Ini tentang kamu, Sya.
Wanita dengan sejuta kelebihan dimataku.
Senyummu, mendeskripsikan alam semesta dan isinya.
Matamu, memancarkan miliaran cahaya yang membuatku rindu.
Ini tentang kamu, Wanita tuli yang bisa mendengar kata hati seseorang, ta...
—kesan pertamaku memang buruk. Namun, kamu belum tau kan kisah yang akan terjadi selanjutnya?—
💧
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—whtthefable—
"Astaga, mulut lo bau banget!"
Aku menampar kecil , Salah satu dari empat sahabatku yang paling membuatku kesal.
Ngomong-ngomong, maaf ya jikalau ada bahasa kasar ku. Saat masa SMA, diriku bisa dibilang murid yang brutal. Ya, aku dan keempat temanku itu. Tapi kini aku sudah tak brutal lagi kok, ini semua karena seseorang, yang akan aku perkenalkan kepada kalian nantinya.
"Sakit ah apaan si woy" Ucap Rian sambil mengelus pipinya.
Sedangkan Galih dan Refan tertawa lepas melihat ekspresi kocak Rian yang menggelitik perut.
Mereka sahabatku, Rian, Galih, Refan, dan Refin. Dan—diantara mereka mungkin aku yang paling tampan. Astaga, kenapa kau bermimpi sangat tinggi hari ini.
Ngomong-ngomong, Refan dan Refin itu anak kembar. Kembar identik.
Aku menoleh kearah siswi yang tertawa kecil melihat tingkah lakuku. Dia gadis idamanku, Namanya Raya.
"Yaampun Jun! Ada Bu Sinta!" teriak Rian yang membuat seisi kelas gempar. Termasuk diriku.
Aku turun dari meja yang aku duduki, lalu pergi untuk duduk di kursi ku. Sekali lagi aku melirik Raya, meskipun Raya tak pernah mengubrisku, tapi rasanya aku terus mengejarnya sampai titik ini.
Tunggu, ini bukan jam pelajaran Bu Sinta.
Kulihat seorang wanita yang mengikuti arah jalan Bu Sinta. kepalanya tertunduk, matanya menatap lekat sepatu pantofel hitam yang ia kenakan.
Rambutnya panjang, berwarna hitam. Dia terlihat kuno, tapi kupikir dia cocok dengan keunikan itu. Dia begitu enak dilihat, meski aku belum melihat wajahnya.
"Dia murid pindahan, tolong bantuannya" tegas Bu Sinta.
"mau Ibu atau kamu nak?" ujar Bu Sinta dengan lembut.
Wanita itu menoleh, mengangguk dan menunjuk dirinya. Wanita itu menaikkan kepalanya, dan berusaha mengontrol degup jantungnya.
"Namaku Angel Arasya, panggil Asya atau Angel. Pindahan dari—" Wanita dengan nama Asya itu menggantungkan ucapannya, membuat Bu Sinta kembali tersenyum dan meyakinkan Asya yang terlihat ragu-ragu.
"Sekolah Luar Biasa"
|•|
"gila aja lo si Asya dari SLB, Padahal cakep." Ucap Galih sambil mengunyah gorengan.
"emangnya dia cacat apa? Biasa aja perasaan dah" Lanjut Refin sambil mencomoti gorengan di piring Galih.