HDAA | 6

67 13 5
                                    

Jam tangan yang melekat di tangan Maya menujukan pukul 17.29 sore, yang berarti satu menit lagi sudah pukul setengah enam. Sudah 2 jam Maya dan Lano berada di cafe yang diketahui nama nya adalah cafe EiL.

"Lan, ayo buruan pulang. Nanti mama khawatir loh" Maya sedari tadi gelisah ia menarik narik tangan Lano terus menerus, biasanya mereka paling lambat sampai di rumah pukul 4 lewat.

"Iya bentar, kita pamit dulu sama kak Lara." Lano berjalan ke arah Lara yang sedang bicara dengan seseorang.

"Permisi kak, kita mau pamit dulu" Lano membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Sedangkan Maya hanya berdiri.

"Eh udah mau pulang? Bentar ya." Lara kemudian berjalan masuk ke dalam ruangnya. Selang beberapa menit, Lara keluar dari ruangannya dengan membawa sebuah amplop putih.

"Ini bayaran buat lo, berkat lo cafe gue jadi makin rame." Lara menyerahkan amplop yang dibawa tadi.

"Eh,makasih banyak kak Lara." ucap Maya menerima amplop tersebut dengan senang hati. Senyumnya terukir jelas.

"Kalau gitu kita pulang dulu kak." ujar Lano lagi kemudian menarik tangan Maya untuk cepat pulang.

"Ih Lan, gue senang banget masa pertama kali manggung langsung dapat duit." sorak Maya tak berhenti menampakkan senyumannya.

"Jangan lupa kasi gue jatah."

"Dih, enak aja. Ini tu hasil kerja keras gue."

"Kalo gue gak ngebantuin lo, mana bisa lo dapat duit secepat ini."

"Ih iya iya ntar gue kasi." pasrah Maya, memang benar jika Lano tak membantunya mana mungkin ia bisa mendapatkan uang secepat itu.

"Ayo cepetan naik." suruh Lano yang sudah berada di atas motor.
Maya segera naik ke atas motor Lano.

Hanya butuh beberapa menit untuk bisa sampai di rumah Maya dan Lano. Penampakan pertama yang dilihat Maya dan Lano saat sampai di depan rumah mereka adalah sosok ibu dengan sapu lidi di tangan.

"Kalian kemana aja sih? Udah jam berapa ini?" tanya Camila sambil menepuk sapu ke lantai.

Oke, Maya dan Lano kaget, "Hmm anu maa.. Ituu." jawab Maya gugup dan tidak jelas.

"Kita habis dari rumah Tyo ma." bohong Lano, Maya sontak mengalihkan pandangannya ke Lano. Matanya melebar.

"Kenapa gak jawab telepon mama?"

"Oh itu, hp kita sama sama habis baterai." jawab Lano masih berbohong. Cocok sekali jika Lano dinobatkan menjadi Raja berbohong.

"Cepat masuk." suruh Camila dengan tatapan tajam yang ditujukan kepada Lano dan Maya.
Lano dan Maya menuruti suruhan Camila, mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa.

Introgasi dimulai. "Kamu tau sekarang jam berapa?" tanya Camila dengan memukul mukul sapu yang tidak bersalah ke lantai.

"Jam tulang lewat kulit." ngawur Lano. Maya menyenggol Lano, mengisyaratkan agar menjawab dengan serius.

Camila geleng geleng melihat tingkah aneh Lano, oh tentu bukan hanya Lano yang aneh dalam keluarganya. Semua anggota keluarganya memang aneh, termasuk dirinya sendiri.

"Maya? Kamu lapar gak?" Camila sedang kesal dengan Lano yang selalu menjawab dengan ngawur.
Sekarang gantian dia yang akan membuat Lano kesal.

"Iya ma, Maya lapar." jawab Maya

"Yaudah kamu masuk sana, ganti baju terus makan mandi ya." suruh Camila dengan nada lembut.

"Baik ma." Maya bangkit dari tempatnya dan pergi ke kamar. Tinggallah sendiri Lano yang masih akan diinterogasi oleh Camila.

Hujan di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang