—mengabaikan masalah, adalah memperburuk keadaan. Menghadapinya, membuatmu semakin dewasa—whtthefable
BUAGH!
Seluruh penjuru mata para audiens kini menatapku dan seorang laki-laki tak bersalah yang baru saja ku hantam keras wajahnya dengan kepalan yang kuat. Kini ia jatuh tersungkur di bawah sambil memegangi pipinya yang kini memerah.
Dadaku naik turun, aku tak bisa mengontrol diriku yang kini sudah lebih dari kelewat batas wajar. Refan sahabatku, Bahkan aku lebih mengenalnya daripada teman-temanku yang lain. Aku, Refan, dan Refin adalah teman masa kecil. Aku tak pernah membayangkan kalau aku akan dibutakan oleh cinta.
Aku menyesali perbuatan ku barusan,itu benar benar hal bodoh. Aku tak percaya. Bahkan kini raut wajah Refin benar-benar seperti sedang berbicara 'hai bodoh, hanya karena cinta kau sakiti sahabatmu?' tapi mungkin aku benar karena kini Refin hampir saja memakiku karena sikapku ini.
Wajar saja karena Refan adalah saudara kesayangannya. Refan meringis, sedangkan ketiga temanku yang lain sudah terlanjur kecewa karena aku yang lebih memilih cinta dari pada pertemanan. Bodoh bodoh bodoh. Bahkan Refan tak punya perasaan pada Raya, kenapa aku sekejam ini?
Refin cepat-cepat menghampiri saudaranya itu, lalu membantunya bangun. "Ayo fan, ada orang egois disini"
Hatiku seperti ditusuk-tusuk pedang, Refin si raja komedi bahkan kini bisa berkata se-menusuk itu padaku. Mereka pergi, semua audiens memalingkan pandangannya dariku. Aku benci ini, bahkan aku tak tau keberadaan Raya. Dan kini hanya ada satu harapanku. Asya.
Aku berlari, menyusuri ratusan atau mungkin ribuan penonton yang kini terlarut dalam nyanyian. Aku mencari sosok itu, namun tak kutemukan tanda-tandanya. Ingin ku bertanya pada seseorang, tapi siapa yang tau keberadaan seorang yang misterius seperti Asya? bahkan ia tak punya satupun teman di sini.
Dapet!
Kulihat seorang perempuan berdiri di ambang pintu UKS, aku bisa menebak kalau wanita itu adalah Asya. Siapa lagi yang suka pakai cardigan dan rok selutut seperti dia? Bahkan aku tak pernah melihat Asya melepaskan cardigan itu. Tunggu, apa selama ini aku terus memperhatikannya?
Ku hampiri Asya yang berjalan masuk ke dalam UKS, terkejutnya aku melihat Refan berbaring di sana. Bodoh, harusnya aku pergi untuk meminta maaf pada Refan dan juga yang lain. Kenapa aku malah pergi mencari Asya?
Baru saja ingin ku tepuk pundak Asya, dia sudah lebih dulu menoleh. Bahkan matanya berbinar. Dan terlihat begitu indah disaat aku melihat matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Sya [On Going]
Teen FictionIni tentang kamu, Sya. Wanita dengan sejuta kelebihan dimataku. Senyummu, mendeskripsikan alam semesta dan isinya. Matamu, memancarkan miliaran cahaya yang membuatku rindu. Ini tentang kamu, Wanita tuli yang bisa mendengar kata hati seseorang, ta...