi. Aku tidak pantas menjadi istrimu.
Tolong! Maafkan aku.

Tanpa disadari. Arkan menangis. Tetesannya terjatuh mengenai kertas itu. Rasanya sangat sakit. Sama sakit ketika ia membacanya di hari pernikahan dulu.

Arkan masih tidak bisa berpikir bagaimana bisa wanita itu mengkhianati cintanya sampai menghadirkan seorang janin, sampai menghancurkan kebahagiaannya, hari pernikahannya, dan lebih parah lagi memalukan nama baik kedua orang tuanya.

Dan dengan melihat wajah wanita itu lagi. Kebencian Arkan semakin menjadi. Janin itu kini sudah tumbuh. Menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Dan Arkan sangat benci akan kenyataan itu.

Dengan kekalutan yang semakin membunuh jiwa. Arkan meremas kertas itu kasar dan melemparnya dengan sangat keras ke tempat sampah.

Ya, sampah seharusnya dibuang. Bukan diperjuangkan.

***

Arkan tidak tahu bahwa di hari pertama ia bekerja sebagai direktur utama akan menyita waktunya sebanyak ini. Mungkin saat di London tidak terlalu berat, karena perusahaan itu masih terbilang cabang dari perusahaan besar yang ada di Indonesia. Sehinga ketika ia memutuskan mengelola perusahaan inti. Arkan harus siap dengan segala konsekwensinya, termasuk waktu yang terbuang begitu banyak.

Langit sudah berubah warna menjadi gelap. Yang artian sesungguhnya waktu kerja Arkan sudah selesai. Ia bergegas meraih kunci mobil. Dan berharap jalanan cukup lenggang, karena tubuhnya yang letih ingin segera terjatuh di atas kasur empuknya.

Salahnya tadi yang menolak pak Burhan untuk menjadi supir. Arkan hanya tidak terbiasa disupiri. Ia lebih suka menyetir sendiri. Namun, mengingat tubuhnya begitu letih hari ini. Mungkin ia harus mempertimbangkan kembali untuk memakai supir pribadi.

Jalanan cukup bersahabat. Tidak terlalu padat dan yang pasti Arkan cukup menikmati dengan ditemani lantunan lagu dari radio.

Tatapan Arkan mengitari hingar bingar kota. Terlihat banyak perbedaan saat kota ini Arkan tinggalkan 5 tahun lalu. Terlihat lebih fresh dan tentu saja Indah.

Seharusnya Arkan juga demikian. Ia tidak harus menjadi manusia sekarat karena ditinggalkan. Ia harus membuktikan pada dunia. Bahwa ia bisa hidup walau pun tanpa rasa bahagia.

Ketika Arkan masih fokus pada perubahan kota. Tidak sengaja matanya menangkap sosok wanita yang sedang berlarian sambil menggendong gadis kecil dengan darah yang berkucuran di kepala. Wajah wanita itu dibanjiri air mata. Dan mulutnya beberapa kali berteriak meminta pertolongan.

Cinta Dalam LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang