Tepat di pukul 3 pagi Miera membuka pintu kamar Arkan. Melangkah keluar dengan hati-hati walapun ringisan ngiluya beberapa kali terdengar. Hati Miera terasa terpatahkan saat Arkan menyuruhnya untuk segera pergi dari kamar milik lelaki itu tanpa membiarkan Miera untuk sekedar mengistrihatkan tubuh dan hatinya di sana.
Tidakkah itu keterlaluan? Setelah puas menginjak harga diri dan memperlakukan Miera bagai pelacur murahan. Tanpa hati nurani Arkan malah mengusirnya begitu saja.
Pelacur? Mungkin benar, Arkan memang hanya menganggap Miera sebagai pelacur. Yang tubuhnya pantas di siksa sampai membusuk di neraka.
Dengan pakaian lusuh yang sudah melekat di tubuhnya. Miera berjalan perlahan menghampiri kamar yang sudah dipersiapkan Arkan. Membuka pintu kamar itu dengan tertatih dan menemukan wajah kecil yang masih tertidur pulas di atas ranjang.
Miera mengigit bibir bahwahnya yang masih terasa perih. Bermaksud untuk meredam suara isakan yang bisa saja membangunkan tidur sang putri. Biarlah gadis kecil ini tenang dengan mimpi indahnya, waktu bahkan masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas.
Miera memilih membuka pintu kamar mandi, masuk ke dalamnya. Lalu menyalakan air shower. Tubuh rapuhnya jatuh terduduk sambil menenggelamkan wajah pada tangannya yang memeluk lutut. Suara tangisan menyayat Miera pecah tercampur dengan suara air yang kini basah menghujani tubuhnya.
Satu hal yang tidak bisa Miera lupakan.
Perlakuan Arkan tadi malam. Sungguh menyakiti hatinya.
***
Arkan terduduk menyandar di kepala ranjang. Tubuhnya masih telanjang di balik selimut. Dan aroma hasil dari pergulatannya yang biadab masih tercium menusuk mukosa hidung Arkan. Sialnya walaupun hasratnya sudah tersalurkan tetap saja membuat Arkan tidak bisa memejamkan mata.
Ingatannya masih tertanam di kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang baru kali ini Arkan rasakan. Mengantongi fakta bahwa bukan ialah yang pertama kali merombek keperawanan Miera membuat Arkan emosi. Saat itu ia tidak bisa berpikir permainan kasarnya akan menyakiti Miera atau tidak. Pikiran Arkan hanya tertuju pada hasrat yang dilumuri amarah menggumpal meledakan hatinya. Arkan hanya ingin Miera tersakiti lebih dalam.
Tetapi ada apa dengan hatinya sekarang? Bukannya puas melihat Miera menangis Arkan malah mendapati kesakitan yang lain. Hatinya merasa bahwa yang Arkan lakukan adalah salah. Namun Arkan tetap tidak mau kalah. Ini tujuan awal untuk membuat hidup wanita itu menderita. Arkan harus menyelesaikan tujuan ini sampai akhir.
Mata Arkan tidak sengaja melirik gaun pengantin yang terkoyak biadab di atas lantai. Terasa perih mengingat ia berjuang untuk mendapatkan gaun itu tidak lah mudah. Dan nyatanya kini gaun itu hanya berakhir menjadi seoonggok sampah yang tak berarti.
Arkan menghela napas. Lalu meraih kotak kecil lain di dalam nakas. Arkan membukanya dan menemukan dua tiket pesawat, yang sengaja Arkan persiapkan lima tahun lalu untuk bulan madu pernikahannya. Arkan juga menemukan kalung dengan ukiran inisial nama mereka yang sudah Arkan persiapkan sebagai hadiah kecil pernikahan untuk wanita yang dicintainya.
Rencana itu sudah terekam matang di dalam otak Arkan dari jauh hari. Bermimpi akan berkunjung ke pulau terpencil yang hanya ada mereka berdua. Memenjarakan Miera di dalam kamar dan tidak membiarkan wanita itu beranjak sedikitpun dari ranjang.
Namun semua impian itu kini telah hancur. Barang-barang yang dulu Arkan persiapkan hanya bisa berakhir di dalam kotak; tidak terpakai, berdebu dan menjadi seonggok sampah yang mungkin harus Arkan buang mulai detik ini.
Dengan sekali lempar. Kotak itu kini sudah berhasil masuk ke dalam tempat sampah. Rasanya cukup melegakan. Seperti membuang sesuatu yang sudah tidak terpakai sekian lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
RomansWanita yang dicintai kabur begitu saja di hari pernikahan. Nyatanya menumbuhkan luka yang teramat parah bagi Arkan. Sehingga Arkan memilih pergi ke negara lain dan meyakini akan ada pengharapan bagus untuk menambal luka yang menganga parah di dalam...