Chapter 1

1.2K 38 4
                                    

Seorang laki-laki berwajah cantik dan mungil sedang duduk sendiri di area santai di salah satu mall. Beberapa kali dia berusaha menghubungi seseorang melalu handphone yang tampak lebih besar dari telapak tangannya.

"Ck... Off...."

Wajahnya tampak kesal. Pipinya menggelembung dan bibirnya mengerucut. Matanya tampak basah karena genangan air mata.

"Aku tahu kau sibuk. Tapi kau kan sudah berjanji padaku. Setidaknya... Kau kan bisa mengabariku," katanya dengan suara serak.
Lalu setetes air mata mengalir di pipinya. Dan diikuti tetesan-tetesan yang lain. Semakin dia mengusap air matanya, butiran-butiran hangat itu seperti air hujan dari matanya.

"Phi Gun... Ma-"
Pemilik suara itu berlutut dihadapan laki-laki itu, agar matanya setara dengannya.
"Maaf aku membuatmu menangis lagi. Maaf.. Maaf.."
Tangannya menangkup pipi orang di depannya, mengusapnya dengan ibu jarinya, dan menyatukan dahi mereka.

"Off..."
Hanya 1 kata itu yang terucap dari bibir merahnya, lalu ia menundukkan kepalanya, menutup wajahnya dengan telapak tangan mungilnya, dan menangis tanpa suara.

"Phi Gun... Phi kesayanganku..." Dia memeluk orang dihadapannya yang sedang menangis itu. Dia meletakkan kepalanya didadanya, dan merengkuh tubuh mungilnya. Bibirnya mencium puncak kepalanya, dan membiarkannya di sana. Tangannya menepuk dan membelai punggungnya, memberikan ketenangan dan kehangatannya.

Tangannya yang bebas mengambil sesuatu dari sakunya, lalu perlahan menyelipkannya ke jari manis Gun.

DEG..

Gun merasakan logam dingin melewati jarinya dan berhenti di pangkal jarinya.

"Phi..."

DEG.. DEG..

Jantungnya berdetak makin cepat.
Dan semakin liar saat dia merasakan kecupan hangat dan lembut di dahinya.

"Phi Gun, aku menepati janjiku," Off memegang dagu Gun dan mengangkat kepalanya dengan lembut. Matanya menatap mata Gun sangat dalam dan tersenyum dengan hangat.

Sebelum Gun membuka mulutnya, Off meletakkan sebuah amplop di tangan Gun.

Dan air matanya mengalir turun tanpa Gun melihat apa isi amplop itu. Karena dia tahu kisah yang terjadi selanjutnya atas kejadian saat itu.

Hatinya mendadak sesak dan terasa seperti ada yang menghilang dari nafasnya.
Terakhir yang dia tahu, pertahanannya runtuh dalam dekapan pria dihadapannya.

*****

A/N.
Hi! This is my other story about one of my favourite CP. I still have no idea where and how I'll drag this story.
But please, kinda support this book, too.
Tell me what you think in every chapter I write, and please hit the star, too.
Please, support my other stories, too. Lemme know what's in your mind.
Thanks to all my readers, my followers, and my penpals.

To You I BelongWhere stories live. Discover now