Chapter 9

248 24 13
                                    

"Phi...."

"Heum?"

"Terima kasih."

Gun menatap Off yang membenamkan kepalanya di ceruk lehernya. Dia merasakan nafas hangat lelaki itu di leher dan pundaknya.

"Off..."

"Ya, Phi?"

"Jangan hembuskan nafasmu di situ, baby..." Kata Gun pelan dengan suaranya yg rendah dan dalam.

"Ah... Maaf... Ph...."

Off mendadak kehabisan kata-kata ketika Gun membalikkan posisi mereka. Dan Off melihat mata Gun berubah menjadi gelap. Lebih gelap dari yang ia lihat saat mereka bercinta sebelumnya.

Off bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri, yang seakan berteriak memohon seseorang membebaskannya dari dadanya.
Tapi saat ia melihat Gun, dia tak bisa mendapatkan jawaban, bagaimana bisa lelaki di hadapannya ini menjadi sangat-sangat tenang. Bahkan saat orgasmenya datang, dia hanya menggeram rendah dan dalam sambil memuja Off di sana.


Off membuka matanya saat ia bergerak dalam tidurnya, dan menemukan tempat disampingnya kosong. Dengan mata yang sangat berat, dia mencari handphonenya untuk melihat jam berapa sekarang.

Tengah malam baru saja berlalu, tapi ia sendirian di atas tempat tidur. Matanya melihat sekeliling kamar mencari suaminya.

"Phi....," Off berbisik saat matanya menemukan yang ia cari, namun hatinya mendadak pilu.

Gun duduk di sofa dekat jendela, memandang entah ke mana ke luar sana. Bahkan dia tidak merasa atau pun melihat bayangan Off yang sudah ada di belakangnya dengan berbalut selimut saja.

Off duduk di belakang Gun dan mendekap kekasihnya, masuk ke dalam selimut. Gun sedikit terkejut, lalu bersandar di pundak Off.

"Apa yang kau pikirkan, Phi?" Tanya Off sambil menciumi puncak kepala Gun.

Gun menghela nafas panjang. Tapi tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

"Apa kau masih memikirkan perkataan orang tuaku, Phi?" Tanya Off sambil mempererat pelukannya.

"Bi..."

"Heum?"

Gun menyodorkan handphonenya pada Off. Sedetik kemudian Off merasakan dadanya basah dan hatinya pilu merasakan badan suaminya yang bergetar karena menangis dalam sunyi.

"Phi..... Atthaphan Phunsawat...," kata Off lirih di telinga Gun.

Mendengar Off memanggilnya dengan namanya, hatinya berdenyut.

Off mengangkat kepala Gun dengan menangkup kedua pipinya. Dihapusnya air mata Gun yang belum mengering, lalu dikecupnya dengan lembut wajah manis di tangannya itu.

"Atthaphan Phunsawat, kau dengar aku kan?" Off menarik Gun lalu merebahkannya di atas tempat tidur mereka. Gun hanya bisa menatap mata lelaki yang sangat dia cintai itu.

"Kau tahu, aku akan selalu melindungimu kan?" Off mengkungkung tubuh mungil Gun. Perbedaan tinggi mereka terasa sangat sempurna satu dengan yang lain.

"Kau tahu, aku akan selalu menyamankanmu kan?" Off memeluk dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Gun, lalu menciumi pundaknya, dan meninggalkan banyak tanda betapa posesifnya dia.

"Kau tahu, aku akan selalu menenangkanmu kan?" Off membelai wajah Gun dengan lembut, lalu mencium bibirnya. Ciuman yang berawal dengan sangat lembut, lalu semakin memanas seiring dengan suara erangan Gun yang terdengar seperti nyanyian di telinganya, dan membuat jantungnya berdetak semakin kencang.

Lalu tangannya membelai seluruh tubuh mungil Gun sambil menciumi setiap incinya. Seakan ia tak ingin ada luka lain tertoreh di kulit putih yang halus itu. Lehernya, tangannya, dadanya, putingnya yang mengeras, perutnya, pinggangnya, pinggulnya, pangkal pahanya, sampai ke ujung kakinya, semua dibelai dan diciumi oleh Off.

Off kembali naik ke atas, melebarkan sedikit kaki Gun, lalu menciumi paha bagian dalamnya, meninggalkan banyak tanda, sampai ke selangkangannya yang berkulit lembut dan bersih.
Mau seperti apapun, Off sangat memuja Gun, sehingga ia tak henti-hentinya mengerang menyebut nama suaminya itu di sela-sela ciumannya.

Off menatap dalam-dalam mata Gun. Matanya menjadi gelap, walaupun tidak segelap mata Gun. Gun merasakan nafas Off yang semakin berat terasa panas di selangkangannya. Pinggulnya, penisnya, bahkan lubang manisnya, terasa bergetar mendambakan sentuhan karena terkena nafas Off.

"Off.... Ah...," tangan Gun tak disadarinya telah mencengkeram rambut Off, dan semakin erat ketika Off memasukkan kejantanannya yang entah kapan menjadi keras ke dalam mulutnya.

"Ah... Aahh... Off... Aahhahhahh... Off...."
Gun menyebut nama Off dengan gairah yang semakin panas ketika lelaki jangkung itu menggerakkan kepalanya naik-turun. Dan Gun menggila ketika lidah Off ikut menggoda kepala penisnya, dan 2 tangannya menggapai puting Gun dengan mudahnya.

"Off.... Aku... Ahh..."

"Tidak sekarang, Atthaphan, tidak sekarang..."

Off duduk di atas penis Gun yang berkedut siap untuk menumpahkan hasratnya. Dia menggesekkan pantatnya dengan penis Gun yang sangat keras itu.

"Off... Off Jumpol...," Dengan susah payah Gun memanggil nama Off.

"Kau tahu, bahwa aku akan selalu ada bersamamu, kan?" Off mengambil tangan Gun, lalu membawanya ke atas kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang kejantanan Gun yang sangat keras masuk ke lubangnya sendiri.

Hasilnya? Mereka sama-sama mengerang, menggeram, dan menyebutkan nama masing-masing dengan hati dan perasaan yang membuncah karena hati dan pikiran yang terbakar cinta.

Dan untuk yang pertama kalinya, dia melihat Gun begitu submisif. Dan itu justru ketika Gun memasuki dirinya, bukan sebaliknya, walaupun itu karena dia, bukan karena Gun sendiri.





Tidak....

Gun tidak begitu...
Dia bukan orang yang ada di posisi itu.

Gun hanya ......




Menyerah

To You I BelongWhere stories live. Discover now