12

4.2K 439 61
                                    

"Sudah lah kook, mungkin tadi Yoongi hyung hanya sedang terbawa emosi. Aku tahu kau mencintai Rose, dan aku juga tahu bahwa Yoongi hyung mencintai Rose, tapi kalian berdua berbeda."

Jungkook melirik Jimin dengan tatapan kesal,"Ye jelas, hyung lebih terkesan dingin, lalu saat ada kesempatan lamgsung mencium Rose, sementara aku tidak begitu, aku mendekati rose step by step."

Jimin nenggelengkan kepalanya,"Tidak, bukan begitu. Kau itu hanya menyukai Rose, sementara Yoongi hyung, dia menyayangi Rose."

"Itu sama, mau menyukai atau menyayangi intinya sama saja cinta."

Jimin tersenyum melihat Jungkook yang sudah makin dewasa dengan pemikiran dangkalnya itu.

Jimin menepuk pundak Jungkook pelan,"Kook, ketika kau menyukai bunga mawar, kau pasti mengambil bunga mawar itu dari dahannya, padahal tanpa kau sadari kau sudah menyakiti bunga mawar itu."

"Tapi jika kau menyayangi bunga mawar, kau akan memeliharanya dengan baik, kau tidak akan mengambilnya, karena kau sadar kau akan menyakitinya." lanjut Jimin.

Jungkook diam. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tak lama dari itu isak tangis terdengar, Jimin tersenyum melihat Jungkook yang berusaha menyembunyikan tangisannya.

Jimin memeluk Jungkook untuk memberi ketenangan pada sahabatnya itu,"Lepaskan, jangan sakiti dirimu sendiri. Disini bukan hanya kau yang tersakiti, masih ada Yoongi hyung, Rose juga akan tersakiti jika kau egois, dan aku juga semua hyung-mu sakit melihat kau patah hati, Kook."

***

"H--hyungg?!"

Seokjin menjauhkan tubuhnya dari Namjoon. Dia memilih duduk dikursi panjang sambil mengeluarkan ponsel canggihnya itu.

Namjoon menelan salivanya dengan susah payah. Semua orang tahu dia cerdas, bahkan belum lama ini dia menerima beasiswa dari universitas ternama di Seoul, tapi entah kenapa otak Namjoon mendadak berhenti ketika harus menafsirkan arti kalimat Seokjin.

"Hyung, katakan, ada apa denganmu?" tanya Namjoon sambil duduk disamping Seokjin.

Seokjin mengangkat pundaknya,"Tak tahu."

"Oh Tuhan, ayolah hyung jangan membuatku takut, katakan apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

Seokjin menghembuskan nafas berat. Ia memasukan ponselnya lalu menatap Namjoon dengan sangat lekat. Seokjin kembali melempar pandangannya, kini lelaki itu menatap sebuah pohon yang menghiasi lorong rumah sakit.

"Ada apa, hyung?"

Seokjin melirik Namjoon yang nampak sangat panik. Namjoon kelihatan takut sekaligus gelisah menanti jawaban dari Seokjin dan hal itu berhasil membuat tawa Seokjin pecah.

"Loh, kok tertawa?" tanya Namjoon, ia masih tak mengerti apa maksud Seokjin yang sebenarnya.

"Aku bercanda, masa iya aku ingin Taehyung tiada, meski dia jahat, aku juga sadar dulu dia pernah membiayaiku makan, kalau tak ada dia, aku pasti sudah tak ada didunia."

Namjoon menoyor kepala sahabat laki-lakinya itu,"Dasar ya, kau itu hyung tak tau diri!"

Seokjin masih tertawa dan Namjoon dibuat kesal olehnya. Mereka berdua kembali hening untuk beberapa menit, sampai akhirnya Seokjin menyadari bahwa empat tiga yang harusnya ada disini malah tak terlihat.

[✅] Devil | taeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang