HDAA | 15

35 5 0
                                    

Happy reading from LoJes❤

Setelah menyatakan permohonan maaf yang sebenarnya basi, layaknya sebuah klarifikasi sambil nangis-nangis  dari anak durhaka yang videonya udah ditonton satu Indonesia, Alvi akhirnya pergi.


"Alvi ngapain?" tanya Jasmine. Jasmine menengok kanan kiri depan belakang yang sedari tadi keheranan dengan kedatangan Alvi dan seperti memohon pada Maya.


Maya menaikkan sebelah alisnya. "Lo kan di sebelah gue tadi, nggak mungkin banget lo nggak denger." katanya seperti sedang julid.


Jasmine terdiam. Semacam malas menanggapi tapi lebih mirip kesal. Padahal dia cuma mau nanya Alvi ngapain minta maaf. Huh. Jasmine melupakannya dan malah memikirkan sesuatu yang membuatnya asyik.


Entah sadar atau tidak, sambil menunggu Maya menyelesaikan makannya, Jasmine tengah terjerembap dalam asyiknya melamun. Teh es itu sudah diaduk sekitar lima puluh putaran dengan bantuan sebuah sedotan. Bibirnya terkulum, alisnya naik. Wah! Asyik sekali!


Maya yang telah menyelesaikan makannya berencana mengambil alih teh es Jasmine karena miliknya sudah habis, sebelum akhirnya ia mengetahui bahwa Jasmine tidak dalam kondisi sadar.


"Woe, ngelamun bae. Lagi mikirin apa sih? Strategi buat deketin abang gue?"


Ternyata kalimat itu belum juga sepenuhnya menyadarkan si pemilik teh es yang ditunggu Maya.


"Gue mau mereka.." digantung sampai situ, setengah kesadaran ia mengatakan hal tersebut.


Maya menautkan alisnya, lumayan kesal karena ternyata Jasmine tak ingin mendengarkan candaannya. Namun 1 kata terakhir Jasmine membuatnya kaget. "LO MAU MEREKA? LO MAU AMBIL ALVI SAMA LANO?! SEMUANYA??! BERCANDA LO??!!" ucapnya heboh sambil menepuk meja.


Sontak isi kantin melihat ke arahnya, jangan lupakan Jasmine yang tiba-tiba tersadar akan apa yang baru diucapkannya.


Mengingat telah dibayar, maka Jasmine langsung menarik Maya dan meninggalkan kantin serta bekas makanannya.


"Kurang kerjaan banget sih make tabok meja segala. Malu tauu diliatin seisi kantin!" eluh Jasmine.


Maya mencebikkan bibirnya, "lo juga kurang kerjaan banget pake ngelamun segala."ucapnya membela diri.


Jasmine menunduk. Ia masih tidak bisa berhenti untuk memikirkan hal itu walau sedang berjalan.


"Kenapa sih? Lo ngelamunin apa?"


Jasmine mendongak dan tersenyum singkat pada Maya.

Seperti perempuan kebanyakan. Walau Jasmine termasuk cewek yang sedikit dingin, caranya mengode tak jauh dari tersenyum. Dan sesama cewek, Maya tentu mengetahui hal tersebut.


"Berat banget kayaknya, ya?" katanya seraya membelai lembut punggung Jasmine.


Mereka berdua masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi mereka. Setelah minum, Jasmine meletakkan minumnya dan menunduk.


"Lo bisa cerita ke gue kok, kalo lo butuh." ucap Maya menawarkan dirinya dan kembali menepuk punggung Jasmine.


"Gue nggak butuh cerita, gue cuma butuh lo." ucap Jasmine membuat Maya berpikir keras.


"Astagaa mayaa jangan berpikir macem macemm!!" ucapnya dalam hati kepada diri sendiri.


"Maksud lo? Lo mau gue ngapain? Atau lo mau gue gimana?" tanya Maya yang kali ini ia ucapkan pada Jasmine.


Jasmine mendongak, lalu menatap Maya tajam.


"Berantem yu,"


Sontak Maya menaikkan alis kanannya dan membulatkan kedua matanya. Percayalah, tidak ada yang memerintah.


"Lo--" Maya menunjuk Jasmine, "ngajak gue berantem?" lalu bergantian dengan menunjuk dirinta sendiri.


Jasmine mengangguk. Maya tertawa hambar, "apaan sih,"


Jasmine menepis kepala Maya. "Bukan--maksud gue bukannya lo sama gue yang berantem, tapi gue ngajak lo buat berantem sama-sama." katanya tidak singkat, padat, dan tidak jelas.


"He? Gimana gimana?"


Jasmine hela napas, "Lo," dia nunjuk Maya, "sama gue," katanya lagi menunjuk dirinya sendiri, "berantem, jadi satu pihak, yang ngelawan pihak lain."


Maya menaikkan alis sebelah, "pihak lainnya siapa?"


"Siapa aja, yang ngajak berantem."


Mendengar penjelasan Jasmine, sampai sini Maya paham bahwa cewe preman ini butuh perkelahian untuk meredakan emosi yang seperti menyiksanya ini.


Pantas saja Jasmine melamun. Pantas saja Jasmine nggak jelas.


"Nggak semua bisa diselesaikan sama berantem. Lo berantem juga hanya meredakan emosi lo, bukan menyelesaikan. Iya kan? Maya bener kan?"


Hujan di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang